Politik Identitas Tidak Bisa Dilepaskan dari Dinamika Politik

 Politik Identitas Tidak Bisa Dilepaskan dari Dinamika Politik

Mediaumat.id – Menanggapi Calon Presiden Ganjar Pranowo yang tiba-tiba muncul di siaran televisi publik pada saat adzan magrib, Cendekiawan Muslim Ustadz Ismail Yusanto menyatakan, politik identitas tidak bisa dilepaskan dari dinamika politik.

“Politik identitas apa pun itu, nggak bisa bahkan bisa kita bilang enggak bisa dilepaskan dari dinamika politik,” tuturnya dalam program Fokus to the Point, Sabtu (16/09 2023) di kanal YouTube UIY Official.

Menurutnya, politik hari ini adalah politik elektoral. “Politik ini hari itu kan politik elektoral. Semata digerakan hanya untuk meraih dukungan dan suara terbanyak,” ujarnya.

UIY melihat, semua akan diupayakan agar bisa meraih suara terbanyak. “Karena itu, mereka akan berusaha untuk menggunakan segala cara bagi dapatkan suara itu,” ungkapnya.

Jika suara itu bisa diperkirakan naik, lanjut UIY, maka simbol simbol itu akan dipakai.

Penting Membedakan

UIY menilai pentingnya untuk membedakan politisasi agama dengan agamisasi. “Penting untuk kita memisahkan atau membedakan antara islamisasi politik dengan politisasi Islam,”tegasnya.

Ia berpendapat, yang sedang terjadi sekarang adalah politisasi Islam. “Saya kira yang sedang terjadi sekarang ini politisasi Islam,” ungkapnya.

Hal itu tampak dari kecenderungan politisasi Islam yang makin besar. “Artinya Islam itu dijadikan sebagai alat politik,” sesalnya.

UIY mengungkapkan yang benar adalah islamisasi politik. “Jadi bagaimana politik itu di Islamkan artinya kepentingannya, kepentingan Islam. Kemudian dasarnya dasar Islam, menggunakan etika atau aturan Islam, itu namanya islamisasi politik,” bebernya.

Kalau politisasi Islam itu, lanjut UIY, Islamnya dijadikan kepentingan politik.

UIY mencontohkan. Jauh sebelum tayangan adzan itu, dia membaca puisi yang intinya mengkritik penggunaan pengeras suara adzan.

“Dalam puisinya kurang lebih dia katakan bahwa ‘Kau katakan Tuhan itu dekat, kenapa kau memanggil Tuhan dengan menggunakan pengeras suara?’,” ungkap UIY.

UIY menjelaskan tapi saat ini dia malah menggunakan adzan untuk menunjukan seolah dia religius. “Dia menggunakan adzan untuk melakukan identifikasi dirinya seperti yang dibilang sekjennya religiusitas dirinya. Itu bertentangan dengan puisi yang dia baca,” herannya.

Nah ini bukti nyata lanjut UIY, adanya apa yang saya sebut tadi politisasi Islam yang menggunakan simbol-simbol agama.

UIY mengungkapkan penampilan simbolik itu menipu umat. Dalam politisasi agama atau politisasi Islam itu, hanya menempatkan atau membawa Islam itu untuk kepentingan politik. “Padahal dia sedang tidak sungguh-sungguh berbicara tentang Islam” jelasnya.

“Ketika dia sedang tidak sungguh-sungguh artinya sebenarnya dia sedang menipu. Kalau mau dibilang tidak menipu, maka dia mesti sungguh-sungguh. Kalau dia sungguh-sungguh maka namanya bukan politik islamisasi tapi islamisasi politik,” pungkasnya.[] Teti Rostika

Share artikel ini:

Related post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *