Muslim Rohingya dan Potret Sebuah Dunia yang Tidak Bergerak Untuk Pembebasan Kaum Tertindas
Oleh: Ainun Dawaun Nufus (pengamat sospol)
Seperti diberitakan Anadolu Agency, Senin (9/4/18) Ursula Mueller Asisten Sekretaris Jendral PBB untuk Urusan Kemanusiaan mengatakan, akses kemanusiaan di Myanmar semakin memburuk. Ia mengatakan bahwa akses kemanusiaan di Myanmar memburuk secara signifikan dalam beberapa tahun terakhir, bukan hanya di Rakhine tapi juga di negara bagian Kachin dan Shan. Lebih dari 700.000 warga Rohingya menyelamatkan diri ke negara tetangga Bangladesh untuk menghindari gelombang kekerasan di Rakhine. pembersihan etnis dilakukan ole militer Myanmar. Jendral Min Aung Hlaing dituduh bertanggungjawab atas taktik brutal militer Myanmar terhadap etnis Rohingya serta memegang posisi kunci di balik panggung muslim cleansing di Myanmar.
Myanmar didesak untuk membuka akses lembaga kemanusiaan internasional masuk ke Rakhine agar bantuan dan pertolongan bagi masyarakat yang telah menjadi korban kekerasan bisa dilakukan. Sikap kebencian rezim Myanmar kepada muslim di Rakhine sebagai mimpi buruk kemanusiaan. Warga Rohingya menjadi korban kekerasan luar biasa, termasuk ditembaki dengan membabi buta, menjadi korban ranjau darat, dan serangan seksual’.
Derita muslim Myanmar adalah termasuk visualisasi kehidupan demokrasi. Laki-lakinya dibunuh, perempuan dan gadis Rohingya lainnya di kamp-kamp pengungsi Bangladesh telah menceritakan kisah-kisah penyiksaan, mutilasi, dilucuti dan dihina, setelah dada mereka ditebas dengan pisau, diperkosa di depan anak-anak mereka, suami dan ayah, dan memiliki tongkat kayu tajam atau senjata api melalui bagian-bagian pribadi mereka, serta harus menanggung perjalanan mengerikan dan berbahaya ke Bangladesh untuk menghindari kematian selagi masih berdarah dan menggeliat kesakitan akibat perkosaan mereka. Ada juga laporan tentang wanita dan gadis Rohingya yang diperkosa dan kemudian dikunci di dalam rumah yang dibakar. Selanjutnya, pada bulan Oktober 2017, badan amal, Médecins Frontiéres, melaporkan bahwa lebih dari separuh gadis di kamp pengungsi Rohingya di Cox’s Bazar, Bangladesh telah diperlakukan setelah serangan seksual dan pemerkosaan di Myanmar berusia di bawah 18 tahun, dan beberapa di antaranya berusia di bawah 10 tahun.
PBB telah memberikan ‘komentar-komentar’ sambil menonton penderitaan kaum yang tertindas ini, PBB juga menyajikan laporan tentang kekejaman paling mengerikan dan kejahatan terhadap kemanusiaan, dan kisah-kisah yang menghancurkan hati dari para korban genosida dan PBB ‘berdiri diam’, memilih untuk tidak melakukan apa pun untuk mengakhiri tragedi yang menimpa saudara-saudari Rohingya Muslim kita yang tercinta. Ketika Dewan Keamanan PBB bertemu pada bulan November 2018, merespon kekejaman Rezim Militer Myanmar dengan mengeluarkan pernyataan kosong seperti biasa, meminta pemerintah Burma untuk, “memastikan tidak ada penggunaan kekuatan militer secara berlebihan di Negara Bagian Rakhine.”
Inilah potret dunia yang didominasi kapitalisme yang mengabaikan nilai kehidupan manusia dan martabat yang harus dilindungi. Sebuah dunia yang tidak bergerak untuk pembebasan kaum tertindas kecuali ada keuntungan politik dan ekonomi yang bisa didapat. Sejarah telah mencatat kisah Al-Mu’tassim Billah yang memobilisasi pasukan besar dan kuat, untuk menyelamatkan seorang wanita Muslim yang disiksa dan ditangkap oleh seorang prajurit Romawi. Bagaimana dengan hari ini?
Penulis ingin mengingatkan Anda bahwa Islam memasuki Burma yaitu Myanmar pada 788 M pada masa Khalifah Harun al-Rasyid, ketika Khilafah Islam menjadi negara superpower di dunia selama berabad-abad dan terpancarnya kebesaran, kebenaran dan keadilan Islam, mulai menyebar ke seluruh Burma. Provinsi Arakan diperintah oleh umat Islam selama lebih dari 350 tahun, antara tahun 1430 – 1784 M. Kemudian malapetaka terjadi di provinsi ini, setelah kolonialis Inggris mengobarkan Islamphobia di wilayah ini.
Telah terjadi penganiayaan dan penderitaan saudara-saudara Anda, Muslim Rohingya. Dan kaum muslimin mulai menyadari bahwa masalah Rohingya harus diselesaikan melalui respon militer yang tepat, memobilisasinya untuk menyelamatkan saudara-saudari Anda. bukan hanya dengan bernegosiasi dengan pelaku kriminal seperti itu. Namun Anda melihatnya: hari ini muslim Myanmar masih dalam ancaman.[]