Tiga Sebab Arah Perjuangan Umat Harusnya untuk Islam
Mediaumat.id – Berkenaan arah perjuangan umat yang mestinya untuk melanjutkan kembali kehidupan Islam, Cendekiawan Muslim Ustadz Muhammad Ismail Yusanto (UIY) memaparkan ada tiga sebab yang menjadikannya sebagai suatu keharusan.
“Ada dua, atau tiga sebab,” ujarnya dalam Liqa Syawal 1444 H: Ied Mubarak, Indonesia Berkah dengan Islam Kaffah, Ahad, (14/5/2023) di kanal YouTube Kaffah Channel.
Pertama, keharusan ini merupakan konsekuensi dari keimanan kepada Allah SWT. “Iman kepada Allah itu bukan hanya terkait pada wujud Allah, tetapi harus disertai ketaatan sepenuhnya kepada segenap perintah dan larangan Allah,” terangnya, sembari mengutip QS an-Nur ayat 51 yang artinya:
“Sesungguhnya jawaban orang-orang Mukmin, bila mereka dipanggil kepada Allah dan Rasul-Nya agar Rasul menghukum (mengadili) di antara mereka ialah ucapan, ‘Kami mendengar, dan kami patuh’. Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung.”
Kedua, dengan berdasar keimanan, akan membawa ke kesimpulan bahwa hal ini pasti membawa kebaikan. Dalam bahasa agama, kata UIY, kebaikan dimaksud merupakan keberkahan yang senantiasa didambakan setiap Muslim.
“Berkah itu, bertambahnya kebaikan dan pahala. Kebaikan di dunia, pahala di akhirat,” paparnya, yang lantas menyampaikan satu kisah teladan dari Nabi Ibrahim as.
Menurutnya, Nabi Ibrahim telah menunjukkan kepada manusia tentang ketaatan sepenuhnya kepada Allah SWT, yang nantinya berbuah keberkahan.
“Ketika diperintahkan untuk meninggalkan anak istrinya di lembah tidak ada tetumbuhan, dilakukan itu,” ucap UIY mengawali kisah tentang ketaatan dan ketabahan keluarga Nabi Ibrahim as, dalam hal ini Siti Hajar yang kala itu membersamai Ismail kecil.
Menarik, menurutnya, tatkala Siti Hajar ingin tahu alasan Nabi Ibrahim yang justru meninggalkan anak dan istrinya di tengah padang pasir tandus tak bertuan.
Namun setelah memperoleh jawaban bahwa Allah-lah yang telah memerintahkan, keyakinan Siti Hajar pun menjadi teguh hingga menyimpulkan bahwa Allah SWT tak akan menyia-nyiakannya.
“Kalau begitu maka pasti Allah tidak akan mungkin menyia-nyiakan kita,” kata UIY, menirukan perkataan Siti Hajar yang kemudian mengikhlaskan suaminya pergi.
Artinya, keteguhan dari sosok Siti Hajar seharusnya juga menjadi kesimpulan bagi kaum Muslim, bahwa Allah SWT tak bakal menyia-nyiakan hamba yang taat dan berjuang menegakkan syariat Islam kaffah.
Sebab, menurut UIY, dengan ketaatan itulah maka Dia akan menurunkan keberkahan yang luar biasa sebagaimana yang telah dianugerahkan kepada Nabi Ibrahim beserta keluarganya.
Tengoklah keberkahan dari sisi tempat yang sebelumnya tandus, kini justru dirindukan oleh kaum Muslim di seluruh dunia untuk melaksanakan ibadah haji.
“Siapa saja yang belum pernah ke sana, pasti ingin ke sana. Dan siapa saja yang sudah pernah ke sana, ingin ke sana lagi, ingin ke sana lagi, begitu seterusnya,” ujarnya, tentang Makkah yang kini juga disebut-sebut menjadi tempat paling mahal di dunia.
Demikian juga dengan zamzam yang, menurut UIY, tak ada satu pun teori dalam geo hidrologi yang bisa menjelaskan genesa (awal mula) munculnya air di situ.
“Ternyata dua puluh empat jam, terus-menerus tiga ribu liter per detik, enggak habis dia,” ungkapnya, tentang kedahsyatan zamzam yang berarti ada ratusan juta liter per hari air zamzam yang dipompa.
Untuk diketahui pula, tambah UIY, permukaan air hanya turun kira-kira delapan sampai 9 meter. “Itulah dahsyatnya air zamzam, itulah berkahnya,” cetusnya.
Karenanya, lontar UIY, bodoh sekali kalau kaum Muslim enggak mau menggunakan syariah Islam. “Sudahlah ini perintah Allah, ini adalah konsekuensi iman kita, dari syariah pula kita akan mendapatkan berkah. Allah sendiri yang memberikan jaminan,” tegasnya lagi.
Sekulerisme Rapuh
Lantas seputar sebab ketiga, yakni keharusan bagi Muslim untuk senantiasa berjuang melanjutkan kehidupan Islam, kata UIY, berkaitan dengan bukti gamblang betapa rapuhnya sistem sekuler saat ini.
Dengan kata lain, di samping sosialisme dan komunisme yang sudah tumbang terlebih dahulu, kapitalisme berikut sekularisme di dalamnya pun ternyata telah diprotes di mana-mana termasuk di negera pusatnya.
Seperti halnya yang terjadi di Amerika Serikat pada akhir 2011 silam, para demonstran memasang spanduk bertuliskan ‘Capitalism is Not Working’ (kapitalisme telah gagal).
Untuk itu, ia heran terhadap umat Islam di negeri yang mayoritas Muslim ini, masih saja mengarahkan perjuangan perubahan ke arah kapitalisme.
“Sosialisme-komunime sudah tumbang, kapitalisme sudah loyo, sudah mau ambruk, masih juga kita itu mengarah kepada kapitalisme ini, Ya Allah Ya Rabbi,” ucapnya prihatin.
Namun, tak lantas kemudian ia menyudutkan sebagian umat yang masih bersikap begitu. Sebab menurutnya, hal ini lebih dikarenakan adanya ketidakpahaman dan kesalahpahaman tentang Islam kaffah.
Karenanya pula, ia berharap kepada para tokoh umat yang hadir pada Liqa Syawal ketika itu pada khususnya, untuk senantiasa mengarahkan perjuangan umat hanya ke arah kebangkitan Islam.
Maknanya, sebagai Muslim sejati tidak boleh memiliki arah perjuangan selain kepada Islam. Terlebih bagi yang menginginkan keberkahan dan terbebas dari berbagai persoalan yang tengah membelit bukan hanya negeri ini tetapi seluruh dunia.[] Zainul Krian