PBB Desak Israel Hentikan Pembangunan Pemukiman Baru, Pengamat: Ini Hanya Gimmick Politik
Mediaumat.news – Menanggapi desakan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) kepada Israel untuk menghentikan dan membatalkan pembangunan pemukiman baru bagi warganya di wilayah pendudukan Tepi Barat, Palestina, Pengamat Politik Internasional Budi Mulyana mengatakan desakan ini hanya gimmick politik.
“Desakan ini hanya gimmick politik untuk menunjukkan setidaknya ada ‘kepedulian’ PBB terhadap situasi yang terjadi di Palestina,” ujarnya kepada Mediaumat.news, Kamis (21/01/2021).
Budi menilai, sangat kecil kemungkinan apa yang didesakkan PBB akan mengubah apa yang dilakukan Israel di Palestina. Apalagi ‘hanya’ sekadar pernyataan dari seorang Sekjen PBB yang tidak memiliki kekuatan legal yang kuat. Sebagaimana desakan-desakan PBB sebelumnya, dalam kasus Israel-Palestina ini memang posisi PBB adalah inferior di hadapan negara-negara adidaya yang selama ini menjadi bumpernya Israel.
“Sudah menjadi rahasia umum, bahwa jaringan Yahudi internasional ada di balik pendirian PBB. Sehingga apa yang dilakukan Israel di bumi Palestina tentunya masih dalam kendali untuk bisa dijalankan dalam kerangka situasi internasional yang dibangun,” ungkapnya.
Terkait solusi dua negara yang ditawarkan PBB, menurut Budi adalah solusi yang pragmatis dalam kerangka situasi internasional saat ini. Bahwa sejak kekalahan Turki Utsmani dalam Perang Dunia Pertama, dan menjadikan wilayah Palestina berada dalam wilayah mandatnya pemenang perang, yaitu Inggris. Kemudian dengan konspirasi zionisme internasioal, maka terealisasilah migrasi bangsa Yahudi yang terdiaspora sehingga akhirnya tahun 1948 dideklarasikan Israel sebagai negara bagi bangsa Yahudi.
Realitas sejarah ini, kata Budi, menunjukkan bahwa memang akhirnya solusi pragmatis adalah solusi dua negara. Dan inilah yang dirancang dalam Deklarasi Majelis Umum PBB tahun 1947, bahwa akan ada dua negara di bumi Palestina. Demikian juga yang kemudian terus dirancang oleh negara-negara adidaya, dalam menciptakan situasi baru di Timur Tengah, arahnya adalah solusi dua negara.
“Artinya bahwa memang ini solusi yang ingin menguatkan eksistensi Israel, namun di sisi lain berpihak pada Palestina. Suatu realitas yang sulit diterima secara rasional bila kita merujuk faktor historis terkait dengan pendirian Israel yang jelas menjajah Palestina,” ucapnya.
Ia menyatakan penjajahan adalah penistaan terhadap martabat manusia. Hanya solusi yang berpihak pada nilai-nilai dasar hakiki manusia yang akan menyelesaikan apa yang terjadi di Palestina. Dan itulah yang dulu ditunjukkan oleh para pemimpin Islam masa lalu dalam sejarah konflik di bumi Palestina. Sebagaimana mulianya seorang Panglima, Shalahuddin al Ayubi yang mengakhiri pendudukan Salibis yang menyengsarakan bangsa Palestina. Juga bagaimana pembelaan Sultan Abdul Hamid II yang akan tetap menjaga bumi Palestina dari konspirasi Yahudi internasional yang sudah diprediksi akan memunculkan fitnah besar akhir zaman.
“Sosok semacam itulah yang insyaallah akan menjadi solusi terhadap apa yang dialami Palestina saat ini. Wallahualam,” pungkasnya.[] Agung Sumartono