Meski Pemerintah Nyatakan Aman, Pengamat Tetap Ingatkan Bahaya Kenaikan Utang

 Meski Pemerintah Nyatakan Aman, Pengamat Tetap Ingatkan Bahaya Kenaikan Utang

Mediaumat.info – Pengamat Ekonomi Dr. Fahrul Ulum, MEI mewanti-wanti terkait utang yang semakin naik meskipun dari pemerintah mengatakan aman karena masih di bawah 60 persen dari produk domestik bruto (PDB).

“Tetapi hati-hati bahwa 60 persen itu sudah tertarik ke atas (berjalan menuju 60 persen), dan kalau sudah tembus 60 persen, wah itu berbahaya sekali dan sekarang sudah mendekati 40 persen,” ujarnya dalam Kabar Petang: Parah! Ini yang Akan Terjadi jika RI Krisis Utang, Kamis (28/12/23) di kanal YouTube Khilafah News.

Karena, lanjutnya, utang Indonesia ini setiap tahun terus bertambah dan bertambahnya itu sering kali di luar dugaan dan di luar nalar.

“Pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara sekarang ini kita patok pendapatan 2802 triliun, belanja kita 3325 triliun. Artinya, ada defisit 500-an triliun kan? Nah, itu dari mana? Tentu nanti nambah utang lagi dan nambah pajak juga,” keluhnya.

Jadi kalau dikatakan belum mencapai 60 persen itu masih aman, kata Fahrul, memang masih aman kalau tidak nambah utang lagi, tetapi kalau terus bertambahnya utang ini akan menjadi kebiasaan yang justru mengantarkan pada ketidakamanan.

“Apalagi politik kita harus mendatangkan utang dan peningkatan pajak,” tuturnya.

Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto baru-baru ini mengatakan, utang 8041 triliun rupiah masih aman dan terkendali dengan rasio utang sebesar 38 persen dibanding dengan PDB, yang artinya masih di bawah batas maksimal 60 persen berbanding PDB serta lebih baik dibandingkan negara berkembang lainnya.

Resesi

Fahrul juga mewanti-wanti jika terus bertambahnya utang maka akan mengurangi pos-pos yang lain, karena sibuk membayar cicilan utang dan suku bunga yang dapat mengakibatkan resesi.

“Cicilan utang kita saja sekarang sudah 500 triliun, dan suku bunganya 455 triliun itu uang yang sangat banyak sekali dan itu jika terus-terusan maka ini bisa mengantarkan resesi ekonomi,” tegasnya.

Resesi ekonomi, menurut Fahrul, adalah penurunan Tingkat ekonomi secara kuartal berturut-turut, dan jika sudah terlalu banyak utang apa pun bisa dilakukan oleh pemerintah.

“Termasuk biasanya akan mengurangi cost untuk kesehatan, mengurangi cost pendidikan, cost pemberian infrastruktur, terus otomatis ekspor juga akan berdampak karena nilai modal yang berkurang, dan pajak akan dinaikkan, gitu biasanya,” pungkasnya.[] Setiyawan Dwi

Share artikel ini:

Related post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *