Menjelaskan Kepalsuan Injil Bukan Penghinaan, Tapi Kajian Ilmiah
Mediaumat.news – Terkait dugaan penghinaan atau penistaan agama oleh Ustaz Yahya Waloni yang menyebut Injil itu palsu dalam ceramahnya, Cendekiawan Muslim Ustaz Azizi Fathoni menyatakan bahwa menjelaskan kepalsuan Injil itu bukan penghinaan tapi justru kajian ilmiah dan bisa dibuktikan.
“Bahwa menjelaskan tentang adanya kepalsuan itu sebetulnya bukan penghinaan, justru kajian secara ilmiah, bisa dibuktikan,” ujarnya dalam acara Kabar Petang: Dakwah Islam Bukan Penistaan Agama, Jumat (3/9/2021) di kanal YouTube KC News.
Ustaz Azizi mengatakan, dakwah adalah salah satu ajaran Islam yang hukumnya wajib. Sasaran dakwah adalah kalangan non Muslim apabila mengajak kepada Islam dan umat Islam sendiri agar memegang teguh ajaran Islam.
Ia menilai, apa yang dialami oleh Ustaz Yahya Waloni seorang Kristolog Muslim dengan latar belakang dulu seorang Nasrani, tentu dakwahnya berusaha mengajak umat Nasrani yang lain untuk bersama-sama memegang kebenaran yang sudah ia dapatkan. Dan dakwah kepada non Muslim ini bukan hanya menyampaikan Islam, tetapi juga untuk membuktikan Islam itu benar dan selain Islam tidak benar.
Ustaz Azizi memandang, apa yang dipermasalahkan tentang dakwah Ustaz Yahya Waloni itu sebetulnya suatu yang tidak pantas dibawa ke ranah kriminalisasi atau hukum, tapi yang harus dilakukan adalah melakukan pembuktian secara akademik. Kalau memang apa yang dikatakan oleh Ustaz Yahya Waloni itu tidak benar, maka tinggal diklarifikasi secara akademik. Dan di forum akademik inilah para Kristolog Muslim bisa membuktikan bahwa Injil yang ada ini sudah tidak murni sebagaimana Injil sebagai wahyu Allah SWT.
Ia menegaskan, Islam mengimani Injil, bahkan kalau ada orang Islam tidak meyakini ada kitab Allah yang bernama Injil, maka ia bisa dianggap keluar dari Islam. Tapi dalam Al-Qur’an juga menjelaskan banyak distorsi atau perubahan-perubahan yang terjadi di dalam Injil.
Ustaz Azizi membuktikan, dengan membandingkan Injil edisi lama dan Injil edisi baru yang dimilikinya. Dalam Injil versi lama, surat Imamat pasal 11 ayat 7 menyebut bahwa babi itu haram. Sedangkan dalam Injil versi baru terbitan Lembaga Alkitab Indonesia (LAI) yang sekarang digunakan oleh umat Nasrani, dalam ayat dan pasal yang sama berubah bahwa yang haram itu adalah babi hutan.
“Jadi ada perubahan sudah dari edisi lama ke edisi baru,” jelasnya.
Menurut Ustaz Azizi, perubahan pada Injil itu bukan sesuatu yang rahasia. Bahkan ada seminar yang digelar tahun 1994 di San Fransisco Amerika, terkait seberapa banyakkah firman Yesus yang ada di dalam Injil. Ternyata terbukti bahwa 82 persen isi kandungan Injil itu bukan dari Yesus, tetapi dari selain Yesus.
“Jadi kajian-kajian ilmiah semacam inilah sebetulnya yang harus dijadikan tolok ukur menilai apa yang dikemukakan oleh Ustaz Yahya Waloni,” pungkasnya.[] Agung Sumartono