elSAD: Indonesia Butuh Pemimpin Takwa dan Sistem Dahsyat

 elSAD: Indonesia Butuh Pemimpin Takwa dan Sistem Dahsyat

Mediaumat.id – Untuk memberantas korupsi sampai ke akarnya, Direktur Lingkar Strategis dan Analisis Data (elSAD) Muhammad Ismail mengatakan, Indonesia butuh pemimpin takwa dan sistem dahsyat.

“Yang kita butuhkan adalah pemimpin yang takwa dan sistem yang luar biasa dahsyat. Itu yang dibutuhkan Indonesia hari ini,” tuturnya di Kabar Petang: Membabat Korupsi Harus dari Akarnya, melalui kanal You Tube Khilafah News, Jumat (2/6/2023).

Sistem dahsyat itu adalah sistem yang berasal dari Allah SWT. “Al-Qur’an, adalah penjelas segala sesuatu termasuk menyelesaikan kasus korupsi yang parah. Dalam Islam ada sejumlah langkah yang harus dilakukan dalam memberantas bahkan mencegah korupsi,” yakinnya.

Pertama, penerapan ideologi Islam. Penerapan ideologi Islam meniscayakan penerapan syariat Islam secara kafah, termasuk pemimpin [khalifah] diangkat untuk menjalankan pemerintahan sesuai Al-Qur’an dan As-Sunnah.

Kedua, penguasa dan para pejabat yang bertakwa dan zuhud. Dalam pengangkatan pejabat atau kepala negara, Islam menetapkan syarat takwa sebagai ketentuan selain dari kafa’ah [kapabel].

Ketakwaan ini akan membuat seorang pejabat saat melaksanakan tugas selalu merasa dimonitor oleh Allah SWT. “Ada malaikat Raqib dan ‘Atid yang ada dipundak kiri dan kanannya. Ini akan membuat pejabat berfikir seribu kali saat hendak melakukan korupsi,” ungkapnya.

Ketiga, pelaksanaan politik secara syar’i, yaitu mengurusi urusan rakyat dan melayaninya sepenuh hati dan jiwa sesuai tuntunan syariat Islam.

Keempat, penerapan sanksi yang tegas yang berefek jera. “Hukuman tegas tersebut bisa berupa publikasi, stigmatisasi, peringatan, penyitaan harta, pengasingan, cambuk, bahkan hingga hukuman mati jika membahayakan negara,” bebernya.

Menjaga

Ismail menegaskan, sistem yang menerapkan syariat Islam ini penting karena akan menjaga individu rakyat maupun pejabat tetap dalam kebaikan.

Ia mengutip perkataan Mahfudz MD yang mengatakan bahwa malaikat sekalipun kalau menjadi pejabat di Indonesia bisa jadi iblis. “Ini karena sistemnya yang rusak,” cetusnya.

Tidak ada yang meragukan keimanan dan ketakwaan Mu’adz bin Jabal. “Meski demikian Rasulullah juga menetapkan sistem yang mengelilingi Mu’adz,” ucapnya sembari membacakan hadis pesan Nabi kepada Mu’adz:

“Rasulullah SAW mengutus saya [Mu’adz] ke Yaman. Ketika saya baru berangkat, beliau memerintahkan seseorang untuk memanggil saya kembali. Maka saya pun kembali dan beliau berkata, ‘Apakah engkau tahu aku mengirimmu orang untuk kembali? Janganlah kamu mengambil sesuatu tanpa izin saya, karena hal itu adalah ghulul (korupsi). Dan barangsiapa berlaku ghulul, maka ia akan membawa barang yang digelapkan atau dikorupsi itu pada hari kiamat. Untuk itulah aku memanggilmu. Sekarang berangkatlah untuk tugasmu.’”

Pesan Nabi ini, tegasnya adalah sistem. Selain sistem, ujarnya, keteladanan juga harus diberikan. “Rasulullah SAW meski memegang banyak harta, tapi biasa tidur di atas selembar tikar kasar hingga meninggalkan bekas ditubuhnya,” tandasnya.

Demikian juga, sambung Ismail, Khalifah Umar bin Khatab. Umar bin Khatab tidak pernah lagi mengumpulkan dua lauk dalam satu hidangan, setelah diberi masukan dari Salman al-Farisi bahwa masyarakat memperbincangkan Khalifah Umar yang mengumpulkan dua lauk dalam satu hidangan.

“Ini gambaran perpaduan antara keimanan dan ketakwaan individu dengan bagusnya sistem. Dua hal ini saling berkelindan. Penguasa yang takwa dan sistem Islam akan menjadi solusi mendasar pencegahan korupsi,” pungkasnya.[] Irianti Aminatun

Share artikel ini:

Related post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *