Direktur Pamong Institute: Minimal Ada tiga Penyebab Mahasiswa Turun ke Jalan
Mediaumat.id – Direktur Pamong Institute Wahyudi Al Maroky menyatakan minimal ada tiga penyebab mahasiswa turun ke jalan. “Minimal ada tiga penyebab mahasiswa itu sampai turun,” tuturnya dalam Mukmin Talk: Mahasiswa Turun Aksi, Tanda Demokrasi Mati? di kanal MukminTV, Rabu (20/4/2022).
Pertama, karena pemerintahnya otoriter dan zalim, sehingga memicu untuk melakukan perlawanan.
Kedua, masyarakat yang tidak sejahtera. “Seandainya pemerintahnya itu, rezimnya itu zalim tetapi masyarakat dikasih kenyang, dikasih sejahtera, dikasih foya-foya mereka enggak akan turun ke jalan,” jelasnya.
Ketiga, saluran politik demokrasi tidak berfungsi. “Saluran-saluran suara rakyat itu, seandainya suara rakyat itu didengar dengan aik maka tidak mungkin aka terjadi aksi turun ke jalan, karena semua persoalan selesai,” paparnya.
Ia menegaskan, persoalan tidak selesai karena wadah untuk menyampaikan aspirasi rakyat tidak berjalan, pemerintahnya tidak mendengarkan juga apa yang disampaikan rakyat perwakilan selain mahasiswa hingga akhirnya mahasiswa turun.
“DPR terlalu sibuk bahkan suara rakyat yang harusnya terwakili tidak tersampaikan. Sebagai wakil rakyat pasti memerlukan biaya, untuk kampanye dan seterusnya. Nah, di situlah sekarang dia lagi sibuk mengembalikan biaya kampanye sekaligus nabung untuk membiayai pesta demokrasi ke depan, jadi enggak sempat kepikiran rakyat gitu, apalagi menyampaian suara-suara mereka,” tandasnya.
Kehilangan Sinyal
Ia menggambarkan, pemerintah seolah kehilangan sinyal untuk mengetahui bahwa rakyat ini ada kesulitan atau tidak.
Hal itu terjadi karena orang yang menasihati tidak didengarkan. “Kenapa itu terjadi? Orang yang menasihati dia enggak didengar lagi, ulama menasihati malah dikriminalisasi, berapa banyak habib kita yang ditangkap,” imbuhnya.
Menurutnya, sikap tersebut merupakan penyebab kezaliman. “Kalau menurut saya, itulah penyebab kezaliman, dia melakukan kezaliman. Orang menasihati sebenarnya didengarkan, dan diperbaiki,” ujarnya.
Kemudian Wahyudi menggambarkan sosok pemimpin yang baik. “Nah pemerintahan dan pemimpin yang baik itu ketika ada kritik dia akan sibuk mengoreksi dirinya atas kritik itu. Bukan sibuk merespons balik (dengan) menyerang pengritiknya, bahkan mengkriminalisasi para pengkritiknya,” tegasnya.
Ia menekankan karena sibuk menyerang balik para pengkritik maka berpotensi memunculkan kezaliman.
“Itu yang tejadi sehingga kezaliman terjadi. Dia zalim terhadap para aktivis, zalim terhadap para ulama, zalim terhadap orang-orang yang mengkritiknya gitu sehingga orang yang menasihati tidak lagi didengar. Akibatnya apa? Suara rakyat enggak sampai lagi ke sana,” tandasnya.
Ia juga menyampaikan, pemimpin yang tidak menerapkan aturan yang equal itu merupakan kezaliman.
“Menerapkan aturan yang tidak equal, tidak adil itu zalim. Nah kalau di Al-Qur’an itu kan jelas ya, orang atau pemimpin yang tidak melaksanakan hukum yang Allah turunkan itu bisa dipastikan pilihannya kalau tidak zalim, fasik atau kafir. Jadi tiga itu,” pungkasnya.[] Sri Purwanti