Anies Jadi Korban Traumatic Syndrome Pihak yang Kalah Pilgub DKI 2017

 Anies Jadi Korban Traumatic Syndrome Pihak yang Kalah Pilgub DKI 2017

Mediaumat.id – Kebingungan Anies Baswedan terhadap pihak-pihak yang ingin menjegalnya padahal hasil survei menunjukkan dirinya berada pada posisi ‘bontot’ alias terakhir dinilai Analis Senior Pusat Kajian dan Analisis Data (PKAD) Fajar Kurniawan menunjukkan ada sindrom trauma dari pihak-pihak yang kalah dalam kontestasi politik tahun 2017 di DKI Jakarta.

“Ini menunjukkan bahwa ada traumatic syndrome dari pihak-pihak yang merasa pernah kalah dalam kontestasi politik tahun 2017 (DKI Jakarta),” ungkapnya dalam acara Kabar Petang: Anies Dijegal? di kanal YouTube Khilafah News, Sabtu (3/6/2023).

Menurutnya, pihak-pihak tersebut tidak menghendaki kejadian tahun 2017 terjadi kembali mengingat saat itu Anies Baswedan tidak pernah menempati peringkat pertama survei. Namun, ternyata dirinyalah yang kemudian memenangkan Pemilihan Gubernur DKI Jakarta.

“Yang mereka ingin lakukan adalah bagaimana kemudian Bung Anies Baswedan ini tidak masuk menjadi calon,” ungkapnya.

Fajar menilai, ada silent operation (operasi senyap) untuk betul-betul agar Anies Baswedan tidak masuk dalam kontestasi tersebut. Segala macam cara sudah mereka lakukan, mulai dari menghembuskan isu primordial, menghembuskan isu terkait politik identitas, kemudian mencoba merayu partai-partai koalisi.

“Saya kira upaya-upaya itu kalau kita tarik benang merahnya, sebenarnya ini adalah dalam rangka memecah belah Koalisi Perubahan yang telah terbentuk sebelumnya,” jelas Fajar.

Lebih Penting

Namun, Fajar memandang ada yang lebih penting dari sekadar memilih pemimpin yang senantiasa dipilih dalam 5 tahun sekali ketika pemilihan umum (pemilu) yaitu mengubah pondasi/sistem dasar dari kehidupan berbangsa dan bernegara.

Ia mempertanyakan sistem kehidupan yang diterapkan hari ini. “Apakah sistem ekonomi kita hari ini betul-betul sistem yang sudah menjamin pemerataan ekonomi? Sama dengan sistem politik, apakah sistem politik ini yang kita kehendaki? Apakah sistem politik yang kemudian meniscayakan keterlibatan oligarki, itu yang ingin kita pertahankan?” ungkapnya.

Karena itu, Fajar mengajak berpikir lebih mendasar yaitu memperbaiki pondasi terlebih dahulu. “Kalau kemudian pondasinya dibenahi, pondasi ekonomi, politik, hukum, semua kita benahi maka sesungguhnya akan lebih mudah menempatkan orang sebagai pemimpin” pungkasnya.[] Ade Sunandar

Share artikel ini:

Related post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *