Aksi Akar Rumput Boikot Zionis Efektif, Pemred Al-Wa’ie Pertanyakan Aksi Serupa di Level Negara

 Aksi Akar Rumput Boikot Zionis Efektif, Pemred Al-Wa’ie Pertanyakan Aksi Serupa di Level Negara

Mediaumat.info – Mencermati keefektifan aksi boikot oleh masyarakat dunia terhadap sejumlah produk kebutuhan sehari-hari yang dianggap berafiliasi dengan Zionis Yahudi, Pemimpin Redaksi Tabloid Al-Wa’ie Farid Wadjdi justru mempertanyakan aksi serupa di level negara yang belum optimal.

“Yang justru tadi kita pertanyakan itu pada level negara,” ujarnya dalam Sorotan Dunia Islam, Rabu (7/2/2024) di Radio Dakta 107.0 MHz FM Bekasi.

Artinya, tanpa mengurangi apresiasi atas aksi boikot di level akar rumput, Farid memandang adanya ketidakseriusan para penguasa negeri Muslim di sekitar wilayah Timur Tengah untuk bersama-sama menghentikan upaya genosida akan warga Gaza, Palestina.

Untuk diketahui sebelumnya, aksi boikot yang dilakukan masyarakat saja, telah benar-benar berdampak ke kinerja perusahaan-perusahaan ritel.

Di antaranya, seperti dilansir Reuters, Selasa (6/2), perusahaan McDonald’s melaporkan penjualan mereka di pasar Timur Tengah untuk pertama kalinya anjlok dalam kurun 4 tahun ini. Nilai saham mereka terpukul turun 4 persen. Pasar di negara Muslim lainnya seperti Indonesia dan Malaysia juga mengalami penurunan penjualan.

Menurut Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo), Roy Nicholas Mandey, telah melaporkan sejumlah produk kebutuhan sehari-hari yang dituduh berafiliasi dengan Israel, terdampak 40 persen. Produknya berupa susu bayi, remaja, hingga lansia, maupun makanan dan minuman hingga kosmetik.

Meskipun belum ada laporan nilai kerugian terbaru yang diderita Zionis, laporan Al-Jazeera pada 2018 lalu mengungkap bahwa gerakan boikot berpotensi menimbulkan kerugian hingga USD11,5 miliar atau sekitar Rp180,48 triliun (asumsi kurs Rp15.694/USD) per tahun bagi Zionis.

Tak ayal, Zionis Yahudi pun khawatir terhadap dampak kerugian ini. Dalam beberapa waktu terakhir, misi prioritas diplomatik Zionis adalah penanggulangan gerakan Boikot, Divestasi, dan Sanksi (BDS).

Belum kerugian yang dialami Starbucks. Selain karena meningkatnya perselisihan perusahaan dengan karyawannya, ada juga yang berspekulasi bahwa penurunan nilai tersebut menjadi dampak dari aksi boikot.

Tingkatkan Level Tuntutan

Lantaran itu, kata Farid lebih lanjut, umat harusnya meningkatkan level tuntutan kepada para penguasanya agar mau melakukan hal serupa.

“Dan tuntutan kita itu juga harus kita tingkatkan levelnya. Kepada siapa? Kepada penguasa-penguasa negeri Islam untuk menunjukkan keseriusan mereka untuk menghentikan pembantaian yang dilakukan oleh entitas penjajah Yahudi ini,” urainya.

Artinya pula, untuk bisa menghentikan jantung penggerak perekonomian Zionis Yahudi, misalnya, umat membutuhkan kebijakan level negara yang tegas terutama dari negara di sekitar wilayah Timur Tengah.

Sementara, jantung penggerak ekonomi Zionis Yahudi sendiri ada pada pasokan energinya. Sedangkan di saat yang sama, mereka masih mengandalkan impor yang selama ini melewati negeri-negeri Muslim, dan hingga saat ini masih berlangsung.

Sebutlah pasokan kebutuhan sehari-hari minyak dan gas, serta kebutuhan industri mereka yakni besi dan baja.

“Kalau kita lihat baja, besi, ini merupakan komponen penting dalam pembantaian terhadap Palestina,” sebutnya, tentang bahan baku yang bisa digunakan untuk persenjataan militer tersebut.

Mengutip data dari Institut Statistik Turki (TurkStat) dan Majelis Eksportir Turki (TİM), yang juga dilansir harian Karar, ekspor Turki ke Zionis terus berlanjut meskipun terdapat retorika anti-Israel yang meningkat sebagai respons terhadap serangan Zionis terhadap wilayah kantong Palestina di Gaza.

Pula dilaporkan, pada akhir pekan dalam serangkaian tweet (cuitan) bahwa sejak konflik Zionis-Hamas dimulai, 253 kapal telah berlayar dari Turki membawa kargo seperti minyak mentah, bahan bakar, besi, dan baja.

Malahan seperti dalam laporan khusus oleh TV setempat, Channel 13, terungkap pada hari Selasa, Zionis menggunakan jalur darat yang dimulai dari Dubai dan melewati Arab Saudi dan Yordania untuk mengangkut kargo guna melewati blokade Houthi di Laut Merah.

Karenanya di level negara, dalam hal ini penguasa negeri Muslimlah yang seharusnya kemudian melakukan aksi boikot Zionis Yahudi.

Tak hanya itu, kalau memang serius menghentikan secara signifikan pembantaian terhadap warga Gaza, Palestina, para penguasa negeri Muslim pun harus bersatu, untuk kemudian mengirim pasukan-pasukan terbaik umat Islam ke sana.

Sebab kalau tidak, hal ini menunjukkan pengkhianatan dan menjadikan isu Palestina hanya retorika. “Palestina ini hanya retorika saja, bukan sungguh-sungguh untuk menghentikan kebiadaban Yahudi ini,” pungkasnya. [] Zainul Krian

Share artikel ini:

Related post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *