Mediaumat.info – Pernyataan kepala lembaga keagamaan Yeshiva “Shirat Moshe” di Jaffa, Rabbi Eliyahu Mali, yang meminta murid-muridnya di pasukan pendudukan Zionis (IDF) untuk membunuh semua orang di Gaza, dinilai sebagai prinsip negara ilegal entitas penjajah Yahudi yang menggunakan agama untuk kepentingannya.
“Kalau kita lihat pada prinsipnya, negara ilegal entitas penjajah Yahudi ini selalu menggunakan agama untuk kepentingan atau tujuan politiknya,” ujar Direktur Forum on Islamic World Studies (FWIS) Farid Wadjdi dalam Kabar Petang: Bejat! Kepala Agama Israel Minta IDF Habisi Warga Gaza, Ahad (17/3/2024) di kanal YouTube Khilafah News.
Sedari awal kehadiran orang-orang Yahudi ke Palestina dan melahirkan gerakan Zionisme itu juga, menurut Farid, menggunakan daya tarik agama.
“Seolah-olah kemudian ini adalah perintah agama mereka (Yahudi), demikian juga kalau kita lihat terjadi sekarang ini, untuk memperkuat posisi entitas penjajah Yahudi ini agama pun kemudian dipakai,” tuturnya.
Bahkan, lanjutnya, perang melawan Islam itu menggunakan bahasan-bahasan agama. Sama halnya ketika Amerika Serikat (AS) dalam mengampanyekan perang yang mereka sebut sebagai perang melawan terorisme.
“Di masa George W Bush itu jelas-jelas pada waktu itu mengatakan dalam kampanye perangnya melawan terorisme itu, ‘This Crusade, this war on terrorism,’ jadi menggunakan istilah Crusade (Perang Salib),” bebernya.
Maka, jelas Farid, bisa disimpulkan, sesungguhnya yang terjadi di Palestina sekarang ini tidak bisa terlepas dari yang disebut dengan perang agama.
“Dalam peradaban Islam perang antara iman dengan kekufuran, ditunjukkan seperti halnya bagaimana keimanan Gaza mempertahankan negaranya yang dijajah dengan kesabarannya,” ungkapnya sembari menyatakan peradaban kekufuran yakni kapitalisme yang menunjukkan kerakusan dan kebiadabannya dengan membantai umat Islam di Gaza Palestina.
“Jadi, ini sekarang mencerminkan apa yang terjadi di Palestina, yang sekarang ini tidak bisa dipisahkan dari perang peradaban antara iman dengan kekufuran,” pungkasnya. [] Setiyawan Dwi