Yang Tersembunyi di Balik Moderasi

 Yang Tersembunyi di Balik Moderasi

Beberapa pekan ini masyarakat dihebohkan oleh isu ‘Moderasi Agama’.  Hal ini mencuat setelah berita pindah agamanya Sukmawati Soekarnoputri, Putri dari Presiden RI pertama, Soekarno. Disusul dengan viralnya video dari Buya Syakur di Mabes Polri didampingi oleh Menteri Agama  Yaqut Cholil Coumas.

Dalam video yang berdurasi 54 menit tersebut, Buya Syakur menyampaikan pandangannya terkait dengan beberapa perkara yang menimbulkan reaksi di tengah-tengah masyarakat, seperti pernyataan Islam Bukan Agama Sempurna, persoalan kalimat tauhid, agama dari Ummul Mukminin Khadijah dan beberapa hal yang menuai kontroversi di tengah-tengah masyarakat.

Para Ulama dan tokoh masyarakat melihat ada bahaya terselubung dari moderasi beragama ini, yang berdampak kepada hilangnya kemurnian Islam dan pergeseran makna-makna yang terdapat dalam ajaran Islam itu sendiri.

Menyikapi hal tersebut, tokoh masyarakat dan para ulama di Riau berkumpul untuk menyatakan sikap, merespon wacana moderasi beragama yang telah masuk di perguruan tinggi agama, yang tergabung dalam “FORUM TOKOH PEDULI UMAT” dengan tema ; “Yang tersembunyi di Balik Moderasi”, diadakan di Hotel  Jatra Pekanbaru,  14 November 2021.

Nampak beberapa tokoh yang hadir diantaranya Muh. Syukri, M.Ag (pimpinan Yayasan& Pondok Pesantren Ukhuwah Islamiyah Kampar), Bapak Rahmat ( paguyuban warga Sunda Riau ), Habib Muhammad Said Abu Bakar Ajjufri, Buya Zulfikar (mantan qori Nasional sekaligus dewan juri MTQ), Ustadz Yana Mulyana (Pengurus FKUB Prov Riau/Ketua GMMK), Bambang Rumnan, SH, MH (Pengacara), Ust H. Abu Zahro (Muballigh), Syamsul Bahri Samin ( Pimpinan al Jannah Manajemen), M Sahal , MSI ( Sekum ICMI Riau), Ustadz Yusra SAg ( PA 212), Ustadz Sofyan Hadi ( Sekretaris Matla’ul Anwar Riau/ Muballigh IKADI), Dr. Suardi Tarumun (Dosen Faperta UNRi), Dr. Zaflis, M. Si ( Dosen FT UIR), Dr. Burhan Phili (Dosen MM Unilak), Hamsal, MM, (Dosen FEB UIR), Ust Nursalim Imam Masjid Baiturrahman Sidomulyo

Acara dibuka dengan pembacaan ayat suci Alqur’an oleh Ustadz Yazid Umar Nasution.

Kata sambutan disampaikan oleh Shohibul Hajah, Ustadz Muhammadun, M.Si. Beliau mengucapkan ahlan wa sahlan kepada para tamu undangan. Beliau juga menyampaikan bahwa yang melatarbelakangi terwujudnya agenda ini adalah apa yang terjadi ditengah-tengah masyarakat, terutama proyek moderasi beragama yang menggelontorkan dana sebesar 3,2 T.

‘Ternyata proyek ini kalau bahasa agama seperti Talbis. Talbis itu tipu daya, ngicuh bahasa orang Riaunya. Judulnya perdamaian, kedamaian hak asasi manusia dan macam-macamlah. Tapi kalau kita sibak sedikit ternyata busuk dan jahat’, pungkasnya.

Pembicara pertama disampaikan oleh Ustadz Roni Chandra. Beliau adalah peneliti senior di Riau yang konsentrasi kepada penelitian penyebaran paham Liberal dan Syi’ah di Indonesia. Beliau memaparkan bagaimana perjalanan Kelompok Jaringan Islam Liberal di Indonesia.

Beliau menjelaskan bahwa akar jaringan Islam Liberal di Indonesia yang saat ini menampakkan wajahnya sebagai Gerakan moderasi beragama berawal sejak Profesor Harun Nasution dilantik sebagai Rektor IAIN Syarif Hidayatullah Ciputat. Dengan menerbitkan Buku Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya, beliau memulai gerakan Islam Liberal dengan menjadikan buku tersebut menjadi buku rujukan wajib bagi para Mahasiswa.

Ustadz Roni juga menerangkan  bahwa   Profeser Harun Nasution juga mencanangkan program pengiriman para dosen-dosen untuk belajar keluar negeri untuk mengambil program Pasca sarjana ke Barat dan belajar Islam kepada mereka. Para pengikut profesor Harun Nasution ini menamakan program Pembaharuan Pemikiran Islam yang pada prinsipnya adalah program Pembaratan Pemikiran Islam.

Terakhir beliau menjelaskan bahwa pemikiran yang disampaikan oleh Buya Syakur mirip dengan pemikiran Syiah yang memandang bahwa Ajaran Islam belum sempurna dan juga dinampakkan melalui sikap menghina dan merendahkan para sahabat Nabi Muhammad SAW.

Hal senada juga disampaikan oleh Kiyai Sholeh Abdullah yang menjabarkan akar dari moderasi beragama adalah program westernisasi oleh barat ke dalam negeri-negeri kaum muslim.

‘ Westernisasi yang terjadi di Indonesia itu tidak bia lepas dari permasalahan-permasalahan global yang ada di dunia ini. Jadi dia tidak berdiri sendiri bukan masalah mahaliyah, masalah dalam negeri , bukan.  Tetapi sebenarnya kalau mau diteliti lebih luas lagi, ini adalah permasalahan seluruh umat Islam ketika kita tidak memiliki sebuah naungan yang bisa melindungi diantaranya pemikiran-pemikiran Islam, Pungkasnya.

Beliau juga memaparkan bahwa program westernisasi telah ada sebelum runtuhnya kekhilafahan Turki Utsmani di masa salah seorang khalifah yang kebarat-baratan tepatnya dipertengahan abad ke -19. Program itu terus berlanjut hingga saat ini dimana barat membuat sebuah lembaga pengkajian strategi pada tahun 1948 yang bernama Rand Corporation. Dengan berdasarkan rekomendasi dari Rand Corporation, barat menetapkan kebijakannya dalam mengatasi perkembangan Islam dan pemikirannya.

Terakhir beliau memaparkan bahwa segala apa yang menimpa negeri kaum muslim adalah merupakan strategi dari para kapitalis untuk tetap menjajah negeri kaum muslim.

‘Dibalik kedok islam kontemporer intinya adalah ini adalah bagian dari strategi negara-negara Kapitalis untuk tetap menjajah dan ancaman terbesar dari keserakahan menjajah dunia adalah kaum muslimin dan pemikirannya yang memang punya potensi dalam sejarah membungkam keserakahan mereka’, pungkasnya.

Acara ditutup dengan pembacaan doa oleh KH. Abu Zaydan Lc, ME.Sy dan dilanjutkan dengan makan siang dan ramah tamah dengan tamu undangan. (Reporter)

Share artikel ini:

Related post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *