Senin (13/9), Presiden Mesir Abdel Fattah Al-Sisi mengumumkan bahwa ia telah menemukan “pemahaman yang sama” dengan Perdana Menteri Israel Naftali Bennett atas Bendungan Hidase Ethiopia. Al-Sisi mengatakan bahwa ia berbicara dengan Bennett dengan “keterusterangan dan berani”, bahwa ada lebih banyak pembicaraan demi kedua negara dan kawasan, termasuk membahas tentang “masalah bendungan Ethiopia”. “Saya menemukan pemahaman yang sama,” tambahnya.
Al-Sisi juga mengatakan bahwa pertemuan itu membahas situasi di Jalur Gaza, pentingnya menjaga perdamaian, gencatan senjata, pentingnya mencapai stabilitas, dukungan ekonomi, serta perbaikan kondisi warga di Tepi Barat dan Gaza. Sementara Bennett menggambarkan pertemuan pertamanya dengan Al-Sisi sebagai “sangat penting dan baik sekali”, setelah itu ia kembali ke “Israel”. Sebelum naik ke pesawat, ia menambahkan, “Kami meletakkan dasar hubungan yang mendalam untuk bergerak maju” (aljazeera.net, 14/09/2021).
Pembicaraan Al-Sisi dengan Bennett adalah pembicaraan pertemanan, dan keduanya membahas isu-isu regional dan pertukaran kemitraan yang diwujudkan secara praktis. Hal ini menegaskan sejauh mana keberpihakan rezim boneka ini terhadap pihak musuh, dan sejauh mana koordinasi lokal dan regional antara mereka. Bahkan ada penyimpangan kata yang tidak secara akurat mengungkapkan kenyataan, karena hakikatnya mereka adalah satu barisan, bukan di dua barisan yang berdekatan.
Sungguh menyakitkan, Perdana Menteri entitas Yahudi yang siang malan menindas rakyat Palestina, meningkatkan serangan terhadap para tahanan, dan menodai Al-Aqsha, justru ia mendapatkan penerimaan dan sambutan hangat di Mesir al-Kinanah, bukannya ia dan entitasnya yang bagaikan monster itu dijadikan sebagai musuh yang harus digoyang untuk mencabut akarnya dari tanah yang diberkati.
Al-Sisi, yang membicarakan Bendungan Hidase dengan entitas monster ini, sungguh telah menghina Mesir dan rakyatnya. Rakyat Mesir tidak ridha dengan meminta bantuan atau bahkan memperdagangkan urusan negara mereka dengan musuhnya yang menduduki tempat Isra’ Rasul mereka, juga pendudukan Al-Quds, dimana kejahatannya tidak kurang daripada masalah Bendungan Hidase. Selain itu, tentara Mesir sebenarnya mampu menyelesaikan masalah negaranya dan negara-negara kaum Muslim jika memang mereka memiliki niat yang tulus dan kemauan yang kuat. Mesir tidak membutuhkan entitas kecil yang kerapuhan dan kepengecutannya begitu telanjang di mata semua orang. Sungguh, beragam kehinaan dan kerendahan yang sangat memalukan telah mewarnai Mesir al-Kinanah di bawah kekuasaan para antek boneka kaum kafir penjajah ini!
Pengkhianatan terhadap rakyatnya tidak berhenti di sini, Al-Sisi melanjutkan perannya dalam berkonspirasi melawan isu Palestina, ia berkoordinasi dengan penjajah dan mencapai pemahaman yang mendalam dengannya untuk menjamin “perdamaian”, ketenangan dan stabilitas, yaitu perdamaian dan stabilitas bagi para penjajah, bukan keamanan rakyat Palestina dan pengembalian tempat-tempat suci mereka! Ini adalah peran yang telah dipercayakan kepadanya oleh tuannya di Washington agar ia menjadi ujung tombak dalam setiap langkah yang akan datang untuk menghapus isu Palestina.
Tentara Mesir dan para pahlawan penyeberangan adalah keturunan tentara Salahuddin, al-Qutuz dan Amr bin al-‘Ash, yang mampu melenyapkan entitas Yahudi dalam satu jam saja. Akan tetapi pengkhianatan rezim boneka ini telah membelenggu tentara yang gagah berani, yang seandainya mereka ingin mencabut gunung-gunung, niscaya mereka akan mampu mencabutnya. Dengan demikian, kewajiban tentara Mesir yang tulus ikhlas adalah bergerak dan mengibaskan debu penghinaan dari pundak mereka, serta berjuang untuk menggulingkan rezim pengkhianat ini, mengambil kendali inisiatif, dan mendirikan Khilafah Rasyidah ‘ala minhājin nubuwah, yang akan mengakhiri dominasi kaum kafir dan keberanian mereka melawan kaum Muslim, serta yang akan membuan para penjajah melupakan bisikan setan. []
Sumber: pal-tahrir.info, 14/09/2021.