Kepedulian para pemuda Muslim Tabalong terhadap penderitaan muslim Uighur di Cina kembali ditunjukkan. Mereka kembali menggelar nonton bareng untuk turut merasakan penderitaan saudara Muslim di negeri yang mulanya bernama Turkistan Timur.
Video berjudul “Tangis Sahabat Turkistan-Ku” berdurasi 13 menit, yang dibuat berdasarkan kisah nyata yang ditulis Khaula, mahasiswi Al Azhar asal Banua, berisi kesaksian 2 orang kakak beradik asal Uighur yang terpisah. Asyiah, sang kakak kuliah di Fakultas Bahasa Arab Al Azhar, Kairo Mesir, dan adiknya Sumayyah, yang mulanya bersama sang kakak, karena keadaan di Mesir yang sulit memutuskan pergi ke Turki untuk kuliah di salah satu perguruan tinggi di sana.
Aisyah menuturkan bahwa ia tidak lagi mengetahui keberadaan ayah dan ibunya di Xinjiang, yang kemungkin besar telah dipenjara oleh penguasa komunis China lantaran menolak untuk memulangkan mereka berdua kembali ke kampung halamannya.
Aisyah menceritakan kejadian menegangkan pada Rabu 5 Juli 2017 hingga melewati tengah malam, saat mereka berupaya meloloskan diri dari upaya penangkapan paksa polisi pemerintah Cina yang terus menguber muslim Uighur di Mesir dengan dalih menangkal terorisme. Dikabarkan pada hari itu, puluhan mahasiswa Uighur tertangkap di sebuah restoran milik orang Uighur di Nasher City, Kairo
“Muslim itu bersaudara, layaknya tubuh, jika satu bagian sakit, bagian lainnya merasakannya,” komentar Mustafa usai penayangan video yang membuat beberapa hadirin tak kuasa membendung tetesan air mata mereka.
Ia menegaskan, tanpa Khilafah yang menyatakukan seluruh kaum muslimin tidak akan mungkin penderitaan kaum muslim dapat diatasi. Tersekat-sekatnya kaum muslimin dalam berbagai negara bangsa tidak akan pernah bisa membebaskan mereka. “Yang paling bisa dilakukan saat ini adalah berdoa”, himbaunya.
Acara nonton bareng diakhiri dengan memanjatkan doa kepada Allah SWT, memohon agar muslim Uighur juga kaum muslimin yang lain terbebas dari penderitaan.