Oleh: Umar Syarifudin
Demokrasi dan korupsi melekat. Inilah satu era, dimana Dunia Muslim tenggelam dalam berbagai kasus korupsi dan penindasan. Skandal Panama Paper mengungkapkan korupsi di negara-negara Demokrasi di seluruh dunia, mulai dari Rusia hingga Amerika Selatan, juga negara-negara Asia.
Anda menemukan paradoks “kebebasan berbicara” semu yang dipraktekkan di bawah sistem demokrasi di banyak negara. Suara untuk mengembalikan ajaran Islam “Khilafah” diblokir, sementara suara menyerukan sekularisme, liberalisme, pluralisme, LGBT (lesbian, gay, biseksual dan transgender), termasuk suara yang menghina hukum Islam oleh kelompok tertentu, diabaikan.
Syiar-syiar dakwah Islam yang dilakukan oleh Hizbut Tahrir dibatasi bahkan dicegah dengan berbagai cara, di Indonesia, pasca terbitnya Perppu Ormas, HTI sebagai organisasi pertama yang dibubarkan tanpa pengadilan. sementara kejahatan dan aktivitas rusak seperti suap menyuap dan korupsi di dalam kepemimpinan negara, adanya pusat perjudian, pabrik minuman keras, konser tidak bermoral, gangsterisme, pencurian, pemerkosaan, penculikan dan lain-lain, masih belum ditangani dan beberapa bahkan terabaikan.
Masyarakat tidak akan melupakan siapapun yang berkhianat kepada ad dien, rakyat dan negara serta tidak akan melupakan siapapun yang menjaga ketiganya. Masyarakat juga tidak melupakan siapapun yang menyelamatkan rakyat dengan membongkar tabir intrik-intrik keji yang telah membawa rakyat dalam bahaya, serta tidak akan melupakan siapapun yang bersekongkol dengan melawan para pejuang yang tulus dengan mengkodifikasi penindasan melalui peraturan yang tidak adil.
Sebagai adidaya dunia, kebijakan anti-Muslim Presiden Donald Trump terang-terangan diskriminatif, yang melakukan perpanjangan dan narasi agenda perang melawan teror yang sama dengan pemerintahan Obama dan Bush sebelumnya. Menyatakan bahwa tujuh negara yang menjadi sasaran kekerasan dan ketidakstabilan yang tidak adil kepada – Afghanistan, Irak, Libya, Somalia, Sudan, Suriah dan Yaman – menunjukkan bahwa penyebab utama di seluruh dunia adalah kebijakan luar negeri Amerika.
Kami mengingatkan kaum muslimin untuk tetap kuat dalam masa-masa ke depan yang semakin sulit, agar tidak berpaling kepada Allah, dan istiqomah membela Islam, mematuhi syariah Islam sebagai standar perbuatan yang mulia, meningkatkan perjuangan politik dan selalu berdzikir dan berdoa. Kami mengingatkan, bahwa Islam adalah solusi atas kerusakan yang akibat kedholiman para pemimpin diktator.[]