Warganet Kompak Tolak The 1975, Tak Ada Lagi Tempat LGBT di Indonesia dan Malaysia?
Mediaumat.id – Aksi penolakan oleh warganet Malaysia dan Indonesia atas sikap grup musik (band) The 1975 yang enggan menghargai hukum anti-LGBT, dinilai menunjukkan tidak adanya tempat bagi kaum LGBT di kedua negara tersebut.
“Dalam hal penolakan ini, ini artinya apa? Tampak sekali tidak ada wadah bagi LGBT di Indonesia dan juga Malaysia,” ujar Analisis Media Sosial Rizqi Awal kepada Mediaumat.id, Kamis (27/7/2023).
Sebagaimana diberitakan sebelumnya, ramai warganet Malaysia mengajak publik Indonesia agar membela penolakan dan melawan sikap The 1975 yang menentang bahkan protes terhadap kebijakan pemerintah Malaysia tentang larangan keras perilaku LGBT.
Protes dimaksud, diungkapkan Matty Healy, si vokalis The 1975, sebelum band itu tampil di festival Good Vibes, Kuala Lumpur, Malaysia, pada Jumat (21/7) lalu. Alasannya, pelarangan terhadap perilaku LGBT bertentangan dengan pemahaman musisi Inggris tersebut.
Celakanya, protes itu berjalan lebih jauh dengan aksi mencium bassist grup musik tersebut yang juga seorang pria, Ross MacDonald.
Akibat ulah Matty Healy, The 1975 diusir pemerintah Malaysia dan dilarang tampil lagi di negara tersebut. Festival Good Vibes yang seharusnya digelar selama tiga hari juga dibatalkan.
Indonesia-Malaysia Akur
Untuk diketahui pula, permintaan warganet tersebut juga banyak diamini warganet Indonesia. Tak sedikit yang justru terjadi percakapan ‘akur’ antara warganet dua negara yang kerap saling ribut di dunia maya ini.
Malah, kekompakan itu pun tak cuma terjadi di Twitter, tapi juga di Instagram. Unggahan teranyar, band The 1975 di Instagram banjir hujatan dari warganet Malaysia dan Indonesia. Banyak warganet Indonesia yang juga mencela aksi The 1975 melecehkan hukum di Malaysia.
Imbasnya, The 1975 pun resmi dibatalkan tampil di hari ketiga (23/7) We The Fest (WTF) di Komplek GBK Senayan. Diketahui telah digantikan Sheila on Seven, band lokal yang menurut Rizqi, sangat melegenda di Indonesia.
Tak ayal, ia pun mengapresiasi kekompakan warganet kedua negara ini. “Tentu ini positif, baik secara psikologis maupun teknis yang harus tetap dibangun dan ditingkatkan oleh warga Malaysia dan Indonesia itu untuk menolak LGBT,” sebutnya.
Mengingat, tambahnya, betapa saat ini sosial media buatan Barat juga sangat mendukung aktivitas LGBT.
Maka itu, kata Rizqi, pemerintah negeri ini, Indonesia, semestinya dengan tegas mengeluarkan semacam undang-undang tentang pelarangan aktivitas LGBT.
“Apa pun hal yang bisa melahirkan perkara LGBT ini harus dipersiapkan untuk ditolak, harus dipersiapkan untuk dihadang, harus dipersiapkan agar tidak muncul dan tumbuh begitu saja,” urainya.
Sebab, menurutnya, perkara ini bisa berdampak signifikan bagi kehancuran suatu bangsa. Apalagi LGBT ini termasuk kemungkaran di sisi Allah SWT.
“Ini tentu perkara yang mungkar di sisi Allah SWT, maka wajib kita dukung untuk menolak aktivitas LGBT di mana pun berada,” pungkasnya.[] Zainul Krian