Warga Gaza Dibiarkan Mati Pelan-Pelan oleh Para Penguasa Muslim

Mediaumat.info – Diamnya para penguasa Muslim atas sikap Benyamin Netanyahu yang mempertegas untuk serang Rafah karena dirasa tidak ada yang bisa menghentikannya, dinilai sebagai bentuk pembiaran terhadap Muslim Gaza untuk mati pelan-pelan.

“Kalau diistilahkan dengan pembiaran terhadap rakyat Gaza atau Rafah mati pelan-pelan mungkin iya, karena ini adalah kejahatan kolektif,” ujar Pengamat Politik Internasional Rif’an Wahyudi dalam Kabar Petang: Urgen, Rafah di Ujung Tanduk, Sabtu (6/4/2024) di kanal YouTube Khilafah News.

Yang dimaksud kejahatan kolektif di sini, menurut Rif’an, adalah pelaku utamanya entitas penjajah Yahudi Zionis yang kemudian disokong Amerika Serikat (AS) dan negeri-negeri Muslim yang seharusnya bersikap kesatria yang menunjukkan solidaritasnya, karena ada ikatan ukhuwah, satu umat, satu tubuh namun faktanya dibiarkan begitu saja.

“Sehingga korban yang terjadi saat ini merupakan sebuah harga yang sangat mahal bagi kaum Muslim, karena mereka (penguasa Muslim) tidak ada lagi punya rasa empati kepada jiwa, baik itu wanita dan anak-anak ini sudah mencapai angka statistik tinggi lho, jadi kalau dari yang syahid itu sudah mencapai 30.000,” ungkapnya.

Para penguasa Muslim saat ini, lanjutnya, itu memang berpaling dari kebiadaban entitas penjajah Yahudi dan ditambah lagi kelakuan mereka (penguasa Muslim) itu tidak masuk akal.

“Jordan misalnya, Jordan itu berbatasan langsung dengan Israel, namun ketika pengiriman bantuan lewat Mesir, sedangkan Mesir menutup pintu Rafah yang satu-satunya kota yang berbatasan langsung antara Gaza dan Mesir,” bebernya.

Ada lagi, kata Rif’an, Saudi Arabia juga mahal meningkatkan hubungan dagang dengan Israel. Turki pun sama, bahkan Turki itu sebenarnya memiliki kemampuan untuk menyerang lewat pengiriman drone-nya ke Israel, namun faktanya tidak.

“Malah Turki berbisnis puluhan kontainer tiap hari, termasuk berbagai bahan makanan dan seterusnya,” tuturnya.

Sebenarnya, ungkapnya, Israel itu secara geografis, sistematis, dan wilayah itu adalah wilayah yang kecil dibandingkan dengan jumlah negeri-negeri Muslim yang ada di sekelilingnya.

“Ya kita mengelus dadalah ya sekaligus ironi dan paradoks juga bagi kaum Muslim khususnya negeri Muslim di sini,” bebernya.

Bahkan Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB), kata Rif’an, sebagai lembaga yang punya otoritas tidak berdaya untuk menghukum Israel.

“Termasuk menghentikan kekejamannya, ini kan ibarat anak yang bandel sak karepe dewe (sesukanya sendiri) tidak memperhatikan hubungan internasional,” ujarnya.

Jadi, sikap negeri-negeri Muslim ini, lanjutnya, sudah terjebak oleh jaring-jaring power yang sudah digelar oleh Israel sejak puluhan tahun.

“Karena dia (negeri-negeri Muslim) secara psikologis memang sudah dikondisikan termasuk negara Mesir dengan Perang 6 Hari tahun 1967 dan berlanjut pada Perjanjian Camp David,” ujarnya.

Jadi, masing-masing negara itu, kata Rif’an, sudah digarap sedemikian rupa supaya tidak ada celah sampai normalisasi hubungan diplomatik, dan saling membuka kedutaan termasuk sikap negara untuk tidak membantu rakyat Palestina.

“Bahkan sudah memasuki tahap yang seharusnya itu mereka harus mengirim roket atau granat, atau sudah menembak jatuh pesawat tempur milik Israel,” pungkasnya. [] Setiyawan Dwi

Dapatkan update berita terbaru melalui channel Whatsapp Mediaumat

Share artikel ini: