Wapres Dorong Setujui Two-State Solution, Jurnalis: Sama Saja dengan Setujui 85 Persen Wilayah Palestina Dicaplok Yahudi

Mediaumat.id – Pernyataan Wakil Presiden Ma’ruf Amin yang mendorong Palestina dan entitas penjajah Yahudi menghentikan konflik dan kembali merujuk pada two-state solution (solusi dua negara), dinilai Jurnalis Joko Prasetyo sama saja dengan mendorong untuk menyetujui 85 persen wilayah Palestina dicaplok entitas penjajah Yahudi.

“Itu sama saja dengan mendorong Palestina untuk menyetujui 85 persen wilayahnya dicaplok entitas penjajah Yahudi dan mendukung entitas penjajah Yahudi mencaplok 85 persen wilayah Palestina,” ujarnya dalam Surat Terbuka untuk Wapres: Anda Serius Mendorong Palestina untuk Setujui Solusi Dua Negara? Coba Deh Dipikir Ulang yang diterima Mediaumat.id, Kamis (12/10/2023).

Dalam surat terbuka tersebut, ia meminta Wapres agar berpikir ulang dulu sebelum memberikan dukungan. “Sekali lagi, coba Pak Wapres pikir-pikir dulu deh bila mau mendukung solusi dari Perserikatan Bangsa-Bangsa terkait masalah Palestina tersebut. Lalu bercermin dengan Indonesia ketika dijajah Belanda,” tegas Om Joy, begitu sapaan akrab jurnalis tersebut.

Karena, sambungnya, bila Wapres mendukung two-state solution (entitas penjajah Yahudi dan Palestina jadi dua negara berdampingan)-nya PBB, itu sama saja dengan dukung 85 persen lebih wilayah Indonesia jadi negara Belanda.

Pak Wapres, tukasnya kembali dalam surat terbuka, solusi perdamain dan solusi apa pun dari siapa pun termasuk dari PBB, bila intinya tidak mengenyahkan entitas penjajah Yahudi dari tanah suci kaum Muslim ketiga tersebut itu solusi bathil dan mengaburkan akar masalah sebenarnya, yakni entitas penjajah Yahudi yang diaspora di Eropa itu disatukan oleh Inggris untuk menjajah Palestina. Kemudian, penjajahan dan pendudukan tersebut dipelihara terus oleh Amerika Serikat hingga sekarang.

Om Joy, menjelaskan kepada Wapres bahwa kehadiran entitas Yahudi di Palestina itu sebagai penjajah seperti halnya Belanda di Indonesia kala itu.

“Jadi, kehadiran entitas penjajah Yahudi di Palestina itu adalah kehadiran penjajah, sebagaimana kehadiran Belanda di Indonesia. Bukankah solusi yang kita pilih adalah mengenyahkan penjajah Belanda dari Nusantara?” tanyanya retoris.

Tidak ada ceritanya dua negara berdampingan, imbuhnya, Indonesia dan Belanda. Mestinya, solusi untuk Palestina itu juga begitu, enyahkan entitas penjajah Yahudi dari tanah suci ketiga kaum Muslim tersebut!

Jihad dan Khilafah

Lebih jauh, Om Joy menyebut, bantuan kemanusiaan dan obat-obatan dari berbagai dunia Islam belum cukup tanpa jihad dan khilafah.

“Untuk itu, tentu saja bantuan kemanusiaan (pangan, obat-obatan, dan semisalnya), yang dunia Islam berikan kepada Palestina sangatlah tidaklah cukup. Agar cukup, maka harus juga dibarengi dengan jihad dan khilafah!” terangnya.

Om Joy yakin para pemberi bantuan tentu saja tidak mau bila setelah perut Muslim Palestina yang masih hidup itu kenyang dan luka-lukanya terobati lalu diserang lagi oleh entitas penjajah Yahudi.

Butuh Solusi Nyata

Sebagai jurnalis ideologis, ia menyatakan bahwa untuk menghentikan kebiadaban penjajah Entitas Yahudi diperlukan solusi nyata.

“Maka, diperlukan adanya solusi untuk menghentikan kebiadaban entitas penjajah Yahudi yang dengan sokongan penuh Amerika Serikat terus saja menduduki tanah Palestina, membunuhi rakyat Palestina, merampasi pemukiman Palestina, mengebomi masjid, rumah sakit, rumah penduduk Palestina, dan berbagai kezaliman lainnya terhadap Palestina,” bebernya.

Kemudian, ia menerangkan dengan gamblang dengan beberapa kalimat retoris tentang siapa yang mesti diikuti.

“Dan dalam waktu bersamaan pula, Amerika Serikat mengendalikan PBB. Masa iya, kita masih bisa berbaik sangka kepada AS dan PBB-nya, Pak Wapres? Dan dalam waktu bersamaan mengabaikan solusi Islam berupa jihad dan khilafah? Jadi, sebenarnya siapa yang harus kita ikuti? Allah dan Rasul-Nya atau AS dan PBB-nya?”  cecarnya.

Maka, ujarnya, di situlah relevansinya para penguasa kaum Muslim termasuk Indonesia mengerahkan tentaranya. Sebagian kecil saja, tidak usah banyak-banyak. Misal, satu negara kirimkan 500 tentara saja, kali 57 negeri Muslim maka sudah ada 28.500 tentara.

Menurutnya, Mesir, Turki dan Arab Saudi harus mengirimkan tentara lebih banyak lagi karena alutsistanya banyak dan canggih.

“Tentu untuk Mesir, Turki dan Arab Saudi, yang tentaranya terhitung paling banyak dan alutsistanya paling canggih se-dunia Islam, mesti lebih dari itu dong mengirimkannya,” ujarnya.

Sepertinya, lanjut Om Joy, hal itu tidak mungkin dilakukan deh selama nasionalisme mengangkangi akidah Islam. Selama ketaatan para penguasa negeri Islam kepada Amerika Serikat dan PBB mengangkangi ketaatan kepada Allah dan Rasulullah SAW.

Dakwah Khilafah

Maka dari itu, tegasnya kembali, masalah ini harus disadari. Kaum Muslim yang sudah sadar lebih dahulu harus lebih gencar lagi mendakwahkan kewajiban menegakkan khilafah. Karena selain fardhu kifayah, tugas khilafah memang untuk memobilisasi kaum Muslim berjihad menghentikan penjajahan yang dilakukan kafir penjajah kepada kaum Muslim di Palestina, Turkistan Timur (Muslim Uighur), Arakan (Muslim Rohingya), dan lainnya.

Ia kembali mengingatkan kepada Wapres bahwa di penghujung jabatannya agar mengingatkan kepada Presiden Republik Indonesia dan Panglima TNI agar mengirimkan pasukan terbaik guna membebaskan Palestina dari penjajah.

“Nah, di penghujung jabatan Anda sebagai Wapres, yang banyak dikeluhkan publik seperti tidak terasa keberadaannya, ada baiknya Anda melakukan sesuatu yang sangat penting yakni mengingatkan Pak Presiden dan Panglima untuk segera mengirimkan pasukan terbaiknya, berjihad membebaskan Palestina dari penjajahan. Dan jangan lupa, katakan pula kepada Pak Presiden dan Panglima, menegakkan khilafah itu hukumnya fardhu kifayah,” serunya.

Terakhir, ia meyakinkan bahwa jika Indonesia berani bersikap tegas maka kaum Muslim seluruh dunia akan memberikan dukungan untuk seruan jihad.

“Saya yakin, bukan hanya Indonesia, tetapi mayoritas kaum Muslim sedunia pun akan menyambut dan mendukung seruan jihad tersebut, apalagi indonesia membaiat seorang khalifah untuk menerapkan syarait Islam secara Kaffah. Dan, tentu saja Panglima tidak lagi menyerukan memiting rakyat Rempang, tetapi dengan tegas menginstruksikan mengenyahkan entitas penjajah Yahudi, satu lawan satu,” pungkasnya.[] Nur Salamah

Share artikel ini: