Wapres Berharap Persoalan Bangsa Diselesaikan dengan Pendekatan Agama, YRT: Jangan Sekadar Retorika

Mediaumat.news – Menanggapi pernyataan Wakil Presiden Ma’ruf Amin yang berharap berbagai masalah bangsa diselesaikan dengan pendekatan keagamaan, Mudir Ma’had Khadimus Sunnah Bandung Ajengan Yuana Ryan Tresna (YRT) mengatakan itu adalah hal yang bagus tapi jangan hanya sekadar retorika.

“Saya kira ini adalah pernyataan yang bagus, namun tidak boleh hanya sekadar retorika. Pernyataan itu sudah benar, tapi apabila secara praktek tidak menunjukkan hal itu, maka ini adalah retorika kosong belaka,” ujarnya kepada Mediaumat.news, Sabtu (26/6/2021).

Menurut Ajengan YRT, yang terjadi pada hari ini adalah berbagai macam solusi untuk persoalan yang dihadapi masyarakat, bangsa, dan negara bukanlah berasal dari sumber-sumber agama, namun justru yang datang dari agama itu malah dicurigai, dimusuhi, bahkan agama pun dimoderasi.

Oleh karena itu, kata Ajengan YRT, ini adalah retorika kosong yang tidak memiliki makna sama sekali, kalau memang pada faktanya justru solusi-solusi yang dilakukan pada hari ini bukanlah solusi agama, tapi solusi yang berdasarkan pada peraturan perundangan yang menguntungkan para pemilik modal dan para korporasi, baik dalam negeri atau asing.

Ajengan YRT melihat, ada satu paradoks yang nampak sekali. Satu sisi ada retorika kosong untuk kembali pada solusi keagamaan, namun di sisi lain wacana-wacana keagamaan justru dimusuhi. Misalnya dikampanyekan moderasi beragama, yaitu tidak boleh terlalu berpegang teguh atau radikal dalam beragama. Lebih jauh lagi syariat Islam dan khilafah dipersekusi, dan dikriminalisasi.

Ajengan YRT membeberkan, kalau benar mau kembali pada solusi keagamaan berarti menerapkan seluruh aturan Islam sebagai agama mayoritas ke dalam seluruh tatanan kehidupan. Baik individu, keluarga, masyarakat, dan negara dalam lingkup ekonomi, politik, sosial, budaya, hankam dan juga masalah luar negeri.

“Nah itulah baru kembali kepada solusi keagamaan, solusi Islam. Insyaallah itu akan menjadi kebaikan,” ucapnya.

“Jadi selama belum diterapkan secara nyata, belum dibuktikan secara nyata, dan dukungan terhadap Islam tidak ditunjukkan secara nyata, maka ungkapan kembali pada solusi keagamaan merupakan retorika kosong, dan itu adalah paradoks nyata yang bisa kita saksikan,” pungkasnya.[] Agung Sumartono

Share artikel ini: