Pada hari Ahad, 8 Desember, oposisi menguasai Damaskus dan sang penjahat Bashar al-Assad tumbang. Para pejuang revolusi mampu merebut kota-kota besar seperti Aleppo, Hama, Homs, dan Daraa dalam beberapa hari, sehingga memaksa pasukan rezim untuk mundur dari wilayah tersebut. Kini, fokusnya beralih ke masa depan Suriah dan bentuk negara barunya. Menteri Luar Negeri Turki Hakan Fidan bertemu dengan rekan-rekannya dari Iran dan Rusia di Doha pada Sabtu, 7 Desember. Mereka mendesak dimulainya kembali proses politik di Suriah sejalan dengan Resolusi Dewan Keamanan PBB No. 2254, yang membahas masalah pemerintahan, proses ketatanegaraan, dan pemilu di bawah pengawasan PBB.
**** **** ****
Wahai Mujahidin Suriah, umat Islam di seluruh dunia bergembira atas kemenangan Anda dalam menumbangkan Assad sang pembantai. Anda telah menginspirasi kami dengan kepahlawanan, keberanian, dan keteguhan Anda untuk mencabut rezim penindas dan pembunuh. Mata kami berkaca-kaca penuh bahagia dan bangga atas apa yang telah Anda capai berkat karunia Allah SWT, dan hati kami penuh dengan harapan akan fajar keadilan baru dan masa depan cerah yang menanti Suriah dan sekitarnya. Semua ini hanya dapat dicapai dengan mewujudkan tujuan sebenarnya dari revolusi Anda, yang tidak hanya untuk menyingkirkan seorang diktator tetapi juga untuk menggantikannya dan mengganti rezim sekulernya yang korup, lalu memerintah dengan Islam. Sehingga menerima hal lain, berarti mengkhianati semua pengorbanan dan perjuangan Anda, serta mengkhianati ratusan ribu syahid yang dibunuh oleh sang tiran ini. Tentu saja, yel-yel Anda masih terngiang-ngiang di telinga kami: “Semua milik Allah,” “Pemimpin kami selamanya adalah junjungan kami Muhammad,” dan “Konstitusi kami adalah Al-Qur’an,” sehingga kami berdoa agar kata-kata ini menjadi model politik yang menggantikan rezim sekuler Assad dan sistemnya.
Musuh-musuh telah menggunakan semua alat mereka untuk menggagalkan revolusi Islam di Suriah sejak awal. Amerika menggunakan alat-alatnya, seperti PBB, rezim Turki, dan lainnya, untuk mencoba membentuk masa depan Suriah sejalan dengan kepentingannya, termasuk melindungi entitas Yahudi sang perampas kekuasaan. Bahkan mereka juga berkonspirasi untuk menggagalkan revolusi Islam dan menjaga kelangsungan hidup Assad melalui konferensi, keputusan, dan perjanjian politik untuk mengamankan kepentingan Amerika. Selain itu, anggota Liga Arab menyambut baik kembalinya sang pembantai, Assad, ke dalam barisan mereka, sementara rezim Turki juga berupaya menormalisasi hubungan dengannya. Jadi, kita bertanya, apakah ada gunanya menerima “uang kotor”, dukungan politik, negosiasi, atau solusi politik dari negara-negara Barat atau para penguasa dan rezim yang mengabdi pada Barat? Nabi kita sang kekasih, Muhammad SAW bersabda:
«سَيَكُونُ بَعْدِي أُمَرَاءُ، فَمَنْ دَخَلَ عَلَيْهِمْ دُورَهُمْ وَصَدَّقَهُمْ بِكَذِبِهِمْ وَأَعَانَهُمْ عَلَى ظُلْمِهِمْ، فَلَيْسَ مِنِّي وَلَسْتُ مِنْهُ، وَلَا يَرِدُ عَلَى حَوْضِي، وَمَنْ لَمْ يَدْخُلْ عَلَيْهِمْ دَوْرَهُمْ، وَلَمْ يُصَدِّقْهُمْ بِكَذِبِهِمْ، وَلَمْ يُعِنْهُمْ عَلَى ظُلْمِهِمْ فَهُوَ مِنِّي وَأَنَا مِنْهُ وَسَيَرِدُ عَلَى حَوْضِي«
“Sepeninggalku nanti akan ada pemimpin-pemimpin, barangsiapa yang mendatangi mereka karena jabatannya, lalu dia membenarkan kedustaannya, dan menolong kezalimannya, maka dia bukan golonganku, aku bukan golongannya, dan dia tidak akan mendatangi telagaku; barangsiapa yang tidak mendatangi mereka karena jabatannya, tidak membenarkan kedustaannya, dan tidak menolong kezalimannya, maka dia golonganku, aku golongannya, dan dia akan mendatangi telagaku.”
Wahai Mujahidin Suriah: Kesuksesan tidak dapat diraih dengan mengadopsi bentuk pemerintahan yang bernuansa Islam namun tidak sepenuhnya berlandaskan Al-Qur’an dan As-Sunnah. Kemenangan melawan Assad diraih berkat karunia Allah SWT semata, serta melalui sistem Islam yang ditentukan oleh Allah dan Rasul-Nya SAW; yaitu sistem Khilafah ‘ala minhājin nubuwah, yang dapat menjamin kesuksesan bagi rakyat Suriah dan seluruh umat Islam. Allah SWT berfirman:
﴿إِنَّمَا كَانَ قَوْلَ الْمُؤْمِنِينَ إِذَا دُعُوا إِلَى اللَّهِ وَرَسُولِهِ لِيَحْكُمَ بَيْنَهُمْ أَن يَقُولُوا سَمِعْنَا وَأَطَعْنَا وَأُوْلَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ﴾
“Sesungguhnya ucapan orang-orang mukmin, apabila mereka diajak kepada Allah dan Rasul-Nya agar mereka memutuskan (perkara) di antara mereka, mereka berkata, ‘Kami mendengar dan kami taat.’ Mereka itulah orang-orang beruntung.” (TQS. An-Nur [24] : 51). [] Asma Shiddiq
Sumber: hizb-ut-tahrir.info, 15/3/2024.