Viral Seruan All Eyes on Rafah, Bukti Tatanan Internasional Ada yang Salah

Mediaumat.info – Pengamat Hubungan Internasional Budi Mulyana mengatakan, ramainya warga dunia membicarakan slogan All Eyes on Rafah membuktikan ada yang salah di dalam tatanan internasional saat ini.

“Berarti kan secara prinsip ada yang salah dalam tatanan internasional ini,” ujarnya dalam live streaming Aksi Umat Islam Bela Palestina, Jumat (31/5/2024) di kanal YouTube Rayah TV.

Pasalnya, kata Budi lebih lanjut, gembar-gembor nilai kemanusiaan dan moral, etika hukum internasional yang ideal, yang awalnya diharapkan mampu menyelesaikan problematika umat manusia, termasuk di Palestina, betul-betul tak berarti.

“Seolah-olah mereka (warga dunia) tidak berdaya dengan apa yang dilakukan oleh Zionis Yahudi terhadap Muslim di Gaza, Palestina,” sambungnya.

Bahkan, nilai-nilai Barat berikut kapitalisme globalnya, dengan nilai-nilai humanitarian yang mulai dibangun pada masa Perang Dunia Kedua, misalnya, nyata tidak bekerja dalam situasi seperti yang terjadi di Gaza, Palestina saat ini.

Pun kehadiran organisasi internasional, seperti Liga Arab, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), dan yang lain menurutnya juga sama.

Adalah Amerika Serikat (AS) dan sekutunya yang saat ini tengah mengatur tatanan dimaksud. “Mengatur bagaimana isu-isu kemanusiaan, mengatur munculnya organisasi internasional semacam PBB berikut mekanisme vetonya,” kata Budi, yang berarti tatanan tersebut sudah cacat sejak awal, karena mengandung benih kehancurannya sendiri.

Hadirkan Khilafah

Menurutnya, berbeda ketika Palestina menjadi bagian dari Kekhilafahan Islam. Sesuai julukannya sebagai Tanah Yang Diberkahi, wilayah itu menjadi salah satu negeri damai sentosa.

“Dulu Palestina ketika di dalam masa Kekhilafahan Turki Utsmani, dan juga pada masa sebelumnya itu adalah negeri yang aman damai sentosa,” ungkap Budi.

Lantaran itu, sebagaimana disebutkan di dalam kitab Mafahim Siyasiyah li Hizbit Tahrir karya Syekh Taqiyuddin an-Nabhani, Budi mengungkapkan betapa penting umat Islam untuk memahami seputar negara-negara adidaya yang mengendalikan tatanan dunia internasional saat ini.

Lebih jauh, agar umat Islam memiliki kapasitas untuk secara independen melepaskan diri dari ketergantungan terhadap berbagai solusi yang ditawarkan oleh Barat, ketika muncul persoalan di manapun di negeri-negeri kaum Muslim.

Sebutlah di antaranya solusi dua negara atas Palestina yang senantiasa digaungkan Barat melalui organisasi internasional PBB. Namun, sekali lagi ia menekankan, ketika melihat fakta bahwa tidak adanya upaya nyata para penguasa negeri Muslim untuk mewujudkannya, kaum Muslim pun tak boleh berhenti di level solusi praktis semata.

Umat Islam, kata Budi mengajak, harus berpikir untuk kembali menghadirkan sebuah negara yang memiliki kapasitas mengubah konstelasi politik internasional termasuk untuk membebaskan Palestina dan negeri-negeri Muslim lainnya dari segala bentuk penindasan.

Untuk itu, dalam jangka pendek misalnya, umat Islam berikut para penguasa Muslim di sekitar Palestina harus tergerak berjihad membela saudara-saudara mereka di Palestina.

Pun tak kalah pentingnya berjuang mengembalikan kekhilafahan Islam sebagaimana Kekhilafahan Turki Utsmani di masa lampau yang dengan ketegasan dan kekuatannya mampu menjaga Bumi Palestina.

“Harus dibantu dengan menghadirkan (kembali) sebuah negara yang punya kapasitas sebagai negara adidaya yang memang dia salah satu tugasnya adalah membebaskan Palestina dari penjajahan Zionis Yahudi,” pungkasnya. [] Zainul Krian

Dapatkan update berita terbaru melalui channel Whatsapp Mediaumat

Share artikel ini: