Ustaz MIY: Dinar Dirham bukan Ancaman, Justru Menolong

Mediaumat.news – Menanggapi pendapat bahwa dinar dirham mengancam keuangan Indonesia, Cendekiawan Muslim Ustaz Muhammad Ismail Yusanto (MIY) mengatakan justru dinar dirham itu menolong bukan mengancam.

“Saya kira perspektif ini yang harus diluruskan. Jadi bukan mengancam, malah menolong,” tuturnya dalam acara Fokus: Dinar Emas, Mungkinkah Kembali? Ahad (14/02/2021) di kanal YouTube Fokus Khilafah Channel.

Ia menilai dinar dan dirham sebenarnya bukan ancaman terhadap keuangan Indonesia karena hanya berfungsi sebagai uang komoditas. “Tidak ada yang diancam. Apanya yang diancam? Itu kan mata uang disebut comodity money, uang komoditas. Ketika dia tidak dipakai sebagai uang, dia terpakai sebagai barang. Jadi, enggak ada yang dikatakan sebagai ancaman,” ujarnya.

Menurutnya, selama ini emas sudah beredar di tengah masyarakat sebagai barang dan sebagai alat menyimpan kekayaan maupun sebagai perhiasan. “Dia akan menjadi uang ketika ada keputusan politik bahwa negara mengadopsi dinar dan dirham sebagai uang. Nah, itu baru. Tapi, selama tidak ada keputusan politik semacam itu, dia tetap sebagai barang. Dan sebagai barang, dia tidak akan pernah mengancam. Yang ada justru menolong,” jelasnya.

Oleh sebab itu, ia menyarankan jika ingin punya mata uang yang kuat, maka harus kembali kepada mata uang yang sebenarnya yakni dinar dan dirham atau kembali pada prinsip yang sesungguhnya pernah berjalan beberapa puluh tahun yang lalu yaitu full representative bunded money.

“Jadi, dulu di awal tahun 1948 itu 5 rupiah ditopang dengan setengah gram emas. 10 rupiah setara dengan 1 gram emas. Itu awalnya begitu. Nah, tapi seiring dengan perubahan politik dunia. Terlebih tahun 1971, Presiden AS Nixon yang menyatakan Bretton Woods tidak lagi berlaku, maka sejak saat itulah percetakan uang itu berlaku secara ugal-ugalan dan tidak lagi memperhatikan ketentuan penyimpanan emas sebagaimana yang ditetapkan dalam Bretton Woods yakni pencetakan 35 US dolar itu disimpan 31 gram emas. Dan selama hampir 30 tahun, harga emas dan dolar itu stabil,” bebernya.

Menurutnya, tahun 1971, sebelum Bretton Woods dicabut, itu 1 ounce emas setara 38 US dolar. Hanya nambah 3 dolar saja. Itu selama 30 tahun. Tapi, setelah dicabut Bretton Woods, hanya dalam tempo 8 tahun 1 ounce emas naik menjadi 450 US dolar. “Jadi, salah besar kalau dikatakan emas itu mengancam, dia akan menolong malahan,” tambahnya.

Menurutnya, otoritas kapitalis dunia itu tahu tentang hal itu. Oleh sebab itu, banyak yang tidak tahu bahwa di dalam letter of intent yang ditandatangani Soeharto di depan Michel Camdessus itu disebutkan salah satu isinya untuk melaporkan setiap penemuan emas.

“Itu menunjukkan bahwa mereka tahu bahwa emas menjadi mata uang sesungguhnya yang akan membawa Indonesia ini menjadi negara dengan sistem keuangan yang kuat andai menggunakan emasnya itu. Nah, tapi ini dipagari dengan ketentuan itu. Bahkan kemudian emasnya dibawa ke Amerika melalui Freeport. Kita cuma dapat ampasnya doang,” pungkasnya. [] Achmad Mu’it

Share artikel ini: