Ustadz Felix Beberkan Empat Kejahatan dan Cacat Logika Framing “Bendera HTI”

Mediaumat.news – Terkait upaya mendiskreditkan Hizbut Tahrir Indonesia di balik penangkapan penghina istri Jokowi,  Ustadz Felix Siauw membeberkan empat kejahatan dan cacat logika framing yang diopinikan perwira polisi dan media massa.

“Tapi framing seperti ini sangat jahat, sekaligus sangat cacat dari segi logika, terkesan sangat dipaksakan untuk satu tujuan tertentu, kasar dan tidak pantas,” ujarnya dalam video pernyataannya di akun youtube Felix Siauw, Kamis (14/9/2017).

Menurut Felix, ada beberapa kesalahan logika yang perlu disampaikan. Pertama, kesalahan pertama adalah mengidentikkan bendera tauhid dengan bendera HTI, padahal sudah berulang kali polisi mendapat penjelasan bahwa itu bukan bendera HTI. HTI sendiri tidak punya bendera, bendera yang dimaksud adalah bendera dan panji Rasulullah berdasar hadits shahih, tulisan yang tertera pun kalimat syahadatain.

“Jadi mengatakan ‘bendera HTI’, menunjukkan bahwa yang mengatakan tidak memiliki pengetahuan yang memadai tentang Islam, dan tentang HTI itu sendiri,” tegasnya.

Kedua, lihat konsep Islam, tak satupun dalil dalam Islam bolehkan kita menghina kehormatan orang lain, apalagi menuduh pelacur, hukumnya sangat berat dalam Islam. “Lalu kenapa seolah dikaitkan kasus penghinaan ini dengan bendera tauhid? Sedang kita tahu Islam sendiri justru melarang dan menghukum pelaku penghinaan?” tanya Felix retoris.

Ketiga, HTI sendiri tidak mengadopsi kekerasan, baik fisik maupun verbal seperti penghinaan terhadap kehormatan,  walaupun SK Badan Perkumpulan HTI sudah dicabut.

Keempat,  mengatakan bendera tauhid adalah bendera HTI, itu logikanya sama seperti mengatakan anggota HTI bersyahadat, maka tiap yang bersyahadat anggota HTI.

Seharusnya kepolisian bisa lebih baik lagi menentukan angle dan framing dalam memberikan berita, jangan sampai justru membuat permasalahan yang baru. “Saya percaya kepolisian bisa lebih baik ke depan, bila lebih memahami Islam. Kita sama-sama tak suka pada penghinaan terhadap orang lain, jangan framing yang jahat,” pungkasnya.[] Joko Prasetyo

Share artikel ini: