UNHCR Sebut 2.500 Tempat Pengungsian Rohingya Hancur, Direktur IMuNe: Cermin Ketidakpedulian Rezim-Rezim Negeri Muslim

Mediaumat.news – Menanggapi laporan dari UNHCR yang menyatakan lebih dari 12 ribu pengungsi Rohingya di kamp-kamp distrik Cox’s Bazar terimbas oleh hujan lebat, sementara sekitar 2.500 tempat pengungsian rusak atau hancur, Direktur Institut Muslimah Negarawan (IMuNe) Dr. Fika Komara mengatakan bahwa itu adalah cermin dari ketidakpedulian rezim-rezim negeri Muslim kepada Muslim Rohingya.

“Kamp pengungsian Cox Bazaar yang kumuh, tidak manusiawi, dengan sanitasi lingkungan yang buruk sebenarnya merupakan cermin dari ketidakpedulian rezim-rezim negeri Muslim kepada Muslim Rohingya,” ujarnya kepada mediaumat.news, Sabtu (31/7/2021).

Menurut Fika, pengabaian negeri-negeri Muslim terdekat adalah salah satu penyebab utama krisis menahun Rohingya yang tidak kunjung selesai.

Pengabaian ini kata Fika, berakar pada pilihan rezim-rezim negeri Muslim yang memilih tetap bertahan dalam kerangkeng Nasionalisme Kapitalisme yang sekuler dan enggan menerapkan Syariah Islam, padahal jika diterapkan Syariah Islam baik di dalam negeri maupun luar negeri maka selesailah krisis Rohingya.

Fika menilai, Bangladesh adalah negeri Muslim terdekat yang seharusnya menjadi tempat berlabuh pertama bagi Rohingya, namun Rezim Hasina hanya memberikan setengah hatinya, itu pun hati yang dipagari nafsu nasionalisme primordial yang egois, sesal Fika.

Fika berpendapat, faktor lainnya adalah kegagalan solusi dari “komunitas internasional” seperti PBB dan ASEAN yang tetap mempertahankan prestasinya sebagai macan ompong dalam krisis Rohingya ini, dan dalam banyak tragedi kemanusiaan lain yang menimpa kaum Muslim di seluruh dunia.

Fika memandang, saat ini umat semakin cerdas. Mereka telah mulai paham bahwa tidak ada yang bisa diharapkan lagi dari tatanan negara bangsa ala demokrasi yang bertumpu pada ideologi sekuler. Sejak lama umat menampakkan sikap yang berbeda dari negaranya.

“Kepedulian mereka menolong Muslim Rohingya masih sangat besar, termasuk dari umat Islam di Bangladesh dan Aceh, Indonesia,” ucapnya

Terakhir Fika berpesan, bahwa kepedulian ini harus diimbangi dengan kesadaran politik Islam, kesadaran untuk kembali pada kehidupan Islam yang akan menerapkan Syariat Allah secara kaffah dan memberi mereka kepemimpinan yang kuat, mempersatukan umat yang terserak di berbagai negara, membebaskan Muslim Rohingya yang tertindas, dan mengembalikan posisi agung mereka sebagai umat terbaik. []Agung Sumartono

Share artikel ini: