Mediaumat.news- Umat Islam memang membutuhkan kekuasaan dan negara. “Tetapi bukan sembarang kekuasaan, bukan sembarang negara. Tetapi kekuasaan dan negara yang memenangkan Islam!” tegas Pengasuh Ma’had Syaraful Haramain KH Hafidz Abdurrahman di hadapan sekitar 4000 kiai, ustadz, santri dan aktivis Islam dalam Tabligh Akbar Peringatan Isra’ Mi’raj, Sabtu (14/4/2018) di Masjid Al Munawar, Jakarta Selatan.
Itulah yang tampak di dalam doa, “Ya Tuhan-ku, masukkanlah aku dengan masuk yang benar dan keluarkanlah (pula) aku dengan keluar yang benar dan berikanlah kepadaku dari sisi Engkau kekuasaan yang menolong (shulthanan nashiraa),” tegasnya mengutip Al-Qur’an Surat Al-Israa Ayat 80.
Makanya, Rasulullah SAW menolak kekuasaan, harta dan wanita yang ditawarkan kafir Quraisy, karena kekuasaan yang mereka tawarkan bukan untuk memenangkan Islam. Rasulullah SAW terus berdakwah dan melakukan thalabun nushrah, meminta dukungan politik dari para ahlul quwwah. Ketika semua upaya yang dilakukan terasa buntu, maka Allah pun menghiburnya dengan Isra’ Mi’raj. Setelah Isra’ Mi’raj, Allah pun memberikan pertolongan (nushrah) dengan tegaknya kekuasaan dan negara yang memenangkan Islam di Madinah. Sepeninggalnya Rasulullah SAW, kepemimpinan Islam pun diteruskan oleh para khalifah.
Maka setelah Rasulullah SAW wafat, ini yang diwasiatkan Nabi SAW, “Wajib atasmu berpegang dengan sunnahku dan sunnah khulafaurrasyidin yang terpetunjuk sesudahku. Maka peganglah kuat-kuat dengan gerahammu,” bebernya mengutip hadits riwayat Imam Bukhari.
“Apa sunnah Nabi? Apa sunnah khulafaurrasyidin? Khilafah!” tegasnya.[] Joko Prasetyo