Ketika kita duduk dengan orang-orang dan berbicara dengan mereka tentang realitas umat, maka mereka mendengarkan kita dengan penuh perhatian, bahkan mereka merasakan kekuatan pemikiran dan kekuatan proposisi: dari rusaknya realitas, rusaknya pemikiran yang berlaku di masyarakat, dominasi kolonialisme, rusaknya kapitalisme, korupnya para penguasa dan elite politik, kemudian keniscayaan perubahan dengan Islam, yang kami presentasikan secara rinci dalam bentuk negara. Akan tetapi, ketika pembicaraan kita dengan mereka sampai pada perubahan radikal dan perubahan keseimbangan, maka berubah roman muka mereka, dan menjadi tidak bersemangat, padahal sebelumnya mereka begitu antusias menyimak pembicaraan.
Hal ini, menurut perkiraan kami, disebabkan oleh keputusasaan dan frustrasi yang mendominasi pikiran masyarakat, sebab mereka melihat bahwa perubahan tidak hanya sulit, tetapi juga tidak mungkin (mustahil). Mengingat potret keadaan Barat yang mereka lihat memiliki semua kekuatan, dan mengendalikan semua aspek kehidupan di negara kita, termasuk tentara yang menjadi objek kekuatan dan darinya kita meminta nushrah (pertolongan). Di sisi lain, umat Islam tidak memiliki tanda-tanda kekuatan apapun untuk mengubah keseimbangan dan membuat perubahan. Sehingga, berbicara tentang dominasi Barat dan cengkeraman para penguasa, tanpa berbicara tentang bagaimana cara melakukan perubahan, dan seberapa besar kemampuan umat untuk melakukannya, pasti akan menghasilkan keputusasaan padanya.
Untuk mengatasi masalah ini secara permanen, perlu untuk menyajikan kekuatan Barat dan apa yang dapat dilakukan dengan kekuatan ini, sebaliknya juga menyajikan kekuatan yang dimiliki kaum Muslim dan apa yang dapat mereka lakukan dengan kekuatan ini. Sehingga dengannya kita tengah membangkitkan harapan dan keyakinan masyarakat dan menentramkan hatinya. Juga, pada saat yang sama hal itu akan menjadi pesan penyemangat bagi ahlul quwah (mereka yang memiliki pengaruh dan kekuatan).
Umat ini telah hidup selama lebih dari satu abad terbelenggu, sedang kekuatan yang dimilikinya menganggur atau untuk melayani kepentingan kolonialisme; umat juga hidup dikalahkan oleh perang-perang buatan, karena umat dikalahkan secara psikologis, sehingga umat perlu mengetahui dan membuktikan kemampuannya untuk melakukan perubahan dengan berkat kemampuannya yang tidak disadari selama ini.
Kita harus menanamkan dalam benak umat Islam bahwa kekuatan Barat terletak pada eksploitasi kekayaan negara-negara yang dijajahnya, terutama negara-negara Muslim. Dengan demikian, setiap kali eksploitasi ini terganggu atau terputus, maka kepentingan Barat juga terganggu, dan hal ini dapat berpengaruh pada kekuatannya. Sedangkan mereka yang melayani Barat di negara kita, dan menyediakan semua kebutuhan hidupnya adalah dari kalangan kaum Muslim sendiri, yang telah menjadi jongos, pekerja dan pembuat keputusan, yaitu para penguasa yang dibuat oleh kaum kafir penjajah sebagai anteknya. Ketika tiba jam nol, sementara para penguasa dan elite politiknya telah disingkirkan, maka perintah-perintah ini berhenti, juga layanan pada kolonialisme turut berhenti, sehingga kekuatannya goyah, dan keseimbangan kekuatan mulai berubah.
Kita juga harus menanamkan dalam benak umat Islam, bahwa elite politik dan kaum sekularis yang saat ini sedang berkuasa, mereka tidak lain hanyalah petasan media yang tidak berakar pada umat. Dengan kata lain, ketika Allah SWT memberikan kemenangannya dengan tegaknya Khilafah, dan diproklamirkan di salah satu negeri kaum Muslim yang telah memenuhi persyaratan tegaknya Khilafah, maka Khalifah mulai menerapkan hukum-hukum Islam, dan mengambil tindakan cepat. Sungguh, ini saja sudah cukup untuk mengganggu dan mengacaukan kepentingan kaum kafir Barat.
Ketika umat Islam merasakan keseriusan perubahan, dan perubahan itu tidak terkait dengan kolonialisme dan semua organisasinya, juga negaranya adalah negara mereka sendiri, maka suasana keimanan yang akan menyatukan arah masyarakat dengan pikiran dan perasaan yang akan mendorong mereka untuk mempertahankan negara yang sedang berkembang ini, dan semua penopang kebangkitannya kembali … sehingga kemudian pikiran yang kalah akan melihat keajaiban, sebab seluruh umat akan menjadi kekuatan melawan mereka yang menghalangi jalan perubahan. Di sini kita dapat memberikan contoh revolusi Tunisia, di mana beberapa hari sebelum penggulingan rezim Ben Ali, dan bahkan pada awal revolusi, orang berpikir bahwa mencabutnya dari kekuasaan adalah hal mustahil yang ketujuh. Namun tak lama kemudian gelombang menyapu seluruh negeri yang mengubah keseimbangan. Mengingat masyarakat menginginkan perubahan, bahkan sekalipun tidak ada kepemimpinan dengan program pemerintah pasca-revolusi … namun sekarang umat menginginkan perubahan, sedang kepemimpinan dan program untuk itu sudan ada secara rinci dan berdasar.
Ya, perlu untuk mendekatkan gambaran perubahan ke benak masyarakat, sekalipun secara global, dan menyebutkan beberapa langkah agar orang lebih banyak berkumpul di sekitar partai, seperti menutup kedutaan dan mendeportasi para karyawannya, menutup selat, memutus sementara komunikasi, menangguhkan pelaksanaan kesepakatan dan perjanjian sampai membatalkan, menyetujui, atau mengubahnya sesuai pandangan khalifah agar sesuai dengan syariah, meninjau ulang semua kontrak kekayaan dan hak istimewa untuk negara lain, serta berusaha untuk menyatukan negara-negara dunia Islam ke dalam negara Khilafah, sehingga tidak menganggap hubungan dengannya sebagai hubungan luar negeri.
Dengan begitu, diperkirakan bahwa Barat akan dikejutkan setiap hari, bahkan setiap jam, oleh apa yang tidak disukainya dan apa yang mematahkan kekuasaannya. Kekuatan umat itu jumlahnya tidak terbatas. Umat belum melihat hari putih selama satu abad, dan menderita akibat kolonialisme, di mana hanya Tuhan yang mengetahuinya. Umat sedang menunggu saat untuk memutuskan rantainya untuk membalas dendam dirinya.
Dan dipastikan bahwa negara-negara kolonial akan menggambarkan negara yang berdiri ini sebagai pembangkang hukum internasional dan sumber terorisme, mereka akan menyerang kita dengan pesawat dan misilnya, sehingga akan ada banyak korban, kematian dan kehancuran … namun itulah harga pembebasan dari kolonialisme. Kami telah membayar harga sejak dari hari tidak adanya kekuasaan Islam. Jadi, biarkan sekarang kita berkorban demi perubahan dan pembebasan dari kolonialisme.
Namun, pertempuran tidak diselesaikan kecuali di lapangan, di sinilah, Barat dan Timur tidak berani menghadapi kaum Muslim, bahkan ketika mereka tidak memiliki senjata sekalipun. Mereka telah merasakan itu di Afghanistan, Irak dan Suriah, serta mereka melihat kepahlawanan kaum Muslim. Lihatlah sekarang perang di negeri-negeri Muslim, Barat telah membuat perang itu di antara umat Islam sendiri, yaitu dengan perang proksi. Mereka cukup dengan pendanaan dan pengawasan, bahkan pendanaan itu berasal dari uang umat Islam yang disia-siakan oleh para penguasa sebagai kompensasi untuk perlindungan dan agar tetap berkuasa.
Namun kali ini, Barat akan berpikir seribu kali sebelum menyerang kita, dan mereka akan menghitung seribu perhitungan, sebab pemimpin hari ini tidak seperti pemimpin kemarin, juga para penguasa hari ini tidak seperti para penguasa kemarin, dan umat hari ini tidak seperti umat kemarin.
Ada orang-orang yang takut akan boikot, tetapi mereka lupa bahwa umat ini memiliki kekayaan pertanian, ikan, dan peternakan yang cukup; kita akan segera memulai industrialisasi, dan kita akan bekerja membangun pabrik-pabrik berat … justru di sejumlah bidang lainnya, Barat yang akan menjadi pecundang dari pemboikotan.
Kami memiliki ribuan penemu dan inovator. Kami memiliki jutaan pemuda pengangguran. Bahkan kami memiliki potensi yang pulang kembali dari Barat, di mana mereka ini memiliki pengalaman di segala bidang … dan lebih dari segalanya, kami memiliki Tuhan Yang Mahakuat dan Maha Perkasa, tidak ada yang tahu prajuritnya kecuali Dia sendiri. Kami memiliki Al-Qur’an yang dengannya kami dapat hidup kembali. Kami memiliki kekuatan yang paling kuat, yaitu kekuatan spiritual. Dan kami memiliki sumber daya alam yang dibutuhkan seluruh dunia, sehingga kami dapat menukarnya dengan barang-barang lain yang kami butuhkannya.
Kali ini umat akan berperang di bawah komando yang tulus, dan perang hanya Allah semata, bukan untuk tanah air atau nasionalisme. Umat akan mengingat apa yang telah dilakukan kolonialisme dan perangnya, di mana jutaan Muslim terbunuh dan terlantar. Bahkan tidak akan ada pengkhianatan, sebab akan terhapus dari akarnya dengan pertolongan Allah SWT.
Ini hanya puncak gunung es. Potensi umat tidak terbatas sehingga tidak ada habisnya. Dalam hal ini, ada banyak bukti yang menunjukkan bahwa umat memiliki potensi yang tidak terbatas. Sungguh, umat ini memiliki kekuatan luar biasa, dan memiliki kemampuan untuk berubah, sehingga perlu berbicara tentang perubahan secara realistis yang akan membuat masyarakat benar-benar merasakan … Ini yang membuat mereka melampaui apa yang dilakukan Barat siang dan malam, yang ditanamnya pada hati dan pikiran umat Islam, yaitu ilusi dan ketidakmungkinan melakukan perubahan. Agar tidak ada lagi yang berpikir bahwa perubahan itu ilusi dan tidak mungkin, atau perubahan itu mustahil diwujudkannya, maka Allah SWT berfirman:
]وَعَدَ ٱللَّهُ ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ مِنكُمۡ وَعَمِلُواْ ٱلصَّٰلِحَٰتِ لَيَسۡتَخۡلِفَنَّهُمۡ فِي ٱلۡأَرۡضِ كَمَا ٱسۡتَخۡلَفَ ٱلَّذِينَ مِن قَبۡلِهِمۡ وَلَيُمَكِّنَنَّ لَهُمۡ دِينَهُمُ ٱلَّذِي ٱرۡتَضَىٰ لَهُمۡ وَلَيُبَدِّلَنَّهُم مِّنۢ بَعۡدِ خَوۡفِهِمۡ أَمۡنٗاۚ يَعۡبُدُونَنِي لَا يُشۡرِكُونَ بِي شَيۡٔٗاۚ وَمَن كَفَرَ بَعۡدَ ذَٰلِكَ فَأُوْلَٰٓئِكَ هُمُ ٱلۡفَٰسِقُونَ[
“Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa dimuka bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka dalam ketakutan menjadi aman sentausa. Mereka tetap menyembahku-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku. Dan barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik.” (TQS. An-Nur [24] : 55).
Sumber: Al-Waie (Arab), Edisi 414-415-416, Tahun ke-35, Rajab, Sya’ban dan Ramadhan 1442 H./Februari, Maret dan April 2021 M.