Umat Islam adalah umat yang hidup, tidak mati, tidak tidur di atas ketidakadilan, tidak larut dengan berbagai kesulitan, dan tidak tunduk pada tiran selamanya, tetapi umat akan bangkit setelah semua kemalangan, bencana, dan penderitaan, serta akan kembali untuk memimpin di antara bangsa-bangsa yang ada di dunia.
Bencana terbesar dan musibah terparah yang menimpa sejarah umat Islam sepanjang waktu adalah runtuhnya Daulah Islam, Daulah Khilafah pada akhir bulan Rajab 1342 H., melalui upaya tak kenal lelah dan makar para kaum kafir Barat, terutama si lansia Inggris, dengan bantuan para pengkhianat dari Arab dan Turki. Sejak runtuhnya bangunan besar Islam, terlepas dari kekurusan dan kelemahannya pada akhir-akhir Daulah Utsmaniyah, negara kaum Muslim terakhir, namun demikian ia masih melindungi tanah air Islam, dan negara itu hanya membutuhkan reformasi agar ia kembali sebagai pemilik kepemimpinan, kedaulatan, kemuliaan dan kekuatan.
Setelah runtuhnya negara ini, kaum Muslim menjadi seperti anak ayam yang kehilangan induknya, dan seperti kawanan domba yang tanpa pengembala, sehingga sejumlah binatang buas mulai menerkam tubuh anak-anak umat, para pencuri menjarah kekayaannya, dan banyak korban luka mengalirkan darah dari mereka, di Palestina, Kashmir, Krimea, Turkestan Timur, Burma, Afrika Tengah, Syam, Yaman, Irak, Libya dan Afghanistan … Sungguh, penjarahan kekayaan terlihat begitu jelas dan telanjang. Dimanakah kekayaan Irak, Teluk, Iran dan Nigeria?! Apakah umat Islam yang menikmatinya, ataukah kaum kafir Barat yang menikmatinya?!
Di tengah penderitaan dan kebingungan yang telah dan masih dialami oleh umat ini, yang kadang-kadang larut dalam sosialisme yang ateis dan di waktu lain masuk dalam kapitalisme yang bathil, Allah subhānahu wa ta’āla mendatangkan di antara generasi umat yang besar, pemilik risalah abadi ini, seorang ulama besar, politisi brilian, pemikir cerdas dan mujtahid mutlak, Al-‘Ālim Al-Jalīl Asy-Syeikh Taqiyuddin an-Nabhani rahimahullah, yang lulus dari Al-Azhar Al-Syarif dengan summa cum laude. Dimana teman-teman dan para dosennya menjadi saksi atas kejeniusan, keseriusan, ketekunan, dan semangatnya yang tinggi menembus awan.
Syeikh Taqiyuddin an-Nabhani rahimahullah mendirikan Hizbut Tahrir bersama sekelompok ulama di tanah Palestina yang diberkati pada 3 Maret 1953, untuk membangunkan umat Islam dan menerangi jalannya agar bangkit kembali atas dasar agamanya. Setelah mempelajari realitas dengan kesadaran dan pencerahan, Beliau menyadari bahwa satu-satunya solusi radikal bagi umat Islam dari apa yang dideritanya adalah memulai kembali kehidupan Islam dengan mendirikan Daulah Khilafah.
Syeikh Taqiyuddin an-Nabhani rahimahullah mengalami penganiayaan rezim boneka di Yordania, Suriah, Irak, Mesir, Hijaz, Sudan, Tunisia, dan negara-negara Islam lainnya, sebab kaum kafir Barat menyadari bahaya dari pemikiran yang diusung oleh Syeikh Taqiyuddin an-Nabhani rahimahullah dan partainya (Hizut Tahrir). Sehingga penjara bawah tanah para tiran yang dilumuri dengan kriminalitas mereka terhadap umat dan aktivis Hizbut Tahrir hingga kuburan mereka yang diwarnai makar dan tipu dayanya diisi oleh para pengemban dakwah Islam. Para tiran masih belum sadar dan tidak belajar dari para tiran yang mendahului mereka, padahal para tiran itu meninggal sedang seruan Hizbut Tahrir masih tetap ada dan bergema. Sehingga para tiran baru dari para penguasa itu berjalan di jalan para tiran yang mendahului mereka dengan menyatakan perang terhadap Hizbut Tahrir.
Syeikh Taqiyuddin an-Nabhani rahimahullah melakukan perjalanan ke negeri-negeri kaum Muslim, dan kakinya berdebu di seluruh negeri kaum Muslim sambil menyeru mereka dengan semangat para kesatria. Beliau tidak putus asa dan patah semangat oleh penindasan para tiran, atau tipu daya para musuh, bahkan penolakan dari beberapa generasi umat yang telah tertipu oleh seruan beberapa penguasa yang menggelitik perasaan masyarakat dengan pidato-pidato bergema yang di belakang mereka adalah mesin media yang diumpankan oleh kaum kafir Barat untuk mengumpulkan masyarakat di sekitar para penguasa ini. Syeikh Taqiyuddin an-Nabhani rahimahullah terus mengemban dakwah tersebut. Beliau adalah pendiri dan pemimpin Hizut Tahrir, lebih dari semua ini, Beliau adalah perancang gagasan Hizut Tahrir yang ditulis dalam sejumlah kitab yang berharga. Siapa pun yang membacanya akan menyadari nilainya, serta menyadari kejeniusan dan kekuatan gagasan sang penulisnya.
Syeikh Taqiyuddin an-Nabhani rahimahullah membentuk Hizut Tahrir, sebuah partai yang tiada duanya, dimana dari per-halqah-an (pembinaan dan pengkaderan) Hizut Tahrir telah menghasilkan para negarawan dalam segala hal. Hizbut Tahrir menciptakan opini publik di tengah-tengah umat tentang Khilafah dan kewajibannya. Sehingga penyebutan Khilafah tidak dapat dipisahkan dari Hizbut Tahrir. Sungguh, semua ini adalah anugerah besar dari Allah subhānahu wa ta’āla.
Hizbut Tahrir telah mengeluarkan banyak buklet dan banyak pamflet, juga analisis politik yang disajikan kepada umat untuk mengungkap para antek dan membongkar tindakan kaum kafir Barat yang sedang dirancang dan dilakukan untuk melawan umat.
Hizbut Tahrir banyak mengadakan kegiatan seperti seminar dan konferensi, di mana melalui kegiatan tersebut, Hizbut Tahrir menawarkan solusi untuk menyelesaikan berbagai masalah yang menimpa umat manusia sebagai akibat dari penerapan sistem kapitalisme rakus yang melayani sekelompok penjahat kapitalis Barat.
Hizbut Tahrir tidak mendorong pada sektarianisme sempit. Sebaliknya, siapa pun yang rela dan puas dengan pemikiran-pemikiran Hizbut Tahrir akan menjadi anggotanya, apa pun mazhabnya.
Hizbut Tahrir mempertahankan polanya yang jelas dalam adopsi, sehingga idenya dapat dimengerti dan metodenya jelas. Hizbut Tahrir menghubungkan pemikiran dan metode tersebut dengan erat dan kuat, serta tidak terpisahkan.
Hizbut Tahrir adalah satu-satunya partai yang tidak berubah dan tidak berganti berdasarkan kemauan atau perintah kaum kafir atau siapapun, melainkan tetap berpegang teguh pada pemikiran Islam dan metode pelaksanaannya berdasarkan pada kekuatan dalil. Sementara partai-partai yang lain berganti dan berubah secara bertahap dan melebur dalam mencapai lumpur dan rawa-rawa kekuasaan.
Dakwah Hizbut Tahrir membutuhkan nushrah (pertolongan, bantuan dan dukungan) dari generasi umat yang bersemangat dan yang terbaik untuk mengembalikan umat pada kehidupan pertamanya di bawah naungan Khilafah Rasyidah.
Khilafah Rasyidah kedua ‘ala minhājin nubuwah pasti tegak kembali atas izin Allah subhānahu wa ta’āāla, dan itu sudah sangat dekat sekali. Kami percaya pada kebenaran janji Allah subhānahu wa ta’āla, serta percaya pada busyra (kabar genbira) yang disampaikan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallama.
Kami memohon kepada Allah subhānahu wa ta’āāla untuk mempercepat kemenangan dan kebahagian yang besar dengan tegaknya Khilafah Rasyidah kedua ‘ala minhājin nubuwah. [Al-Ustadz Abdul Hadi Haidar – Yaman] ]
#أقيمواالخلافة
#ReturnTheKhilafah
#YenidenHilafet
#خلافتکوقائمکرو
#TurudisheniKhilafah
#TegakkanKhilafah