Ulama: Penggunaan Pawang Hujan di Mandalika Itu Haram

Mediaumat.id – Penggunaan jasa Rara Istiani Wulandari yang menjadi pawang hujan untuk ajang MotoGP Mandalika 2022 di Lombok, Nusa Tenggara Barat, dinilai haram oleh Pengasuh MT Darul Hikmah Ustaz Muhammad Taufik Nusa Tajau, S.Pd., M.Si.

“Perlu diteliti dulu fakta “pawang” dan aktivitasnya. Jika yang dimaksud adalah pawang seperti di Mandalika itu, yang aktivitasnya adalah menyajikan sesajen dari berbagai macam bunga hingga rokok, lalu membaca mantera sambil menabuh semacam panci, maka mengundang pawang semacam itu adalah haram,” tuturnya kepada Mediaumat.id, Senin (21/3/2022).

Menurutnya, jika dipercaya, maka keharamannya jauh lebih besar lagi, sampai-sampai Rasulullah SAW bersabda dalam hadits yang diriwayatkan Ahmad dan Al-Hakim yang artinya, “Barang siapa mendatangi tukang ramal atau dukun kemudian membenarkan apa yang dikatakannya, maka orang tersebut telah kufur terhadap apa yang diturunkan kepada Muhammad.”

Namun jika yang dimaksud “pawang” tersebut adalah orang shalih yang maqbul doanya, kata Ustaz Taufik, dan dia sekadar diminta mendoakan agar hujan menyingkir atas izin Allah, maka meminta doanya tidaklah diharamkan. “Hanya saja perlu dii’tiqadkan bahwa dia sebatas meminta dalam doanya, bukan berkemampuan memindah hujan, dan terkabul atau tidaknya itu urusan Allah Ta’ala,” tegasnya.

Ustaz Taufik menuturkan, dalam hadis riwayat Al-Bukhari, Nabi SAW sendiri pernah berdoa yang artinya, “Ya Allah turunkanlah hujan di sekitar kami, dan jangan turunkan kepada kami untuk merusak kami. Ya Allah turunkanlah hujan di dataran tinggi, beberapa anak bukit, perut lembah dan beberapa tanah yang menumbuhkan pepohonan.”

Penggunaan jasa Mbah Rara untuk mengendalikan hujan ini yang sudah ada sejak Asian Games 2018 sampai ajang MotoGP Mandalika kemarin, seharusnya sudah diketahui oleh rezim keharamanya. “Harusnya tanpa diingatkanpun rezim juga sudah tahu, kan ada orang yang mengerti agama juga di dalam rezim itu,” ungkapnya.

Menurutnya, problemnya justru kita dapati orang-orang tertentu dari ormas Islam tertentu malah mendukung pawang hujan tersebut. Problem lainnya ketika mengingatkan itu apakah kira-kira rezim mau mendengar, atau justru yang mengingatkan akan dicap radikal dan anti kearifan lokal?

“Beginilah salah satu buah sistem sekuler,” pungkasnya. [] Achmad Mu’it

 

Share artikel ini: