Adalah kewajiban ulama sebagai pewaris nabi untuk bicara politik. Demokrasi yang menjebak umat dan mengerdilkan peranan umat Islam telah disadari oleh para ulama akherat yang himmahnya untuk berkhidmad pada islam dan kaum muslimin. Karena itu, arah perjuangan politik menurut ulama yang hadir pada Forum Politik Ulama Banten, Ahad (14/7/2019), harus bermanhaj kenabian.
Ulama ASWAJA Banten tampak hadir KH Jawari, Ustadz Zufri, KH. TB. Zamakhsari, Ustadz HM Ismail Yusanto, dan puluhan ulama, tokoh, dan intelektual.
Ustadz HM Ismail Yusanto menuturkan bahwa pemilu 2019 merupakan pemilu paling bermuatan ideologis sepanjang sejarah pelaksanaan pemilu yaitu perjuangan perubahan menuju Islam.
“Ke depannya, sangat dimungkinkan politik belah bambu akan sangat mewarnai negeri ini. Ditambah lagi, akan terbentuk koalisi besar yang mana partai Islam akan dikucilkan dan diakhiri peran politiknya. Selain itu, akan dikembangkan pula pemikiran Islam Nusantara dengan istilah Islam Washatiyah,”ungkapnya detail.
Berdasarkan penuturan Ustadz Ismail, Ulama yang hadir pun memberikan padangan, pendapat, dan sumbangsih pemikiran.
KH. Jawari menegaskan bahwa “Jika kriterianya pendukung Syariat Islam, pendukung poligami dan pejuang NKRI bersyariah adalah radikal, ketahuilah bahwa saya radikal.” Pernyataan itu pun disambut dengan takbir oleh para audiens.
Berikutnya, Ustad Zufri menjelaskan bahwa persekusi terhadap Ulama, kedzhaliman oleh penguasa memang menuntut kesabaran tingkat tinggi.
“Dengan demikian, umat Islam harus memikirkan konsep perjuangan yang paling diridhoi Allah”, pesannya menggugah.
Tambahnya, kekeringan berfikir, ketandusan iman inilah yang membawa umat Islam tidak istiqomah dalam jalur perjuangan yang dicontohkan Rasulullah Saw. Hal inilah yang mengharuskan kita memadukan persepsi dan memperbanyak kajian agar cara pandang kita berubah ke arah ketaqwaan.
Ulama sepuh Ujung Kulon yang sangat dihormati, KH. TB. Zamakhsari menyampaikan tanggapannya bahwa tragedi tsunami yang melanda selat Sunda itu merupakan teguran Allah akibat kerusakan yang ditimbulkan oleh umat manusia.
“Contoh kerusakan itu ialah penerapan ekonomi ribawi, pemimpin dzholim dan sebagainya. Kerusakan-kerusakan tersebut belum pernah diperbaiki, sehingga wajar negeri kita terus menerus dilanda musibah,” ungkapnya menjabarkan lengkap.
Pesan terakhir beliau agar ulama sami’na wa atho’na mengikuti arahan perjuangan yang harus dilakukan (menyontoh perjuangan politik Rasulullah SAW).
Politik belah bambu yang dilancarkan penguasa menyebabkan terbelahnya bangsa ini menjadi pihak yang aman dan tidak nyaman. KH. Muhammad Muhdhor pun menyampaikan tanggapannya.
“Ketahuilah! Sesungguhnya pihak pendukung penguasa itulah yang tidak aman, karena kelak akan mereka dapatkan rasa tidak aman itu ketika sudah bertemu Allah di Yaumil Akhir,” ungkap Ulama Lebak ini.
Acara ini berlangsung hangat dan penuh ghirah perjuangan untuk meneladani Rasulullah SAW. Keistiqomahan dan kebersatuan ulama dalam langkah politik ini akan membawa perubahan yang hakiki yaitu diterapkannya syariah dan tegaknya Khilafah.[]
Sumber: shautululama.co