Mediaumat.news – Pertanyaan dalam tes wawasan kebangsaan (TWK) alih status pegawai KPK menjadi ASN yang harus memilih antara Pancasila dan Al-Qur’an, menurut Cendekiawan Muslim Ustaz Muhammad Ismail Yusanto (UIY) adalah wawasan kebangsaan sekuleristik yang memusuhi agama dan wajib diwaspadai.
“Dan ini tentu suatu kecenderungan yang harus kita waspadai, bahwa kebangsaan ini hari adalah kebangsaan yang sekuleristik bahkan sekuleristik yang sangat radikal. Karena bukan hanya menjauhkan agama dari kehidupan masyarakat dan negara, bahkan juga memusuhi,” ujarnya, Ahad (13/6/2021) di kanal YouTube UIY Official.
Baca juga: Ketum PA 212: Ada Agenda Terselubung di Balik TWK KPK
UIY menilai, pertanyaan dalam TWK menunjukkan bahwa Pancasila dan Al-Qur’an memang dua hal yang sangat berbeda. Dan dua hal yang berbeda ini sekarang seperti harus dipilih salah satunya. Padahal selama ini selalu dikatakan bahwa Pancasila itu adalah sesuatu yang bersumber dari Al-Qur’an, bahkan sangat Qur’ani karena sila Pancasila ada dasar-dasarnya di dalam Al-Qur’an. Tapi sekarang melalui pertanyaan tersebut seolah menjadi terbuka bahwa tidaklah demikian.
Menurut UIY, ketika pertanyaan itu diajukan kepada seorang Muslim yang beriman kepada Al-Qur’an dan yakin itu adalah kalamullah, pasti akan memilih Al-Qur’an. Karena hal itu sebagai konsekuensi keimanannya terhadap Allah. Tapi tidak tepat apabila Al-Qur’an yang dipilih kemudian dianggap tidak memiliki wawasan kebangsaan dan dinyatakan tidak lulus tes tersebut.
“Jadi siapa saja yang berusaha untuk mewujudkan keislamannya di dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara, termasuk di dalam pekerjaannya dalam hal ini adalah mereka-mereka yang dengan gigih memberantas korupsi karena itu bagian dari tugas dia sebagai seorang Muslim untuk menegakkan keadilan dan kejujuran, tapi ini hari dinyatakan sebagai orang yang tidak memiliki wawasan kebangsaan,” ungkap UIY.
UIY menyebut, ini satu tugas yang sangat penting, yaitu mengembalikan prinsip kebangsaan negeri ini kembali seperti kebangsaan yang disadari oleh para founding father, yaitu bahwa negara ini merdeka atas berkat rahmat Allah. Jadi bukanlah kebangsaan yang sekuleristik.
Karena itulah UIY menyatakan, semestinya negara ini dikelola, diatur dan digerakkan sesuai dengan ketentuan Allah SWT dan dibawa ke arah yang diridhai-Nya. Bukan sebaliknya menentang ridha Allah dan menjauhi ketentuan-ketentuan syariah-Nya.
“Jika itu yang terjadi, maka jangan harap negara ini akan menjadi negara seperti yang dicita-citakan, yaitu baldatun, thayyibatun, wa rabbun ghafur atau negeri yang baik penuh dengan ampunan. Tapi yang terjadi justru negeri yang semakin rusak, semakin jauh dari ridha Allah, semakin dan jauh dari cita-cita tegaknya keadilan, kesejahteraan, kedamaian, dan ketentraman,” pungkasnya.[] Agung Sumartono