UIY Ungkap Dua Bahaya Besar Kuasa Oligarki

Mediaumat.id – Cendekiawan Muslim Ustadz Muhammad Ismail Yusanto (UIY) mengungkap dua bahaya besar ketika oligarki berkuasa di suatu negeri. “Setidaknya ada dua bahaya ketika kuasa oligarki sangat besar di suatu negeri,” ungkapnya dalam rubrik Bincang Perubahan: Lawan Oligarki Kekuasaan, Jumat (2/12/2022) di kanal YouTube UIY Official.

Pertama, ketika oligarki mendominasi di sebuah negeri bisa mengubah regulasi atau peraturan perundangan dan turunannya. “Peraturan perundangan yang seharusnya dibuat untuk menyejahterakan rakyat dan bernilai keadilan, justru dibuat untuk kepentingan para oligarki,” ujarnya.

UIY mencontohkan perubahan undang-undang yang menguntungkan oligarki adalah seperti yang terjadi pada perubahan UU Minerba tahun 2009 menjadi UU Minerba tahun 2020. “Dalam UU Minerba tahun 2009 disebutkan bahwa perusahaan-perusahaan dalam bidang minerba yang menguasai lahan-lahan tambang harus mengembalikan ke negara dan konsesusnya berakhir tahun 2009. Namun UU Minerba tahun 2020 justru memperpanjang konsesus perusahaan-perusahaan tersebut,” urainya.

Kedua, pada level policy atau kebijakan. “Oligarki selain bermain pada level yang sangat fundamental yaitu lahirnya peraturan perundang-undangan juga pada level policy. Kekuasaan itu kan melekat di dalamnya kewenangan kebijakan. Ketika oligarki berkuasa maka kewenangan kebijakan yang dimilikinya akan digunakan untuk kepentingannya sendiri di atas kepentingan rakyat,” katanya.

Ia menilai adanya wakil rakyat yang diharapkan bisa membela rakyat, sangat jauh realitasnya yang katanya bekerja bagi dan untuk rakyat yang diwakilinya. Para wakil rakyat yang duduk di parlemen tidak bisa dipungkiri mendapat bantuan dari oligarki.

“Mereka para wakil rakyat bisa menduduki jabatannya sekarang kan pada kenyataannya juga karena ada bantuan dari oligarki baik oligarki pemilik modal maupun oligarki politik. Jadi wakil rakyat itu pun bisa dibeli oleh oligarki,” tuturnya.

Ia menyampaikan ada simbiosis dan kolaborasi yang erat antara penguasa dan pengusaha yakni dalam perkembangannya agar lebih cepat memperoleh hasil maka pengusahanya menjadi penguasa atau sebaliknya yaitu penguasanya menjadi pengusaha. “Orang membutuhkan uang di antaranya untuk berkuasa. Jika ingin kekuasaannya lebih tinggi, maka uang yang dibutuhkan akan lebih banyak lagi,” ungkapnya.

Lawan

UIY menyampaikan, perlu ada kognisi yaitu menumbuhkan kesadaran kepada masyarakat agar mengetahui bahaya cengkeraman oligarki sehingga mampu melawannya. “Kesadaran yang dibutuhkan adalah kesadaran intelektual dan kesadaran faktual. Kesadaran intelektual adalah kesadaran buat mereka yang terpelajar dan ini bisa dibangun dengan penguatan literasi,” jelasnya.

Namun untuk masyarakat umum, ia menuturkan lebih membutuhkan kesadaran faktual.  “Kesadaran faktual adalah mengetahui fakta-fakta yang mengenai dirinya termasuk di dalamnya adalah adanya impact dari kuasa oligarki. Jika masyarakat sudah memiliki kesadaran faktual, mereka akan bisa menilai dampak dari kebijakan dan proyek yang didominasi atau dikuasai oligarki,” tambahnya.

Menurut UIY, menumbuhkan kesadaran-kesadaran ini adalah perlawanan yang sifatnya individual atau personal praktis. Selain itu, ia mengatakan perlu adanya perlawanan yang bersifat komunal struktural yang mengharuskan masyarakat juga memahami siapa yang melahirkan oligarki ini dan bersatu untuk melawannya.

“Oligarki ini lahir dari sebuah tatanan kapitalistik. Berarti tatanan atau lingkungan yang melahirkannya juga harus dikritisi. Dari situ lalu kita harus berpikir lingkungan apa yang tidak memungkinkan untuk tidak mudah lahir oligarki,” urainya.

Terakhir, ia mengingatkan, perlu ada pemikiran dan gagasan alternatif di luar sistem sosialisme dan kapitalisme. “Pemikiran alternatif tersebut adalah sistem Islam dengan tatanan ekonomi Islamnya. Jika di masyarakat sudah muncul kritisme serta kesadaran intelektual dan faktual, maka Islam harus disampaikan sebagai sebuah gagasan alternatif untuk melawan oligarki,” pungkasnya.[] Erlina

Share artikel ini: