Mediaumat.info – Cendekiawan Muslim Ustadz Muhammad Ismail Yusanto (UIY) khawatir dengan makin meningkatnya tren korupsi di negeri ini, bakal mengarah ke kondisi seperti Kolumbia sehingga memerangi kekuatan jahat Pablo Escobar.
“Mungkin tidak atau belum sampai ke sana. Tapi bisa mengarah ke sana, bahwa kekuatan jahat kekuatan koruptif itu, itu begitu rupa (berkuasa),” ujarnya dalam Focus to The Point: Uang Korupsi di Sekitar Pemilu, Kamis (8/2/2024) di kanal YouTube UIY Official.
Untuk diketahui, dalam catatan sejarah dunia kriminal, nama Pablo Escobar dikenal sebagai raja kokain Kolombia yang karismatik dan kejam. Awalnya, kehidupan bandar narkoba ini sangat sederhana. Namun, berubah menjadi penjahat paling kuat dan ditakuti di dunia.
Maka tak heran, ketika aparat di sana tak mampu ‘menyentuh kedigdayaan’ Pablo, akhirnya memerlukan bantuan dari luar untuk menyelesaikan.
Sebagaimana dilansir situs Transparency International, Selasa (30/1/2024), Indeks Persepsi Korupsi (IPK) atau Corruption Perceptions Index (CPI) Indonesia berada di angka 34/100 pada 2023. Skor CPI Indonesia itu tak berubah jika dibanding pada 2022. Artinya, negara ini berada di peringkat ke-115 dari 180 negara.
Tengoklah peristiwa menjelang pemilu 2024, tepatnya di awal Januari, PPATK menyebut Rp510,23 triliun dana Proyek Strategis Nasional (PSN) masuk ke kantong ASN hingga politisi.
“Kita bisa melihat jumlahnya ini bukan lagi miliar, bukan lagi triliun, sudah belasan bahkan puluhan, bahkan ratusan (triliun),” ungkap UIY, mengenai besaran jumlah uang korupsi yang tak terbayangkan sebelumnya oleh publik.
Belum lagi skandal pegawai KPK berikut pungutan liar (pungli) rutan hingga miliaran rupiah. Malahan, untuk ditambahkan, ketuanya sendiri terlibat dalam kasus pemerasan dalam suatu kasus korupsi.
“Alih-alih dia memiliki kekuasaan atau kewenangan di lembaga antikorupsi itu digunakan untuk memberantas korupsi, tapi digunakan untuk korupsi,” bebernya, sembari menyebut kondisi saat ini sudah sedemikian rusak.
Pula independensi peradilan dalam menangani dan mengadili perkara, seharusnya menjadi ranah yang tak boleh diintervensi pihak mana pun.
“Kita nalar secara sederhana, berapa sih kekuatan hakim untuk menolak setiap uang sogok? Kalau satu, dua miliar mungkin tidak (tembus). Tapi kalau sudah 100, 200 bagaimana? Dan itu sangat mungkin,” tukasnya, yang berlaku juga terhadap jaksa maupun aparat lain.
Maknanya, dengan kekuatan uang, kelompok jahat dimaksud mampu mengendalikan jalannya negara berikut memilih siapa pun yang bakal menjalankan negara.
“Ini yang sangat berbahaya,” tandas UIY, yang berarti kekuatan uang bisa membeli aparat, birokrasi, bahkan hukum atau undang-undang sebagaimana yang tampak di dalam sistem demokrasi saat ini.
Pentingnya Islam
Karenanya, menurut UIY, langkah awal terkait kejahatan korupsi yang seolah-olah tidak bisa diselesaikan, paling tidak perlu memahamkan umat seputar pentingnya cara mendapatkan kekayaan maupun kekuasaan dengan benar dan halal.
Pasalnya, ketika seorang pemimpin mendapatkan kekayaan dengan cara tidak benar maka untuk menutupinya bisa dipastikan bakal melakukan suatu hal yang tidak benar pula.
Sebutlah dengan melakukan tindak pidana penyuapan, hingga bila merasa perlu menghilangkan nyawa seseorang, maka hal ini pun bakal dilakukan. “Bahkan misalnya sampai harus menghilangkan nyawa orang lain, dia akan lakukan itu,” ucapnya.
Padahal, ketentuan-ketentuan di dalam syariah Islam, tidak bisa diubah meski sedikit. “Sudah jelas-jelas halal tidak mungkin dia membeli dengan kekuatan dana seberapa pun untuk mengubah menjadi haram atau sebaliknya yang haram menjadi halal,” ujarnya tentang sesuatu yang sekali lagi justru saat ini kerap terjadi.
Ditambah, sistem Islam bakal menutup celah hingga seminimal mungkin untuk penguasa bisa mendapatkan harta dengan cara haram. Sehingga, kekuasaan yang didapat nantinya bakal digunakan untuk kebaikan.
“InsyaAllah kekuasaan, kewenangan yang didapatkan akan digunakan untuk kebaikan,” pungkasnya. [] Zainul Krian