UIY: Ramadhan Membentuk Muyul Taat Allah SWT
Mediaumat.info – Cendekiawan Muslim Ustaz Muhammad Ismail Yusanto (UIY) menuturkan, puasa Ramadhan adalah bagian dari ibadah yang membentuk kecenderungan (muyul) untuk taat kepada Allah SWT.
“Puasa Itu sebenarnya membentuk muyul yaitu kecenderungan untuk taat kepada Allah SWT,” ujarnya dalam Live: Tarhib Ramadhan Bareng Kita, Ahad (10/3/2024) di kanal YouTube UIY Official.
Karenanya, sambung UIY, ketika seseorang terjaga kecenderungannya, bisa dikatakan hampir tak terlintas pikiran untuk berbuat maksiat dalam hidupnya.
Tengoklah kisah betapa disiplinnya Sahabat Abu Bakar ra dalam menjaga diri dari makanan syubhat, yakni yang belum otentik kehalalannya, apalagi yang haram.
Terlepas detail kisahnya, sikap demikian didasarkan sabda Rasulullah SAW yang artinya, “Setiap daging yang tumbuh dari yang haram, maka tempatnya (daging itu) adalah di neraka” (HR Muslim).
Tak ayal, pemahaman dan tindakan Abu Bakar yang UIY sebut tidak ada jarak ini sebagai muyul yang luar biasa. “Itu muyul yang luar biasa,” tegasnya.
Dengan kata lain, bukan karena tidak tahu agama telah mengharamkan perbuatan maksiat, semisal seorang Muslim mencuri atau bahkan korupsi, tetapi faktanya memang ada jarak jauh antara pemahaman dan tindakannya.
Maka, menurut UIY, berangkat dari situlah peran puasa menjadi sangat penting. Pasalnya, untuk melaksanakan kewajiban agama tak hanya butuh kemampuan tetapi juga kemauan.
Namun yang juga tak kalah sangat penting, agar bisa melaksanakan suatu kewajiban agama dengan ringan, harus menggembirakan diri dahulu. “Jika kita gembira, kita ini akan bisa melaksanakan satu kewajiban itu dengan ringan,” tandasnya.
Sebagaimana termaktub dalam QS al-Baqarah: 286, yaitu Allah SWT tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya, kewajiban agama semisal puasa adalah ringan. Dengan catatan, seseorang memiliki muyul seperti yang ia paparkan sebelumnya.
Bahkan, masih di surah yang sama di ayat 185 terkait ayat 183 tentang kewajiban berpuasa bagi orang-orang beriman, Allah SWT sesungguhnya juga menghendaki kemudahan, dan tidak menghendaki kesukaran dalam berislam.
“Dan agama ini memang tidak diciptakan atau tidak dibuat oleh Allah untuk menyulitkan kita,” jelasnya, yang meski demikian ia menyayangkan masih banyak orang Islam yang tidak mau melaksanakan.
“Dari situ kita bisa melihat bahwa selain kemampuan itu, diperlukan kemauan,” pungkasnya, yang berarti meskipun ringan kalau tidak ada kemauan mustahil bisa dilakukan. [] Zainul Krian