Mediaumat.info – Makin maraknya tindakan perundungan (bullying) di lingkungan sekolah maupun pesantren, dinilai akan terus terjadi hingga muncul peradaban alternatif.
“Tidak ada (cara) lain kecuali harus muncul peradaban alternatif,” ujar Cendekiawan Muslim Ustadz Muhammad Ismail Yusanto (UIY) dalam Focus to The Point: Penting! Begini Cara Babat Habis Bullying! di kanal YouTube UIY Official, Rabu (6/3/2024).
Menurutnya, peradaban tersebut tumbuh dari sebuah kasih sayang, sekaligus kesadaran terhadap ketentuan atau batasan-batasan. “Ibadahlah intinya itu,” sambungnya.
Sebutlah di antaranya mengenai dasar bolehnya orang tua memukul anaknya yang berumur 10 tahun ketika enggan melaksanakan shalat. Tetapi selain telah mengedukasi ketika anak umur 7 tahun, pukulan dimaksud dilakukan dengan tidak mencelakakan apalagi disertai kemarahan.
“Memukul itu intensinya lita’dib, pendidikan dia, untuk mengingatkan dan mengingatkan pun juga dengan kasih sayang,” terangnya, yang sebelumnya menyinggung budaya materialisme di tengah masyarakat.
Maknanya, supaya si anak tahu bahwa shalat termasuk perkara yang tidak boleh diabaikan. “Terukur,” sebutnya, yang berarti akan berisiko di dunia dan akhirat apabila abai terhadap kewajiban shalat.
Di sisi lain, kendati sekalipun Islam juga membolehkan hiburan atau kesenangan, semisal bercanda, namun dia lakukan dengan ‘kesegaran’ yang membuat pikiran menjadi segar pula, lantas kemudian mampu menumbuhkan semangat beribadah.
Kata UIY, ketika seluruh tindakan harus dinilai sebagai ibadah, maka semuanya pun diukur dengan ketentuan syariah.
“Halal dan haram, boleh tidak boleh, makruf tidak makruf, baik atau buruk, kemudian yang paling utama adalah penghargaan terhadap jiwa atau nyawa,” tandasnya.
Bahkan terdapat larangan membunuh manusia tanpa alasan yang dibenarkan oleh syariah, di dalam QS al-Maidah: 32 yang artinya,
“Barangsiapa yang membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu (membunuh) orang lain, atau bukan karena membuat kerusakan di muka bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh manusia seluruhnya.”
“Sebegitu mahalnya tubuh tidak boleh dilukai, hingga kemudian Islam menetapkan diyatnya itu kan mahal sekali,” sebutnya, seraya memaparkan besaran diyat untuk satu nyawa manusia hingga 1000 dinar.
“Kalau satu dinar itu 4,25 gram emas, anggap saja satu gram itu satu juta rupiah, berarti kan lebih dari 4 miliar,” sambungnya, tentang denda atau tebusan yang telah diwajibkan di dalam QS al-Baqarah: 178.
Tegasnya, peradaban alternatif yang ia maksud adalah peradaban Islam yang bakal meminimalisir bahkan menghilangkan budaya kekerasan seperti marak terjadi di tengah masyarakat.
Dengan kata lain, peradaban materialisme yang sarat budaya kekerasan dan minim edukasi, akan menjadi minor atau hilang. “Peradaban yang seperti itu akan menjadi minor, hilang sama sekali,” tukasnya.
Apalagi dikarenakan banyaknya umat jujur dan bertakwa, orang pasti akan tertarik kepada sesuatu yang lebih baik tersebut. “Itu peradaban yang didasarkan oleh Islam yang rahmatan lil alamin,” pungkasnya. [] Zainul Krian
Dapatkan update berita terbaru melalui channel Whatsapp Mediaumat: