Mediaumat.info – Soroti sepak terjang dan tingkah laku keluarga penguasa yang mengesankan kekuasaan di atas hukum, Cendekiawan Muslim Ustadz Muhammad Ismail Yusanto (UIY) menilai negara ini telah bergeser dari negara hukum menjadi negara kekuasaan.
“Selama hampir sepuluh tahun tinggal beberapa bulan periode pemerintahan Jokowi, kita menyaksikan dengan sangat gamblang, bagaimana negara kita ini telah bergeser, berubah dari apa yang menjadi harapan semua orang, negara hukum rechtstaat gitu istilahnya, menjadi negara kekuasaan, machtstaat,” ungkapnya dalam Fokus Reguler: Fufufafa, Nebeng, Kebohongan Apa lagi? di kanal YouTube UIY Official, Ahad (22/9/2024).
Menurutnya, ciri utama dari negara hukum yakni, hukum yang mengatur politik, mengatur kekuasaan. Sementara negara kekuasaan, justru hukum itu dijadikan sebagai alat kekuasaan.
“Jadi, kekuasaan mengatur hukum, dan itu yang saya kira dipertontonkan dengan sangat telanjang, terutama pada satu dua tahun terakhir ini,” ungkapnya miris.
Sah Secara Hukum dan Politik
Terkait status wapres terpilih Gibran Raka Buming Raka yang disebut-sebut sebagai pemilik akun Fufufafa, UIY menilai secara hukum dan politik sah.
“Karena itu kemudian, kita bisa melihat, secara hukum memang sah, siapa yang bisa mengatakan bahwa secara hukum Gibran itu tidak sah sebagai wakil presiden terpilih? Dan siapa yang mengatakan bahwa secara hukum dia itu tidak sah sebagai cawapres? secara hukum sah, secara politik juga sah, karena didukung oleh kekuatan politik,” bebernya.
Tidak Absah Secara Moral
UIY memandang, meski pencalonan dan keterpilihan Gibran sebagai wakil presiden sah secara hukum dan politik, namun, dia tidak absah secara moral.
“Tetapi, saya kira siapa pun tahu bahwa, meski dia sah secara politik dan secara hukum, tapi dia tidak absah secara moral, dan itu beban yang paling berat menggelayuti Gibran. Itu persoalan moral, keabsahan moralitas,” kritiknya.
Nah, lanjutnya, ketika akun Fufufafa ini terungkap, apalagi kemudian diduga berhasil membongkar apa yang dia katakan di dalam akun itu, maka legitimasi moral itu semakin rontok.
“Jadi, sudahlah sebelumnya semua tahu bahwa dia itu menjadi cawapres itu ada problem morality yang sangat parah, karena menyangkut institusi yudikatif yang paling tinggi, Mahkamah Konstitusi, sering disebut sebagai constitution guardian bahkan state guardian penjaga negara, penjaga konstitusi itu begitu rupa diintervensi untuk sekadar meloloskan putra sulungnya, lalu sekarang netizen semuanya saya kira menyaksikan apa yang dia katakan meskipun itu pada kurun waktu yang lampau,” bebernya.
Problematik
Jika diungkap ada latar depan, ada latar belakang, ada di balik layar ada di atas panggung, UIY memandang Gibran di atas panggung ini problematik.
“Apalagi setelah membaca akun Fufufafa, maka Gibran ini di belakang layar itu lebih problematik lagi, lebih parah lagi, dan ini sebenarnya wajah asli dia itu,” mirisnya.
UIY menilai, di panggung saja orang sudah tidak nyaman menyaksikan, melihat cawapres terpilih itu seperti itu, apalagi kemudian ternyata di belakang panggung itu begitu.
“Dan itulah wajah asli dia. Karena itu, saya ingin mengatakan bahwa legitimasi moral itu semakin hari semakin rontok,” kritiknya memungkas. [] ‘Aziimatul Azka
Dapatkan update berita terbaru melalui channel Whatsapp Mediaumat