UIY Kupas Keterkaitan Ramadhan dengan Kehidupan Sosial Masyarakat

 UIY Kupas Keterkaitan Ramadhan dengan Kehidupan Sosial Masyarakat

Mediaumat.id- Cendekiawan Muslim Ustaz Muhammad Ismail Yusanto (UIY) mengatakan keterkaitan ibadah puasa Ramadhan dengan kehidupan sosial masyarakat sangat erat.

“Puasa Ramadhan ini, ini sangat erat kaitannya, kalau ditanya hubungannya, dengan kehidupan sosial kemasyarakatan,” ujarnya dalam Tarhib Ramadhan 1443H: Ramadhan Berkah dengan Syariah Kaffah, Ahad (27/3/2022) secara daring.

Sebelumnya, UIY menerangkan bahwa yang disebut masyarakat ialah kumpulan individu ditambah suatu sistem atau aturan di dalamnya.

Sementara, tujuan utama diwajibkannya puasa adalah agar menjadi orang yang semakin bertakwa yang juga berarti bertambah taat melaksanakan semua kewajiban serta meninggalkan segala yang diharamkan oleh Allah SWT.

Maka apabila suatu kelompok sosial masyarakat diisi oleh orang-orang yang memiliki kemauan untuk taat kepada Allah SWT, kemudian dibikin aturan yang juga dalam rangka taat kepada-Nya, niscaya terbentuklah masyarakat yang penuh berkah.

“Itulah yang dikatakan (janji) Allah,” tegasnya mengutip QS al-A’raf ayat 96: ‘Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi.’

Namun, lanjut UIY menyayangkan, ketika ada sekelompok orang sekadar ingin Islam diterapkan secara kaffah oleh negara sebagai wujud ketakwaan, justru tersemat berbagai sebutan berikut konotasi negatifnya.

Padahal di sisi lain, kata UIY, Allah SWT memuliakan hamba-Nya yang senantiasa bertakwa. “Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah adalah orang yang paling takwa di antara kamu,” ujar UIY mengutip QS al-Hujurat ayat 13.

Bahkan UIY menyebutkan, lantaran ketaatan kepada-Nya, maka dalam menyusun suatu kebijakan atau aturan mestinya disesuaikan dengan sikap taatnya kepada Allah SWT. “Kalau faktanya tidak seperti itu, berarti puasa ini belum memberikan pengaruh,” selanya.

“Jangan lagi pengaruh kehidupan sosial masyarakat, negara. Pengaruh individu (pun) perlu diperhatikan lagi,” imbuhnya.

Memang, kata UIY, itu persoalan sudut pandang. Namun secara bahasa lugas, hal itu termasuk salah satu sikap kekurangajaran. “Kalau kacamatanya kacamata takwa, dia demen melihat orang bertakwa. Tetapi kalau kacamatanya itu kacamata un-takwa, lihat orang bertakwa itu sepet. Pokoknya enggak senanglah,” sambungnya.

Memprihatinkan

UIY menyampaikan, kondisi masyarakat, bangsa dan negara Indonesia, secara tata kelola perekonomian juga sangat memprihatinkan. Hal itu tampak dari fenomena terbaru langka dan mahalnya minyak goreng di tengah kapasitas produksi CPO dalam negeri yang mencapai 46 juta ton pertahun, terbesar di dunia.

“Bagaimana bisa di negara seperti ini, emak-emak itu harus antri empat, lima jam sekadar mendapatkan satu liter minyak goreng,” ucapnya.

Belum lagi kesenjangan ekonomi secara uang yang tersimpan di bank yang diungkapnya, ternyata hampir 99.8% dari total sekitar Rp5.900 triliun, dimiliki oleh kurang lebih 200 ribu rekening yang diduga kuat dimiliki oleh beberapa orang saja.

“Itu kesenjangan sudah luar biasa,” timpalnya.

Ditambah tekanan ekonomi yang terjadi di tengah kehidupan masyarakat kecil. “Kemarin baru saja kita saksikan ya, mengerikan sekali. Bagaimana seorang ibu sampai menggorok tiga anaknya karena tekanan kehidupan,” ungkapnya.

Begitu pun terkait liberalisasi agama berupa kesyirikan yang justru dipromosikan negara. “Begitu di-endorse, dipakai secara resmi, dibiayai oleh negara, ini menurut saya suatu gejala yang sangat memprihatinkan,” geramnya pula berkenaan seorang pawang yang mengklaim memiliki remote pengatur AC langit.

Kemudian yang menurut UIY paling mencolok, perhelatan nikah beda agama seorang Muslimah staf khusus presiden yang tentunya, dihadiri orang paling berkuasa di negeri ini. Sehingga bisa dikatakan, sikap yang jauh dari ketaatan kepada Allah SWT sudah menyentuh orang-orang di dekat lingkaran kekuasaan.

“Artinya dia (penguasa) tidak peduli bahwa itu sebenarnya sebuah kemaksiatan,” jelasnya dengan menambahkan fenomena salam yang kini juga tak cukup dengan assalamulaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Padahal, kata UIY, kemerdekaan Indonesia diakui atas berkat rahmat Allah SWT. “Bagaimana bisa kita merdeka atas berkat rahmat Allah, lalu diisi kemerdekaan itu dengan sesuatu yang bertentangan dengan prinsip keberkahan?” tuturnya.

Sedangkan keberkahan itu sendiri, menurut UIY, hanya akan mungkin bisa didapat ketika Allah SWT ridha. “Dalam hadits, ‘Kalau Aku ditaati, Aku ridha. Kalau Aku ridha maka Aku akan memberikan berkah’,” nukilnya.

Dengan kata lain, keberkahan akan bisa didapatkan kalau Allah SWT ridha. Begitupun sebaliknya. “Artinya, ketidaktaatan kepada Allah ini merajalela begitu rupa di hampir seluruh bidang. Dan ini disupport oleh negara,” sesalnya lagi.

Sehingga menurutnya, negeri ini memang sedang mengarah ke arah kesesatan yang mengerikan. “Barangsiapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya maka sungguhlah dia telah sesat, sesat yang nyata,” petiknya dari QS al-Ahzab ayat 36.

Sebagaimana pula hadits riwayat At-Tirmidzi, ‘Tidaklah aku di dunia ini kecuali hanyalah seperti musafir yang bernaung di bawah pohon lalu pergi meninggalkannya’, kata UIY, tidak ada yang paling penting di kehidupan dunia kecuali takwa.

Sebab, takwalah yang menentukan derajat manusia di sisi Allah SWT, dan yang akan menentukan masuk tidaknya seseorang ke dalam surga. “Siapa diantara orang-orang itu yang ingin masuk neraka? Kagak ada pasti. (Semua) ingin masuk surga,” tegasnya.

“Apa jaminan untuk masuk surga? Hanya satu, takwa,” tegasnya sebagaimana janji Allah SWT yang artinya, ‘Orang-orang yang bertakwa kepada Tuhannya, bagi mereka surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya, sedang mereka kekal di dalamnya sebagai tempat tinggal (anugerah) dari sisi Allah’ (QS Ali Imran: 198).

Dengan demikian, takwa itu semestinya menjadi pusat perhatian dari setiap kegiatan manusia. Baik individu, keluarga, masyarakat, yang semestinya fokus mengarah ke sana.

Apalagi ketakwaan di level negara yang menurut UIY, paling besar pengaruhnya terhadap kehidupan masyarakat. Sebab kalau tidak, bisa menimbulkan berbagai persoalan dan kerusakan di dalam kehidupan nyata saat ini. “Juga akan membawa kita kalau kita tidak hati-hati, itu pada kecelakaan di akhirat nanti,” tuturnya.

Terakhir, dengan spirit Ramadhan UIY mengimbau bagi yang sedang mengajak takwa sebenar-benarnya lantaran ingin memperoleh keberkahan, namun kerap mendapatkan kriminalisasi luar biasa, agar senantiasa tidak mudah putus asa dan tetap berjuang.

“Tentu saja, kita tidak boleh putus asa. Kita tetap harus berjuang, meskipun risikonya ada,” pungkasnya.[] Zainul Krian

Share artikel ini:

Related post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *