UIY: Jika Sejarah Ditulis dengan Benar, Indonesia Jadi Serba Islam

Mediaumat.news – Cendekiawan Muslim Ustaz Ismail Yusanto (UIY) mengatakan jika sejarah ditulis dengan benar, Indonesia jadi serba Islam. “Jikalau sejarah itu ditulis dengan benar, di Indonesia ini semua serba Islam,” ujarnya dalam Bedah Film JKDN 2, Ahad (24/10/2021) di kanal YouTube Media Umat.

Ia mencontohkan, momen ditetapkannya Hari Kebangkitan Nasional, semestinya dikaitkan dengan awal terbentuknya Sarekat Islam dengan tokohnya HOS Cokroaminoto. Bukan kelompok elitis Budi Utomo (1908) yang hanya memperjuangkan kalangan dokter dengan suku Jawa priyayi.

Perlu diketahui, perjuangan Sarekat Islam memang betul-betul memenuhi seluruh hak nasional. Cokroaminoto dari Jatim, Samanhudi dari Jateng, Abdul Muis dan K.H. Agus Salim dari Sumbar, A.M. Sangaji dari Maluku, dan para tokoh lainnya yang dari berbagai wilayah.

Bahkan kongres pertamanya pada 1906 di Surabaya, diikuti oleh lima puluh ribu peserta dari 18 wilayah di seluruh Indonesia. “Jadi memang betul-betul nasional. Kenapa kok bukan Sarekat Islam? Coba kalau Sarekat Islam yang ditaruh sebagai pelopor kebangkitan nasional. Kan jadi Islamnya yang muncul,” herannya.

Pun, penulisan sejarah terkait gelar Bapak Pendidikan Nasional yang disematkan kepada Ki Hadjar Dewantara dengan Taman Siswanya (1922). Menurut UIY, semestinya bukan Ki Hadjar, tetapi kepada KH Ahmad Dahlan yang terlebih dahulu mendirikan sekolah sederhana di Kauman, Yogyakarta pada 1911.

“Jadi (memang) Kiai Haji Ahmad Dahlan. Faktanya juga Perguruan Muhammadiyah jauh lebih maju dari Taman Siswa. Tapi kalau ditulis begitu, Islam lagi, gitu,” terangnya.

Sehingga dari seluruh perjuangan melawan penjajahan di Nusantara, boleh dikatakan Islamlah yang memelopori. “Melawan Belanda ya Islam; kebangkitan nasional, Islam; pendidikan nasional, Islam; semuanya Islam. Kenapa Islam? Ya karena faktanya seperti itu, yang memiliki semangat perlawanan terhadap Belanda kan Islam, bukan agama lain,” jelasnya.

Satu lagi contoh terbaru, terkait Hari Santri Nasional 22 Oktober yang menurut UIY, paling tidak disebut Hari Ulama Nasional. Sebab, pencetus resolusi jihad KH Hasyim Asy’ari adalah seorang ulama yang notabene berbeda dengan santri. “Lebih tepat lagi disebut hari jihad. Mustinya begitu,” timpalnya dengan senyum lebar.

Namun, kalau disebut Hari Jihad Nasional, akan lain dampaknya bagi pihak yang tidak suka ajaran Islam ditinggikan. “Dikatakan dalam sejarah itu bahwa Snouck Hurgronje itu kan memberikan pesan kepada pemerintahan kolonial Belanda bahwa ada dua spirit utama yang membuat umat Islam itu terus kuat bergelora seperti ini. Yang pertama Khilafah, yang kedua jihad,” pungkasnya.[] Zainul Krian

Share artikel ini: