Mediaumat.id – Cendekiawan Muslim Ustadz Muhammad Ismail Yusanto (UIY) jelaskan dua hal terkait wujud pembuktian cinta kepada Rasulullah Muhammad SAW.
“Saya ingin menyebut dua hal,” ujarnya dalam program Fokus to The Point: Maulid Nabi, Kecintaan dan Ketaatan Kepada Allah dan Rasul-Nya, Kamis (28/9/2023) di kanal YouTube UIY Official.
Pertama, yang paling sederhana adalah menyampaikan shalawat kepada Baginda (Nabi Muhammad) Rasulullah SAW di setiap kali mendengar kata atau nama beliau disebut.
“Maka kita mengucapkan shalawat, tuturnya.
Dan shalawat ini, sambung UIY, adalah satu perintah yang diperintahkan oleh Allah dan bahkan Allah SWT melakukan juga.
“Dalam surah al-Ahzab (ayat 56) disebutkan, Innallaha wa malaikatahu yushalluna alan Nabi, Ya ayyuhalladzina amanu shallu ‘alaihi wasallimu taslima,” jelasnya.
Ia juga menerangkan, shalawat adalah bentuk kecintaan yang paling sederhana (dilakukan).
“Jangan katakan cinta kepada Nabi kalau tidak pernah shalawat dan kalau disebut Nabi ndak bereaksi,” imbuhnya.
UIY melanjutkan, sedangkan bukti cinta yang paling utama kepada Nabi SAW adalah ittiba’ (mencontoh) kepadanya. “Dan ini sekaligus juga bukti cinta kepada Allah,” tegasnya.
UIY kemudian mengutip firman Allah SWT dalam Al-Qur’an surah Ali Imran ayat 31 yang artinya, “Katakanlah (Muhammad), jika engkau betul-betul cinta kepada Allah, maka ikutilah aku.”
Ia juga menyampaikan penjelasan Imam Ibnu Katsir tentang ayat tersebut, bahwa orang yang mengaku cinta kepada Allah SWT tapi tidak ittiba’ kepada Nabi SAW dengan haqqul ittiba’ (ittiba’ yang benar) atau tidak mau mengikuti perintah dan larangan Nabi SAW, maka orang itu disebut sebagai pendusta (kadzib).
“Artinya, bahwa bentuk cinta kita kepada Nabi itu adalah sekaligus bentuk cinta kita kepada Allah,” terangnya.
UIY pun menegaskan, tidak ada contoh terbaik kecuali Nabi SAW termasuk contoh perjuangannya dari dakwah Islam.
“Baik itu dalam sifat karakternya yang selalu berdasarkan Islam dan untuk Islam. Kemudian lillah, billah atau fillah (ikhlas karena Allah SWT semata). Kemudian istiqamahnya (keteguhannya),” tegas UIY memungkasi.[] Muhar