UIY: Jabatan adalah Amanah

Mediaumat.id – Cendekiawan Muslim Ustadz Muhammad Ismail Yusanto (UIY) memandang pentingnya menumbuhkan kesadaran bahwa jabatan adalah amanah. “Harus tumbuh kesadaran, ini sangat penting bahwa jabatan itu, kepemimpinan itu adalah amanah,” ujarnya dalam Diskusi Online: Rakyat Dipajakin, Duitnya Dikorupsiin, Ahad (5/3/2023) di kanal YouTube Media Umat.

Sebelumnya, seperti diberitakan, telah terbongkar harta kekayaan sebesar Rp56,1 miliar yang tercatat dalam Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara (LHKPN) atas nama Rafael Alun Trisambodo, mantan pejabat Direktorat Jenderal Pajak (DJP) baru-baru ini.

Selain menyita perhatian para pejabat publik termasuk Menteri Keuangan yang akhirnya mencopot jabatannya sebagai Eselon 3 di Dirjen Pajak, ternyata masih terdapat buntut lanjutan dari kasus ini. Di antaranya banyak warganet yang kemudian mempertanyakan besarnya harta seorang pejabat pajak, hingga suara-suara yang merasa tidak perlu menyetorkan pajak imbas terbongkarnya kasus ini.

Namun terlepas itu, sambung UIY, perihal amanah dalam kepemimpinan ini pernah disampaikan oleh Rasulullah SAW kepada Sahabat Abu Dzar al-Ghifari.

Ketika itu, sebagaimana diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam kitab Sahih-nya, Abu Dzar bermaksud meminta jabatan kepada Rasulullah SAW.

“Wahai Rasulullah, tidakkah Anda menjadikanku sebagai pegawai (pejabat)?” kata Abu Dzar kepada beliau.

Sembari menepuk bahu Abu Dzar, Rasulullah bersabda: “Wahai Abu Dzar, kamu ini lemah (untuk memegang jabatan) padahal jabatan merupakan amanah. Pada hari kiamat ia adalah kehinaan dan penyesalan, kecuali bagi siapa yang mengambilnya dengan haq dan melaksanakan tugas dengan benar.”

Dengan demikian, kata UIY lebih lanjut, dalam menunaikan amanah terkait kepemimpinan atau jabatan haruslah disertai dengan kompetensi. “Kompetensi itulah yang memungkinkan seseorang itu bisa melaksanakan kepemimpinan itu atau melaksanakan amanah jabatan itu dengan sebaik-baiknya,” urainya.

Berikutnya, mengenai amanah yang nantinya bisa menjadi penyesalan dan kehinaan, menyiratkan pemahaman bahwa amanah harus disertai dengan pandangan akhirat, yang menurut UIY, saat ini makin tipis bahkan hilang.

Akibatnya, orang tidak lagi merasa takut terhadap risiko-risiko akhirat. “Mengapa? Mereka hanya berfokus kepada risiko dunia,” tukasnya.

Sementara, risiko dunia yang ia maksud, sekarang bisa diminimalisir oleh berbagai regulasi, semisal UU yang merevisi ketentuan tentang pemberantasan tindak pidana korupsi yang bagi banyak pihak menilai hal itu justru melemahkan KPK.

Bahkan selama kurun waktu 2020, seperti halnya keterangan dalam catatan akhir tahun pemberantasan korupsi yang dirangkum ICW, publik telah menyaksikan terbitnya berbagai kebijakan yang bertentangan dengan semangat pemberantasan korupsi.

Kalau sudah demikian adanya, kata UIY, habis sudah benteng pertahanan yang bisa mengajak kepada yang bersangkutan untuk bertindak benar. “Kalau di dunia tidak ada yang ditakuti, di akhirat tidak ada yang ditakuti juga, maka habis sudah benteng pertahanan yang bisa memberikan persuasi kepada yang bersangkutan itu bertindak benar,” pungkasnya.[] Zainul Krian

Share artikel ini: