UIY: Isu Radikalisme, Upaya Alihkan Opini Publik dari Persoalan Utama

Mediaumat.id – Hembusan isu radikalisme di tengah menguatnya arus islamisasi di berbagai sektor publik, dinilai Cendekiawan Muslim Ustaz Muhammad Ismail Yusanto (UIY) sebagai upaya pengalihan opini publik dari persoalan utama negeri ini.

“Ini sebenarnya semacam false flag, jadi upaya untuk mengalihkan perhatian publik dari persoalan utama,” ujarnya dalam Fokus: 2023 Semakin Radikal, Senin (9/1/2023) di kanal YouTube UIY Official.

Menurutnya, publik dibawa seolah-olah negara ini terancam oleh radikalisme, Islam politik atau bahkan Islam kaffah. “Padahal tidak,” selanya.

“Coba tunjukkan siapa di antara mereka-mereka yang dianggap sebagai radikal itu yang korup,” cetusnya menyinggung makin masifnya tindak pidana korupsi dan serupa lainnya yang sebenarnya mengancam bahkan menghancurkan negeri ini.

Lebih lanjut, UIY pun membeberkan, yang telah melakukan tindak pidana korupsi lantas terkena OTT adalah justru mereka yang mengatakan ‘saya Indonesia’ atau ‘saya Pancasila’. “Kita bisa tunjukkan orang-orangnya,” tegasnya.

Hadits Nabi

Karenanya, ia membenarkan sabda Nabi Muhammad SAW yang menyampaikan bahwa akan tiba suatu masa ketika Al-Qur’an dan penguasa berpisah.

“Ada satu nasihat bagus yang diberikan oleh Baginda Rasulullah SAW Al-Quran dan penguasa itu akan berpisah,” ucapnya, mengutip sebagian kandungan hadits yang diriwayatkan oleh Imam ath-Thabrani yang redaksi lengkapnya termaktub dalam kitab Al-Mu’jam al-Kabir juz 20 hlm. 90 [172], Al-Mu’jam al-Shaghir juz 1 hlm. 264; Abu Nu’aim dalam Hilyah al-Auliya’ juz 5 hlm. 165 dan Al-Khathib al-Baghdadi dalam Tarikh Baghdad juz 3 hlm. 398.

Dalam hadits dimaksud, dijelaskan tanda-tandanya yaitu keputusan atau kebijakan yang diambil penguasa tidak berdasarkan kepada Al-Qur’an. “Dia mengambil keputusan untuk kepentingan dia, tidak berdasarkan kepada Al-Qur’an,” terangnya.

Pasalnya, sambung UIY, jikalau berdasarkan Al-Qur’an tidak mungkin memusuhi dengan menggusur sebagian materi Islam dari mata pelajaran fiqih yang dianggap radikal di tingkat pendidikan aliyah misalnya.

Atau bahkan tidak mungkin pula menzalimi para ulama dengan cara mengkriminalisasinya. Justru, kata UIY, Al-Qur’an mengajarkan siapa pun untuk memuliakan sosok yang memuliakan agama Allah SWT.

Untuk itulah, sebagaimana nasihat beliau SAW selanjutnya, kaum Muslim tak semestinya memisahkan diri dari Al-Qur’an apa pun yang terjadi.

Ditambah dengan nasihat berikutnya bahwa mati dalam keadaan taat kepada Allah itu lebih baik daripada menjalani hidup di tengah kemaksiatan. Dalam arti di kala peraturan kekuasaan tidak lagi mengikuti ajaran agama, umat Islam harus tetap mengikuti ajaran agamanya.

Untuk itu pula, lanjut UIY, selain milik kaum Muslim yang paling berharga, Islam berikut seluruh ajaran di dalamnya harusnya dipegang layaknya menggenggam bara api.

“Memang tidak ringan, berat sekali, sebagaimana Nabi (Muhammad SAW) juga bilang, akan datang pada suatu masa orang yang sabar memegang agama itu seperti memegang bara api,” ucap UIY, mengutip sebuah hadits riwayat Imam at-Tirmidzi.

Seperti halnya juga penjelasan Syekh al-Mubarakfuri menukil penjelasan Al-Qari, tidak mungkin menggenggam bara api dimaksud kecuali dengan kesabaran dan menanggung kesusahan yang sangat. “Ini bisa terjadi pada zaman yang tidak bisa terbayangkan lagi bagaimana bisa menjaga agama (Islam) kecuali dengan kesabaran yang besar,” sebut Syekh al-Mubarakfuri.

Dengan demikian, dari penjelasan tersebut, UIY pun menuturkan agar kaum Muslim dalam berupaya memperbaiki keadaan untuk senantiasa istiqamah di jalan Islam. “InsyaAllah kita akan menemukan jalan perbaikan,” pungkasnya.[] Zainul Krian

Share artikel ini: