Mediaumat.news – Pernyataan Mendikbudristek Nadiem Makarim yang menyebut ‘sudah mengupayakan berbagai cara untuk meningkatkan kesejahteraan guru honorer, salah satunya dengan memberikan tambahan nilai afirmasi dalam seleksi ASN Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK)’ ditanggapi begini oleh Cendekiawan Muslim Ustaz Muhammad Ismail Yusanto (UIY).
“Istilah guru honorer, dengan pendapatan sak cuprit (sangat sedikit), itu sangat tidak semestinya terjadi di negeri ini. Apalagi kemudian mereka harus mengemis-ngemis untuk diangkat sebagai Aparatur Sipil Negara (ASN) agar kesejahteraan mereka terperhatikan,” ungkapnya kepada Mediaumat.news, Kamis (7/10/2021).
Ia mengatakan, pendidikan adalah pilar penting dalam pembangunan sumber daya manusia (SDM), karena kualitas SDM menentukan maju mundurnya sebuah masyarakat dan peradaban. “Siapa saja yang memahami hal ini pasti akan sangat mementingkan pendidikan dan segala hal yang terkait pendidikan, di antaranya yang utama adalah keberadaan guru,” ungkapnya.
Karena itu, UIY heran, setelah lebih 70 tahun Indonesia merdeka masih saja banyak guru yang mendapatkan perlakuan yang tidak semestinya. “Di saat yang sama, korupsi makin menjadi-jadi, kekayaan pejabat negara naik luar biasa, sedang sekian banyak guru hidup dalam sengsara,” tuturnya.
Ia mengatakan, mustinya guru diperhatikan kesejahteraannya selain keahlian dan karakternya. “Negara harus mengalokasikan dana yang cukup untuk urusan ini. Buat apa bikin jalan tol panjang-panjang, kereta cepat dan lainnya jika nasib guru begitu nestapa?” tegasnya.
UIY menambahkan, bahwa Islam sangat menghargai guru dan ilmu. Sebagaimana di zaman Rasulullah SAW, tawanan Perang Badar boleh bebas setelah mengajari anak-anak. Gaji guru tersebut sekitar 15 dinar (kurang lebih Rp 15 juta rupiah sekarang), dan siapa saja yang menulis buku akan mendapatkan hadiah emas seberat buku yang ditulisnya.
“Sekarang, di dalam peradaban sekuler, liberalistik hedonistik, penyanyi, artis, dan pesohor lain yang lebih dihargai daripada guru dan penebar ilmu,” pungkasnya.[] Ade Sunandar