UIY: Dunia Sedang Menanti Hadirnya Kembali Islam sebagai Alternatif
Mediaumat.id – Cendekiawan Muslim Ustadz Muhammad Ismail Yusanto (UIY) mengatakan, dunia sedang menanti kehadiran Islam sebagai alternatif, karena kegagalan kapitalisme maupun sosialisme dalam menata ekonomi, politik, termasuk menata masyarakat plural.
“Dunia sedang menantikan hadirnya kembali Islam, karena dunia membutuhkan alternatif dari apa yang sudah ada, berupa kegagalan sosialisme, komunisme, pun sekarang kita melihat ketidakmampuan kapitalisme dalam menata ekonomi, politik, termasuk mengatur masyarakat plural,” ungkapnya di acara Fokus: Rusuh Prancis, Kegagalan Sekulerisme Tata Masyarakat Plural? melalui kanal YouTube UIY Official, Ahad (9/7/2023).
Kunci keberhasilan Islam dalam menata masyarakat, ucapnya, karena Islam dengan tegas membedakan kerangka kehidupan pribadi (private) dan kehidupan publik.
“Dalam kehidupan private diserahkan pilihan agama, dan hal-hal yang menyangkut keyakinan itu kepada masing-masing individu, baik dia Muslim maupun non-Muslim. Kalau dia non-Muslim diberi kebebasan untuk menjadi Muslim atau tidak,” jelasnya.
Sementara dalam kehidupan publik, sambungnya, semuanya harus tunduk pada aturan Islam. Dalam pandangan UIY, masyarakat itu membutuhkan aturan yang baik. “Aturan yang baik itu, kalau kita bicara rasionalitas, musti datang dari Dzat Yang Maha Baik. Itulah Allah SWT,” imbuhnya.
Ia mencontohkan, aturan dalam bidang ekonomi. Ekonomi yang baik itu adalah ekonomi yang tumbuh, stabil dan adil. Ketiganya disediakan oleh Islam.
“Ketika Islam menyediakan aturan kemudian ditaati, dijalani oleh semua warga Muslim maupun non-Muslim, hasilnya ternyata kebaikan. Karena itu semua warga negara baik Muslim maupun non-Muslim happy (gembira). Tidak ada yang merasa diistimewakan, pun juga tidak ada yang merasa didiskriminasi dalam ekonomi, karena semua mengikuti aturan yang ada,” urainya.
Menurut UIY, larangan riba, larangan berbuat zalim, larangan mencuri, larangan korupsi, hukuman bagi pencuri, hukuman berbuat curang, semua itu berlaku buat Muslim maupun non-Muslim. “Coba di mana diskriminasinya? Enggak ada diskriminasi,” tegasnya.
Kalaupun ada perbedaan perlakuan, ujarnya, itu menyangkut kehidupan pribadi berdasarkan pilihan mereka, sehingga harus diperlakukan secara berbeda. “Ibadahnya berbeda, tempat ibadahnya berbeda, mungkin pakaiannya berbeda, dan sebagainya, tapi dalam kehidupan umum sama,” terangnya.
Maqashid Syariah
Barat sering mengklaim, aturan yang bersumber dari agama (Islam) sering dianggap menjadi faktor disharmonisasi masyarakat karena memunculkan identitas politik. Hal ini pun disanggah UIY, sebab yang dikehendaki oleh setiap manusia itu kebaikan yang kalau dalam bahasa Islam disebut maqashid syariah.
“Tidak ada orang yang tidak ingin hartanya tidak terjaga. Dia ingin mendapatkan kesejahteraan, keamanan, ketentraman, keadilan, perlindungan akal, perlindungan terhadap keturunan dan sebagainya. Ketika Islam itu bisa menyediakan ini semua, lalu apa alasan non-Muslim itu untuk menolak? Apalagi dia lihat pemimpinnya jujur, pemimpinnya adil, pemimpinnya tidak zalim, dan mereka masih bisa melakukan ibadah,” argumennya.
UIY mencontohkan, saat terjadi penaklukan Konstantinopel oleh Muhammad al-Fatih, Al- Fatih memasuki Gereja Hagia Sophia. Bayangan penduduk di sana adalah kehancuran, genosida, banjir darah.
“Tapi yang terjadi tidak demikian. Bahkan Muhammad al-Fatih mengucapkan sesuatu yang membuat mereka terkejut yaitu jaminan untuk mereka tetap memeluk agama mereka, sesuatu yang tidak mereka duga,” ungkapnya.
Oleh karena itu, menurut UIY, tidak ada alasan buat non-Muslim menolak Islam. Dalam sejarah juga tidak pernah tercatat adanya pemberontakan dari non-Muslim. “Bahkan yang ada mereka merasakan kebahagiaan yang belum pernah dialami ketika mereka hidup di bawah penguasa selain Islam,” tegasnya.
UIY juga menunjukkan bukti bagaimana Yahudi menikmati abad keemasan justru di bawah naungan Islam, yang dinukil dari penulis Yahudi Kristen Karen Armstrong. “Karen Armstrong menulis, Under Islam, the Jews had enjoyed a golden age in al-Aandalus” ucapnya, sembari menegaskan bahwa keemasan Yahudi di Andalusia justru di bawah Islam.
Jadi itulah rahasianya kenapa sistem Islam bertahan sampai 1400 tahun. “Kalau kita mengikuti pendapat para sejarawan the golden age (masa keemasan/kejayaan) itu 700 tahun,” ucapnya.
UIY pun sangat yakin satu-satunya agama yang berkemampuan besar menyelesaikan masalah rasial hanya Islam. Ini dibuktikan ketika musim haji di tanah suci, orang dari berbagai ras datang dari seluruh penjuru dunia.
“Jadi Islam itu menjadi meeting point dan melting point, titik temu dan titik lebur dari ras-ras yang ada, tidak pernah ada persaudaraan universal sebegitu rupa ditampakkan kecuali di dalam Islam,” pungkasnya.[] Irianti Aminatun