UIY: Cinta Nabi, Cinta Ukhuwah Islamiah
Mediaumat.info – Cendekiawan Muslim Ustadz Muhammad Ismail Yusanto (UIY) menyampaikan, terkategori cinta kepada Rasulullah SAW di antaranya adalah munculnya kesadaran atas kesamaan untuk mewujudkan rahmat Allah SWT atau biasa disebut ukhuwah islamiah.
“Salah satu tanda penting juga adalah munculnya apa yang disebut ukhuwah islamiah atau persaudaraan Islam,” ujarnya dalam Focus to The Point: Maulid Nabi, Dusta Klaim Cinta Rasulullah SAW, Tapi Tolak Syariah Islam, Rabu (18/9/2024) di kanal YouTube UIY Official.
Menurutnya, sebagaimana hadits riwayat Imam Muslim tentang persaudaraan Islam, ketika ada satu saja orang yang sakit, kaum mukmin yang lain harusnya menguatkan di samping juga merasakan hal sama.
“Perumpamaan orang-orang mukmin dalam hal saling mencintai, menyayangi, dan mengasihi bagaikan satu tubuh. Apabila ada salah satu anggota tubuh yang sakit, maka seluruh tubuhnya akan ikut terjaga (tidak bisa tidur) dan panas (turut merasakan sakitnya),” demikian bunyi hadits dimaksud.
Terlebih kepada umat Islam di Gaza, Palestina, khususnya, yang hingga saat ini sudah lebih dari 50 ribu jiwa yang menjadi syuhada (insyaAllah) disebabkan genosida yang dilakukan Zionis Yahudi sejak 7 Oktober 2023 lalu.
Artinya, sebagai umat Islam yang mengaku mencintai Nabi SAW, seharusnya mengikuti apa yang menjadi pesan beliau seputar pentingnya mencintai saudara seakidah layaknya mencintai dirinya sendiri.
“Salah seorang di antara kalian tidaklah beriman (dengan iman sempurna) sampai ia mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri” (HR Bukhari dan Muslim).
Artinya pula, ketika mengaku mencintai Nabi SAW, setidaknya prihatin dengan kondisi saudara-saudara sesama Muslim di berbagai negeri terlebih pasca-keruntuhan Khilafah Islamiah pada 1924. Mulai dari bencana kelaparan, perang saudara, pengusiran, penyiksaan, pemerkosaan, pembakaran, pembantaian, hingga pendudukan.
Sebab kalau tidak, maka sesungguhnya bisa dikategorikan tidak mencintai Nabi SAW. “Itu tanda bahwa kita tidak terlalu mencintai nabi karena tidak mengikuti pesan nabi,” tegasnya.
Sementara terdapat juga pesan lain yang diriwayatkan Imam Hakim dan Imam Baihaqi, yakni, ‘Barang siapa yang pada pagi harinya hasrat dunianya lebih besar daripada perhatiannya terhadap urusan kaum muslim, maka dia bukanlah termasuk golongan pengikut Rasulullah’
Ittiba’
Kata UIY, mengutip perkataan Imam Ibnu Katsir, orang mengaku cinta kepada Allah, tetapi tidak ittiba’ kepada Nabi dengan ittiba’ yang benar haqqul ittiba’, artinya tidak mengikuti perintah dan larangan-Nya, maka orang itu disebut sebagai al-kadzib atau pendusta.
“Jadi siapa saja yang mengaku cinta kepada Nabi tapi tidak ittiba’ kepada Nabi, dusta dia,” tandasnya.
Ittiba’ yakni berupaya mengikuti ajaran, perkataan, dan tindakan Rasulullah Muhammad SAW dalam kehidupan sehari-hari, menurut UIY termasuk ciri paling utama cinta kepada Nabi SAW.
Atau paling tidak, untuk mengetahui kadar cinta seseorang kepada Nabi SAW, ciri paling sederhananya gemar menyampaikan shalawat. Shalawat merupakan perintah Allah SWT, yang menurut UIY, Allah sendiri juga melakukan.
“Tidak ada perintah Allah, yang Allah melakukannya kecuali shalawat ini,” tambahnya, sembari mengutip QS al-Ahzab: 56 yang maknanya:
‘Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Wahai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam dengan penuh penghormatan kepadanya.’
Untuk ditambahkan, kegemaran bershalawat juga akan mendatangkan syafaat kepada pelakunya. “Barang siapa yang bershalawat di pagi hari 10 kali dan di sore hari 10 kali, maka dia akan mendapatkan syafaat dari Nabi pada hari kiamat,” pungkasnya, mengutip hadits riwayat Imam Ath-Thabrani.[] Zainul Krian
Dapatkan update berita terbaru melalui channel Whatsapp Mediaumat