UIY: Cinta Itu Ingin Sesuatu yang Dicintai Jadi Lebih Baik
Mediaumat.info – Menjawab tudingan tidak cinta Indonesia, Cendekiawan Muslim Muhammad Ismail Yusanto (UIY) menjelaskan bahwa sederhananya, cinta itu ingin sesuatu yang dicintai itu menjadi baik tidak ingin menjadi buruk.
“Sederhananya, cinta itu kan kalau kita itu ingin sesuatu yang kita cintai itu menjadi baik tak ingin dia menjadi buruk,” ujarnya dalam Focus to The Point Perjuangkan Syariah Islam, Cinta Indonesia? di kanal YouTube UIY Official, Jumat (6/9/2024).
“Itu sederhananya gitu,” tekannya.
Sebaliknya, tukas UIY, kalau mau bilang cinta tapi rela saja yang dicintai itu menjadi buruk dan tidak mau menjadi baik sebenarnya dia tidak cinta.
“Meskipun dia berbusa-busa mengatakan cinta,” ungkapnya.
UIY menyebutkan, negeri ini menghadapi banyak sekali masalah, untuk mengatasinya maka orang yang betul-betul cinta kepada negeri ini pasti dia akan berpikir keras untuk mengatasi persoalan ini.
“Sehingga bisa terselesaikan dengan tuntas gitu, diatasi dengan cara, bisa A, B, C, D, E dan sebagainya,” sambungnya.
Tidak Terlaksananya Ketentuan Allah
Menurutnya, sebagai seorang Muslim melihat bahwa akar dari masalah berbagai persoalan yang dihadapi negeri ini adalah tidak terlaksananya ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan oleh Allah SWT.
“Negeri ini tidak diatur dengan dengan syariah Allah gitu,” tegasnya.
Dalam keyakinan seorang Muslim, papar UIY, bahwa Allah itu yang menciptakan alam semesta. Lalu Dia menurunkan aturan, maka aturan itu ketika diterapkan akan membawa kepada kebaikan termasuk kebaikan kepada diri, keluarga dan terlebih-lebih pada bangsa dan negara ini.
“Itu keyakinan gitu,” cetusnya. Tidak mungkin Allah SWT itu menurunkan aturan yang itu justru menimbulkan keburukan.
Nah dengan keyakinan ini, menurut UIY, maka seorang Muslim melakukan usaha untuk menjelaskan aturan-aturan itu di dalam berbagai persoalan yang dihadapi oleh negeri ini.
Jadi ini, tegasnya, justru merupakan bentuk dari kecintaan seorang Muslim kepada negeri ini dengan menerapkan Islam.
Jadi ibarat dokter punya pasien, lanjutnya, dokter yang betul-betul cinta kepada pasiennya, ingin pasien itu sembuh maka dia akan katakan, “Jangan ini, lakukan ini, lakukan ini, jangan, itu,” dengan ilmu.
“Nah begitu juga kita ini mengkaji Islam itu begini apalagi kemudian kita lihat bahwa yang dipakai selama ini sesuatu yang memang secara rasional sudah banyak dibuktikan itu akan menimbulkan masalah,” urainya.
UIY mencontohkan sistem keuangan ribawi itu sudah banyak sekali riset yang menunjukkan bahwa riba itu sumber labilitas keuangan sebuah negara bahkan dunia.
Sistem Ribawi Itu Siklus
Lantas UIY mengutip Dr. Abdul Muhsin Sulaiman dalam bukunya Ilajul Musykilah al-Iqtisadi bil Islam (Mengatasi Persoalan Ekonomi dengan Islam) itu menyebut pertumbuhan ekonomi dalam sebuah negara yang menggunakan sistem ribawi itu siklus.
“Jadi dia menuju puncak pertumbuhannya setelah sampai puncak dia jatuh lagi,” lanjutnya.
Siklusnya disebutkan di situ di dalam buku itu, ulasnya, tergantung berbagai faktor yang lain kalau di negara-negara maju seperti Eropa dan Amerika itu disebutkan kira-kira 25 tahun, Asia Timur 25 tahun tapi kalau Asia Tenggara kayak Indonesia ini, itu hanya 5 sampai 7 tahun.
Dan ternyata terbukti, ungkapnya, dalam riset yang dilakukan oleh ikatan ahli ekonomi Islam dalam 100 tahun terakhir Indonesia itu mengalami lebih dari 20 krisis ekonomi, berarti kan 5 tahunan.
“Jadi, secara empirik terbukti bahwa itu menimbulkan keburukan,” ungkapnya.
Lalu dari segi keyakinan ucapnya yakin itu baik, dari segi fakta juga dicobakan itu juga bagus. Kemudian dikatakan bahwa dengan usaha atau ikhtiar atau perjuangan untuk menegakkan syariah Islam disebut tidak cinta.
“Justru Ini bentuk cinta yang sangat nyata,” tandasnya.
Bahkan, menurutnya, sebaliknya mengatakan bahwa mereka yang mempertahankan kapitalisme sekularisme ini yang harus dikatakan sebagai tidak cinta kepada negeri ini, yang akan menghancurkan negeri ini. [] Muhammad Nur
Dapatkan update berita terbaru melalui channel Whatsapp Mediaumat