UIY: Bersegera Menuju Ampunan Allah, Spirit Tahun Baru Hijriah

Mediaumat.id – Cendekiawan Muslim, Ustaz Ismail Yusanto menyebut, bersegera menuju ampunan Allah merupakan spirit Tahun Baru Hijriah.

“Bersegera menuju ampunan Allah merupakan spirit Tahun Baru Hijriah,” tuturnya dalam Tabligh Akbar Menyambut Tahun Baru 1444 H Bersama Para Ulama, Habaib, dan Asatidz, Sabtu (30/7/2022) di Masjid Al-Muttaqin, Bogor, dan disiarkan di YouTube Kalam TV.

Ia membacakan Al-Qur’an surah an-Nisaa ayat 97, yang artinya:

Sesungguhnya orang-orang yang dicabut nyawanya oleh malaikat dalam keadaan menzalimi sendiri, mereka (para malaikat) bertanya, “Bagaimana kamu ini?” Mereka menjawab, “Kami orang-orang yang tertindas di bumi (Mekah).” Mereka (para malaikat) bertanya, “Bukankah bumi Allah itu luas, sehingga kamu dapat berhijrah (berpindah-pindah) di bumi itu?” Maka orang-orang itu tempatnya di neraka Jahanam, dan (Jahanam) itu seburuk-buruk tempat kembali.

“Dalam surah an-Nisaa tersebut dinyatakan bahwa hijrah itu wajib dalam menyelamatkan agama dari fitnah,” tegasnya.

Ia mengisahkan, hijrah, itulah yang dilakukan oleh Rasulullah SAW dan sahabat untuk melindungi agama dari fitnah yang dilakukan kaum Quraisy di Darun Nadwah. Dan akhirnya beliau diperintahkan untuk hijrah ke Madinah.

“Hijrah itu ada dua, pertama, meninggalkan negeri. Berpindah dari satu tempat ke tempat lain untuk melindungi agama,” lugasnya.

Kemudian ia mempertanyakan, mengapa demikian?”

“Di Rohingya contohnya. Nyawa, harta, dan agama rakyatnya terancam, serta mereka terpaksa harus keluar wilayah Rakhine. Padahal, mereka penduduk asli yang mendiami daerah tersebut. Namun, tidak ada jalan lain selain melalui laut dengan kapal seadanya. Mereka keluar dari wilayah tersebut untuk menghindari kezaliman,” katanya.

Lanjut ia katakan, mereka selamat sampai Thailand, Malaysia, dan Indonesia. Namun, tak sedikit yang tenggelam di laut.

“Masyarakat Indonesia memang tidak mengalami apa yang dialami rakyat Rohingya. Namun, sebagai kaum Muslim, tentu memahami bahwa siapa pun tidak akan mengetahui takdirnya, tetapi umat Islam harus berdoa senantiasa meminta perlindungan kepada Allah SWT,” sarannya.

Namun, katanya, ketika masyarakat mendapatkan tekanan sedemikian rupa, sehingga mengancam agamanya, maka di titik inilah kaum Muslim wajib berhijrah.

“Hijrah yang kedua, yaitu hijrah meninggalkan perbuatan dosa dan maksiat. Hal tersebut patut diperhatikan meskipun kaum Muslim tidak punya kewajiban untuk hijrah secara fisik, tetapi sekarang harus hijrah secara nonfisik yakni meninggalkan dosa dan kemaksiatan,” imbuhnya.

Ia menambahkan dengan membacakan sebuah hadits yang disampaikan oleh Baginda Rasulullah SAW dalam riwayat Bukhari Muslim, “Seorang yang hijrah adalah orang yang meninggalkan apa yang dilarang oleh Allah.”

“Hijrah yang hanya berujung pada penyelamatan agama, iman, dan takwa. Ini adalah milik kaum Muslim yang paling berharga. Entah itu pada situasi, lingkungan atau pergaulan yang merusak iman dan takwa. Maka, di titik itu wajib bagi Muslim untuk hijrah,” nasihatnya.

Maka dari itu menurutnya, wajib berhijrah meninggalkan pekerjaan yang bergelimang dengan dosa, profesi yang bergelimang dengan kemaksiatan, transaksi ribawi, dan bentuk-bentuk kemaksiatan lainnya.

Kemudian ia membacakan Al-Qur’an surah an-Nisaa ayat 100, yang artinya, “Barangsiapa berhijrah di jalan Allah, niscaya mereka mendapati di muka bumi ini tempat hijrah yang luas dan rezeki yang banyak.”

“Hadits tersebut menjadi keyakinan untuk tidak takut meninggalkan semua yang mengganggu iman dan takwa di dalam lingkungan atau pekerjaan yang ada sekarang untuk menuju pada keridaan Allah SWT,” ucapnya.

Ia mengungkapkan, hal demikianlah yang harus senantiasa dimiliki umat Islam setiap memasuki Tahun Baru Hijriah. Oleh karena itu, waktu yang Allah berikan harus dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk memastikan jikalau kita ini sudah on the track, yakni sudah berada di jalan Allah dalam seluruh aspek kehidupan kita.

“Baik menyangkut keyakinan akidah, makanan, minuman, muamalah, akhlak, dan semuanya sudah sesuai tuntunan yang disyariatkan oleh Allah. Maka, pertahanan dengan risiko apa pun. Hal demikian merupakan taruhan di hadapan Allah SWT,” tuturnya.

Menurutnya, jika saat ini masih menjumpai pada diri sendiri bahwa masih ada kewajiban yang belum ditunaikan, ada kemaksiatan, keharaman yang dilakukan, maka segeralah kita tinggalkan sebelum semuanya terlambat.

“Yakni ketika ajal datang. Maka, tak ada lagi peluang untuk berhijrah,” tandasnya.[] Nurmilati

Share artikel ini: