UIY Berharap Mujahidin Suriah Tak Keluar dari Platform Islam

 UIY Berharap Mujahidin Suriah Tak Keluar dari Platform Islam

Mediaumat.info – Masih merefleksi kondisi dunia Islam 2024 terutama pasca tumbangnya rezim Assad di Suriah, Cendekiawan Muslim Ustadz Muhammad Ismail Yusanto (UIY) berharap agar para mujahidin di sana tidak keluar atau mundur sedikit pun dari platform Islam.

“Jangan keluar walaupun seinci dari platform yang itu dipastikan atau dijanjikan memberikan kebaikan yaitu Islam,” ujarnya dalam Focus to The Point: Refleksi Dunia Islam, Pelajaran dari Jatuhnya Rezim Assad, Kamis (9/1/2025) di kanal YouTube UIY Official.

Sebabnya, bicara soal peradaban di Suriah tidak akan mungkin bisa dilepaskan dari Islam. “Dia merupakan titik dari pertemuan, bukan pertemuan, tapi setapak dari peradaban Romawi kuno, kemudian Romawi modern, bahkan kemudian Umayyah pernah menjadi pusat Daulah Umayyah atau Khilafah Umayyah lebih dari 400 tahun, sebelum akhirnya pada era modern seperti (saat) ini, itu dikuasai oleh rezim despot,” urai UIY.

Karena itu, mengingkari kejayaan Islam yang pernah terjadi di Suriah seperti mengingkari identitas Muslim itu sendiri. “Artinya bahwa Suriah itu, itu adalah (negeri) Islam. Disebut juga negeri para nabi,” sambungnya.

Pula hal ini yang menurut UIY, coba ditampilkan kembali oleh Mohamed al-Bashir ketika menyampaikan khotbah Jumat pertama di Masjid Umayyah, simbol kejayaan peradaban Islam, pasca tumbangnya rezim Assad.

Kala itu, PM Sementara Suriah tersebut berkhotbah di depan background liwa (bendera Nabi SAW/bendera putih bertuliskan kalimat tauhid), meski disandingkan dengan bendera Suriah yang dikenal juga sebagai independence flag (bendera kemerdekaan).

Maksudnya, ketika umat meletakkan semua perkara ke dalam sistem politik berdasar Islam, maka dipastikan akan bertemu dengan sistem pemerintahan Islam yang tiada lain adalah khilafah.

Karenanya, terlepas berbagai macam sebutan khilafah, semisal imamah; ataupun khalifah, imam, serta amirul mukminin jika dilihat dari sudut pemimpin, Hizbut Tahrir senantiasa menyeru kepada para pemimpin pejuang serta umat di sana, agar perjuangan yang diupayakan selama ini sedikit pun tak lepas dari Islam.

Apalagi, sekadar untuk ditambahkan, seruan kesadaran paling mendasar bagi umat ini sekaligus sebagai sabilul khalas, yang berarti penyelesaian menyeluruh atas semua perkara, sebenarnya menjadi kewajiban seluruh umat Islam.

“(Seruan) itu sesungguhnya adalah milik kita semua, milik mereka juga, bukan milik satu, dua kelompok apalagi sekadar milik Hizbut Tahrir,” tuturnya.

Bahasa Tauhid

“Ini memang bahasa tauhid, bahasa akidah,” tandasnya, yang berarti ketika umat tidak lagi berpegang pada akidah Islam maka seluruhnya akan menjadi tampak sulit dan menakutkan.

Padahal Al-Qur’an telah mengingatkan di dalam surah Ali Imran: 160, yang artinya: ‘Jika Allah menolong kamu, maka tak adalah orang yang dapat mengalahkan kamu.’

Tengoklah tiap episode peperangan di masa awal pemerintahan Islam tegak, yang menurut UIY, seluruhnya out number, dalam hal ini menunjukkan jumlah pasukan Muslim yang tak sebanding dengan musuh. Tetapi dikarenakan nabi dan para sahabat tak terbersit sedikit pun niatan untuk keluar dari titik Islam, pertolongan Allah SWT pun pada akhirnya turun.

Untuk itu, keteladanan tersebut memberikan gambaran betapa ketaatan berpegang kepada akidah Islam haruslah semakin kokoh.

Demikian pula kisah Siti Hajar bersama sang buah hati, setelah ditinggal begitu saja oleh Nabi Ibrahim ra di padang tandus. Kala itu, ibunda dari Ismail kecil mencari air di tempat yang ia sendiri mengetahui bahwa tidak mungkin ada sumber air di situ.

Namun, karena berpegang teguh pada akidah Islam, akhirnya Allah SWT pun memberi kemudahan dengan memunculkan air yang kemudian dikenal sebagai mata air zamzam yang sarat keberkahan hingga sekarang.

“Bagaimana coba kalau tidak pakai akidah?” ucapnya, seraya menambahkan keteladanan dari ketaatan Nabi Musa ra kepada Allah SWT di tengah kejaran bala tentara Fir’aun hingga sampai di tepian laut.

UIY mengungkapkan, jika ketika itu Nabi Musa ra melepaskan pegangannya dari keyakinan kepada Allah, bisa dipastikan Musa dan kaumnya bakal kembali dan menyerah kepada Fir’aun.

Lebih jauh, hal semacam ini membuktikan bahwa berpegang teguh pada akidah akan mendatangkan pertolongan Allah SWT berikut segala kuasa-Nya. Bahkan dengan sangat mudah membalikkan fakta-fakta yang tampak tidak mungkin terjadi, menjadi hal yang sangat mudah terwujud.

Kendati tak mudah dilakukan, UIY tetap berharap agar para mujahidin di sana tak melepas sedikitpun keimanan kepada Allah SWT berikut risalah Islam yang diturunkan dengan segala kebaikannya.

Sebab, siapa pun tahu kalau berpegang kepada AS maupun Barat, bakal berakhir seperti rezim Assad dan yang lainnya karena dianggap sudah tak menguntungkan lagi.

Kan semua tahu bahwa penguasa despot di titik yang dilihatnya sudah tidak menguntungkan, dilepas,” pungkasnya.[] Zainul Krian

Dapatkan update berita terbaru melalui saluran Whatsapp Mediaumat

 

Share artikel ini:

Related post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *