Ucapan Terima Kasih Kepada Ahmadiyah, Bentuk Penyesatan Makna Rahmatan Lil Alamin

Mediaumat.id- Ucapan terima kasih kepada kelompok Ahmadiyah yang disampaikan oleh Koordinator Nasional Jaringan Gusdurian Allisa Wahid beberapa waktu lalu, dinilai sebagai bentuk penyesatan terhadap makna Islam rahmatan lil alamin.

“Ini adalah penyesatan terhadap makna rahmatan lil alamin,” ujar Pengasuh Majelis Kajian Islam Kaffah Ustadz Utsman Zahid as-Sidany kepada Mediaumat.id, Selasa (1/8/2023).

Dengan kata lain, predikat rahmatan lil alamin tidak pantas disandingkan dengan kelompok Ahmadiyah, yang menurut Ustadz Zahid, bukan bagian dari Islam.

Pasalnya, sebagaimana diketahui bersama, terdapat penyimpangan keyakinan di dalam ajaran kelompok ini tentang Al-Qur’an dan Rasul Muhammad SAW.

Pun demikian termaktub di SKB Tiga Menteri No.3/2008 terkait Ahmadiyah, yang juga dengan tegas memerintahkan kelompok ini untuk menghentikan kegiatan dan penyebaran paham yang mengakui adanya nabi dengan segala ajarannya setelah Nabi Muhammad SAW, sepanjang mengaku beragama Islam.

Namun terlepas itu, lanjut Ustadz Zahid menyampaikan, makna rahmatan lil alamin sendiri sering menjadi perdebatan di tengah masyarakat.

“Tujuan, maksud dari diutusnya Nabi Muhammad SAW, diturunkannya Al-Qur’an, diturunkannya risalah Islam adalah sebagai rahmat,” jelasnya, tentang makna QS al-Anbiya ayat 170.

“Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam,” demikian bunyi terjemah ayatnya.

Artinya, rahmatan lil alamin (rahmat bagi semesta alam) bakal terwujud sempurna ketika seluruh syariat Islam berikut ajaran Nabi Muhammad SAW diambil, diterapkan, serta diamalkan dalam kehidupan sehari-hari.

“Bukan bermakna bahwa Islam rahmatan lil alamin itu artinya adalah Islam yang ramah, yang pro, yang mentolerir berbagai macam kemaksiatan, kemungkaran dan bahkan kekufuran dan kesyirikan, bukan!” tegasnya.

Diberitakan, Alissa Qotrunnada Munawaroh Wahid atau Alissa Wahid, putri pertama Gus Dur sekaligus koordinator nasional Jaringan Gusdurian itu mengucapkan terimakasih kepada Ahmadiyah karena menganggapnya sudah menjadi wajah Islam rahmatan lil alamin.

“Terima kasih telah menjadi wajah Islam yang rahmatan lil alamin, Islam sebagai anugerah bagi semesta, bersama banyak organisasi Muslim lainnya,” ucap Alissa dalam acara yang disebut _jalsa salana_ atau pertemuan global komunitas Ahmadiyah di Inggris, yang digelar 28-30 Juli 2023.

Bahaya

Lantas terkait banyaknya orang berkedok rahmatan lil alamin dalam upaya untuk menyesatkan kaum Muslim, dinilainya ada unsur kesengajaan.

“Ini semua menggambarkan adanya kesengajaan, adanya propaganda terhadap paham sesat dan menyesatkan berkedok rahmatan lil alamin,” singgungnya masih berkenaan dengan Ahmadiyah.

Padahal, alasan kenapa risalah Islam diturunkan itu karena betapa Allah SWT sayang dan rahmat kepada manusia. Sehingga boleh dikatakan, bagi siapa saja yang menolak risalah Islam dan menjauhi ajaran-ajaran Nabi SAW, sesungguhnya menunjukkan penolakannya terhadap rahmat-Nya.

Lebih dari itu, kata Ustadz Zahid, aliran-aliran sesat semacam Ahmadiyah, paham-paham sesat seperti LGBT misalnya, merupakan kelompok-kelompok yang justru memusuhi rahmat Allah SWT.

“Bagaimana mungkin mereka mengatakan itu sebagai wujud dari Islam rahmatan lil alamin?” herannya, seraya menyebut hal demikian juga sebagai sebuah kedustaan.

“Nanti, kalau ini diterima atau dipahami dengan begitu saja, diterima oleh masyarakat awam, akhirnya dapat diambil kesimpulan oleh masyarakat awam, bahwa Ahmadiyah itu adalah Islam,” papar Ustadz Zahid lebih lanjut.

Lantas, setelah menganggap sebagai bagian dari Islam, mereka bakal gencar menyebut keberadaan Ahmadiyah termasuk rahmat. “Itu tujuannya orang-orang yang liberal,” sebut Ustadz Zahid.

Ia pun memandang, hal ini sejalan dengan propaganda sesat lainnya yang juga digencarkan, yakni tentang kesetaraan dan kebenaran semua agama.

“Dapat kita simpulkan, ada apa di balik pernyataan orang liberal? Jawabannya adalah propaganda kesesatan, propaganda tentang sekulerisme, propaganda tentang pluralisme,” lugasnya.

“Ini tentu adalah paham-paham yang sangat berbahaya,” imbuhnya memungkasi.[] Zainul Krian

Share artikel ini: