Ucapan Menag Yaqut ‘Khilafah Jadi Bencana Umat’ Dinilai Tak Berdasar dan Tak Punya Landasan Fakta Sejarah
Mediaumat.id – Menanggapi pernyataan Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas pada Annual International Conference on Islamic Studies (AICIS) Ke-20 di Surakarta, Jawa Tengah pada 25 hingga 29 Oktober 2021 yang menyebut khilafah menjadi bencana bagi umat Islam dinilai tidak berdasar dan tidak punya landasan fakta maupun realitas sejarah.
“Ucapan itu tidak berdasar dan tidak punya landasan fakta maupun realitas,” tutur Direktur Pamong Institute Wahyudi al Maroky dalam acara Yuk Ngopi edisi #27: Khilafah Bencana Bagi Umat? Sabtu (6/11/2021) di kanal YouTube Yuk Ngopi TV.
Menurutnya, secara realitas gagasan Yaqut itu bisa diuji dengan dua hal. “Kita bisa uji dengan minimal dua pisau uji. Pertama dari sudut pandang fakta kekinian dan kedua, sudut pandang sejarah,” ungkapnya.
Pertama, Sisi realitas fakta kekinian. Pernyataan bahwa khilafah hanya menimbulkan bencana bagi umat islam, jelas tak sesuai realitas. Bencana alam yang terjadi jelas bukan karena diterapkannya Khilafah. “Bukankah adanya bencana Gempa Bumi, tanah longsor, sekolah ambruk, kebakaran hutan, kebanjiran, dll. Apakah bencana itu timbul karena kita menggunakan khilafah? Tentu jawabannya tidak. Karena kita tahu betul, negeri ini jelas menggunakan sistem republik yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945, bukan Khilafah,” ujarnya.
Lalu, kata Wahyudi, ada sebagian orang yang menyatakan bahwa jika khilafah diterapkan maka akan mengancam persatuan Indonesia. Konon sebagian daerah akan minta pisah dari NKRI terutama wilayah timur. “Pernyataan ini, jelas tak sesuai Fakta. Realitas yang ada, negeri ini tidak menggunakan khilafah, tapi ada OPM (organisasi Papua Merdeka) yang ingin merdeka. Padahal saat ini justru kita sedang menggunakan sistem demokrasi dan bukan Khilafah. Jadi jelas adanya keinginan berpisah itu bukan karena Khilafah. Bahkan ada daerah yang sudah terpisah, seperti Timor-Timur, itu juga pisah dari NKRI bukan karena khilafah. Juga hilangnya dua pulau (Sipadan dan Ligitan) itu juga bukan karena khilafah. Bahkan Utang negara yang menggunung juga bukan karena khilafah. Tambang emas di Papua tak bisa dikelola sendiri dan Berbagai tambang kekayaan alam negeri ini dikuasai perusahaan asing juga bukan karena khilafah,” bebernya.
Kedua, Sisi Realitas sejarah. Dalam catatan sejarah, justru Khilafah bukan sumber bencana. Ada nggak dalam catatan sejarah, ketika Khilafah diterapkan, agama lain bisa terancam? “Pada tahun 637 M, Umar bin Khaththab memasuki Yerusalem dengan dikawal oleh Uskup Yunani Sofronius. Sang uskup memandang Umar penuh dengan ketakutan. Namun yang terjadi, justru Khalifah Umar melindungi Uskup Sofronius,” ujarnya.
“Ketika Salahuddin dan tentaranya menaklukkan Yerusalem tidak ada yang diusir. Bahkan tiga agama (Islam, Yahudi dan Nasrani) bisa hidup damai di sana,” imbuhnya.
Ia juga mengungkap pada 1709, Khilafah memberikan perlindungan kepada Raja Swedia yang diusir tentara Rusia dan mencari suaka politik ke Khalifah.
“Pada 1865, khalifah membiayai 30 keluarga Yunani yang telah berimigrasi ke Rusia namun ingin kembali ke wilayah khalifah. Sebab, di Rusia mereka tidak mendapatkan kesejahteraan hidup,” ungkapnya.
Bahkan, menurutnya, Pemerintah Amerika Serikat pun pernah mengirimkan surat ucapan terima kasih kepada Khilafah Islamiyyah atas bantuan pangan yang dikirimkan kepada mereka pasca perang melawan Inggris.
“Jadi, data-data ini menunjukkan bahwa Khilafah itu tidak membahayakan atau menimbulkan bencana. Fakta sejarah ini justru menunjukkan ketika Khilafah diterapkan, itu menjadi rahmat bagi semesta alam,” pungkasnya. [] Achmad Mu’it