Tutup Sekolah Islam dan Larang Burqa, Sri Lanka Benci pada Islam

Mediaumat.news – Pernyataan Menteri Keamanan Publik Sri Lanka Sarath Weerasekera pada Ahad lalu yang menyebut pihaknya sudah menandatangani rencana penutupan sekolah Islam serta melarang penggunaan burqa demi keamanan nasional, dinilai sebagai bentuk kebencian pada Muslim dan ajaran Islam.

“Sebenarnya bukan kali ini saja sikap anti Islam Sri Lanka dipertontonkan pada dunia, kita melihat pada kasus kremasi paksa Muslim korban covid-19 tahun lalu, itu juga menjadi tendensi kuat bahwa kecenderungan politik Sri Lanka yang mengarah pada kebencian pada Muslim dan ajaran Islam,” Direktur Institut Muslimah Negarawan (IMuNe) Dr. Fika Komara kepada Mediaumat.news, Selasa (16/3/2021).

“Dalam beberapa tahun terakhir, retorika anti-Muslim dan anti-Islam yang sangat beracun telah menjadi arus utama dalam narasi kebijakan dan media mereka, diungkapkan secara terbuka oleh para politisi, jurnalis, dan merajalela di media sosial,” sambungnya.

Fika menilai, alasan keamanan nasional selalu menjadi senjata pamungkas jika suatu negeri tidak punya kapasitas untuk berhadapan dengan ancaman yang mereka takuti, sehingga yang muncul adalah gejala paranoid tanpa alasan yang jelas. Sehingga geliat kebangkitan Islam yang ditandai dengan burqa mereka definisikan sebagai ancaman, itu menandakan sebuah negara tidak punya kesiapan dan kematangan ideologis untuk berdialog dengan fenomena itu.

“Padahal kita juga tahu ada banyak ancaman yang lebih riil, seperti investasi Cina di Sri Lanka yang sudah merampas pelabuhan,” bebernya.

Fika menegaskan, minoritas Muslim Sri Lanka harus dibela dengan posisi sikap yang tegas. Jangan biarkan Muslim Sri Lanka menjadi korban rezim Budha anti Islam seperti Rohingya.

Di sisi lain, bebernya, umat Islam sedunia harus menyadari bahwa sudah terlalu banyak umat tertindas yang berhadapan dengan rezim paranoid anti Muslim yang mendapat dukungan kuat dari Barat, sementara di lain pihak, rezim-rezim Muslim nyaris tak bernyali dan bergigi menolong saudara Muslim mereka yang tertindas.

Ia menyebut, pola ini selalu sama dan berulang selama puluhan dekade. Hal ini karena tata dunia sekuler nasionalistik telah memelihara rezim-rezim pemangsa yang menindas umat Islam dan menghinakan ajaran Islam.

Terakhir, Fika mengatakan, tiada lain solusinya adalah kembali pada Islam, diperlukan kekuatan geopolitik Islam yang akan membebaskan Muslim tertindas seperti Rohingya, Uighur, Palestina dan termasuk Muslim Sri Lanka.

“Kekuatan itu adalah khilafah Islam yang akan menyatukan tanah kaum Muslimin dalam satu kepemimpinan dan satu penerapan hukum-hukum Islam termasuk dakwah dan jihad yang ditakuti oleh semua kekuatan kafir,” pungkasnya.[] Agung Sumartono

Share artikel ini: