Tujuh Alasan Megaproyek Solar Campur Minyak Goreng Harus Dihentikan
Mediaumat.id – Peneliti Asosiasi Ekonomi dan Politik Indonesia (AEPI) Salamuddin Daeng menyebut beberapa alasan kenapa megaproyek biodiesel alias solar campur minyak goreng harus dihentikan. “Presiden Jokowi harus segera memerintahkan menghentikan megaproyek biodiesel alias solar campur minyak goreng,” ujarnya dalam rilis yang diterima Mediaumat.id, Kamis (10/2/2022).
Pertama, proyek ini telah merusak Pertamina sebagai perusahaan migas. Menurut Daeng, proyek ini akan membuat Pertamina sangat tergantung pada segelintir konglomerat sawit, sebab Pertamina tidak punya kebun sawit sebagai bahan baku minyak goreng.
Kedua, megaproyek ini akan menyedot keuangan Pertamina. Sebab, kata Daeng, Pertamina terpaksa membeli minyak sawit untuk dicampur dengan solar.
Ketiga, megaproyek ini telah menyandera APBN untuk mensubsidi para konglomerat sawit dalam jumlah yang sangat besar. Program ini juga telah menyedot keuangan negara dari iuran sawit kembali kepada perusahaan para konglomerat.
Keempat, megaproyek ini telah menyandera Pertamina karena harus membeli minyak sawit dengan sangat mahal. Daeng menilai, harga minyak sawit sekarang mencapai 5200 ringgit per ton. Dan sebanyak 10 juta ton minyak sawit untuk mencampur solar harus dibeli Pertamina dengan sangat mahal. Bisa mencapai 170 triliun rupiah lebih.
Kelima, megaproyek ini telah merugikan Pertamina karena harus membeli bahan baku pencampur solar yang berasal dari sawit tersebut dengan harga mahal yaitu 17 ribu rupiah per liter. Sehingga tidak sebanding dengan harga jual biodiesel Pertamina.
Keenam, megaproyek ini telah memaksa Pertamina untuk membongkar dan memodifikasi kilang kilangnya. Padahal Daeng melihat, sudah empat kilang Pertamina meledak dalam dua tahun terakhir.
“Banyak pendapat menyebutkan bahwa itu adalah hal yang membahayakan dan harus dievaluasi,” ucapnya.
Ketujuh, megaproyek ini telah merusak stabilitas harga bahan pangan yakni minyak goreng karena harus bersaing dengan bahan bakar minyak kendaraan bermotor.
“Ini adalah persaingan antara BBM kendaraan bermotor dengan BBT atau bahan bakar tenggorokan. Semoga paham,” sindirnya.
Oleh karena itu, Daeng meminta Presiden Jokowi harus memerintahkan menghentikan megaproyek ini. Karena jelas bukan merupakan bagian dari usaha transisi energi kepada energi terbarukan.
Daeng melihat, proyek ini hanya akan meningkatkan sentimen global terhadap Indonesia sebagai pelaku utama deforestasi atau penggundulan hutan. Padahal Uni Eropa sudah secara jelas menyatakan solarisasi sawit bukan merupakan agenda perubahan iklim atau climate change.
“Sehingga ini sama sekali bukan prestasi Jokowi sebagai pimpinan G20 dengan mandat utama mengatasi perubahan iklim,” pungkasnya.[] Agung Sumartono